Mertua Dan Ipar Dari Surga
Apa? Aku harus menikah dengan Pria miskin seperti itu? Bapak nggak salah?" Ucap Cantika.
"Yang sopan dong kalau ngomong. Mereka sekarang ada di depan kita loh, nak."
"Ya biarin. Biarkan mereka tahu, kalau aku nggak mau nikah dengan Pria Miskin. Lihat aja pakaian mereka. Malu-malu in."
"Benar, Pak. Kamu ini kalau mau balas budi, nggak seperti ini juga loh. Masak anak perempuan kamu satu-satunya mau kamu nikahkan dengan keluarga miskin?"
"Bu, Bapak tidak mungkin mengingkari nya. Mereka sudah menolong Bapak saat itu."
"Kan Bapak yang ditolong, bukan kami. Pokoknya, aku nggak rela anak ku hidup susah di tangan mereka. Lihat aja calon besan, ciri-ciri nya saja seperti mertua yang suka ikut campur urusan anak-anak."
"Maaf ya Pak Rahmat, saya sangat tersinggung dengan perkataan istri Bapak. Bapak sendiri yang berjanji, tapi, Keluarga Bapak juga yang menghina kami."
"Maafkan saya Bu Ambar."
"Tega sekali Keluarga Pak Rahmat ini menghina keluarga kami. Kalian juga belum tentu baik." Ucap anak perempuan yang merupakan anak nya Bu Ambar
Sedangkan Pria yang akan di jodohkan dengan wanita yang ada di hadapan nya itu, hanya diam dan menunduk. Baru kali ini, keluarga nya di hina habis-habisan seperti ini.
"Permisi, silahkan di minum." Ucap seorang remaja wanita yang saat itu, mengantarkan minuman.
"Nah, nikah kan aja anak laki-laki itu dengan perempuan ini. Pasti cocok. Sama-sama gembel kan." Ucap Cantika sambil tertawa mengejek.
Hanin yang saat itu akan kembali ke dapur, begitu terkejut. Apa-apa an ini? Mengapa tiba-tiba ia di suruh untuk menikah dengan Pria yang sama sekali tidak ia kenal.
"Hey Hanin, sini kamu!" Panggil Ibu nya Cantika.
Hanin yang di panggil pun, langsung menemui Tante nya itu.
"Ada apa Tante?"
"Mereka sedang nyari jodoh. Seperti nya kamu cocok deh. Pembantu cupu dan Pria miskin."
Hanin hanya menunduk. Hinaan seperti itu, sudah biasa ia terima dari keluarga Tante nya.
"Bu, mengapa tiba-tiba Hanin? Bukan kah Ibu berjanji untuk tidak mengurusi masa depan nya? Ingat, Bu. Hanin itu,,,"
"Pak, jangan keterlaluan. Toh Hanin juga masih keluarga kita. Jadi, Bapak tetap menepati janji, untuk menikah kan anak laki-laki di keluarga mereka, dengan salah satu anak perempuan di keluarga kita."
Mata Hanin membola. Tanpa sengaja, ia beradu pandang dengan Pria yang ada di hadapan nya saat ini.
Hanin langsung menunduk saat pandangan mata Pria itu memindai diri nya. Hanin malu. Hanin tidak percaya diri.
Tubuh kurus dan kulit nya yang kusam, membuat nya tidak berani menatap Pria itu lama-lama. Belum lagi dengan pakaian yang di pakai saat ini.
Penuh dengan tambalan di sana sini. Pakaian itu juga tampak sudah memudar.
"Baiklah. Aku setuju." Ucap Bu Ambar tiba-tiba.
"Tapi Bu Ambar, Hanin itu."
"Pak, diam aja kenapa. Hanin memang bukan anak kita. Tapi, dia juga keponakan mu. Lagian, dari pada dia merepotkan, lebih baik dia kita nikahkan."
Hanin tidak berdaya. Ia layak barang yang akan di Buang setelah tidak di butuhkan lagi. Hanin pasrah. Ia tidak berani membantah.
Tante nya memiliki barang-barang peninggalan milik mendiang keluarga nya Hanin. Ia sering mengancam Hanin, akan membuang dan membakar barang-barang itu, jika Hanin tidak menurut.
Ibu nya Hanin merupakan Kakaknya Pak Rahmat. Dulu nya mereka kaya raya. Bahkan rumah yang mereka tempati saat ini, merupakan rumah milik Keluarga Hanin.
Ibu nya Cantika, sangat pintar bermain drama. Ia bisa mendapatkan hak asuh Hanin dan di biarkan mengelola seluruh aset yang ada.
Hanin tidak pernah tahu tentang harta peninggalan orang tua nya. Karena saat itu, kedua orang tua nya meninggal saat ia masih kecil.
Orang tua nya meninggal kecelakaan, dan Hanin di asuh oleh Om dan Tante nya yang memiliki anak perempuan yang bernama Cantika.
Saat mereka sedang serius berbicara, tiba-tiba saja Cantika tertawa sambil memegang perut nya. Entah kenapa ia bisa seperti itu.
"Mengapa kamu tertawa?"
"Aku membayangkan mereka menikah, hanya di KUA. Trus, sewa kebaya model jadul karena nggak mampu beli baju."
"Jaga mulut mu! Tidak pantas kalian menghina keluarga kami. Pak Rahmat, saya tidak menyangka anak Bapak prilaku nya seperti ini. Untung saja dia tidak jadi menikah dengan adik saya."
"Hey mbak, aku pun ogah punya ipar setelan nya seperti Babu. Udah siap kan acara perkenalan nya? Kalau udah, silahkan pulang. Hus.. Hus.."
"Kamu tenang saja. Kami pasti akan pulang. Akan kami ingat seumur hidup, hinaan mu itu!"
"Silahkan. Di rekam kalau perlu. Oh ya, jangan lupa, bawa calon mantu kalian dari rumah ini. Mulai sekarang, dia bukan tanggung jawab kami."
"Cantika! Apa-apa an kamu! Ini rumah Hanin. Kamu tidak bisa seenak nya mengusir pemilik rumah."
"Nggak gitu juga dong, Pak. Selama ini, kita udah membesarkan dan merawat dia. Jadi, anggap aja rumah ini sebagai balasan nya untuk kita." Ucap Ibu nya Cantika.
Hanin tidak bisa berkata-kata. Ia selama ini tidak pernah bisa bicara. Ia tidak memiliki siapapun untuk dijadikan sandaran.
Saudara satu-satunya, bahkan memanfaatkan diri nya juga. Tidak terasa, air mata nya pun mengalir.
Hanin sudah seperti barang, yang di buang ketika tidak di butuhkan lagi.
"Siapa nama kamu, Nak?" Tanya Ambar.
"Nama saya Hanin, Bu."
"Mulai sekarang, kamu ikut kami, dan akan jadi menantu saya."
"Tapi,,"
"Tapi apa?"
"Saya cuma lulusan Sd."
Walaupun terkejut, Bu Ambar berusaha untuk tenang. Bagaimana mungkin di zaman sekarang, masih ada yang putus sekolah. Padahal jika di lihat-lihat, rumah mereka termasuk bagus.
"Memang nya kenapa kalau lulusan Sd?"
"Kata teman nya Hanin, kalau masih Sd belum boleh menikah."
Sontak anak perempuan nya Bu Hanin tertawa. Baru kali ini ia melihat ada wanita sepolos Hanin.
"Hanin, lebih baik lulusan Sd tapi memiliki adab dan akhlak. Dari pada lulusan perguruan tinggi, tapi semua nya di bawah rata-rata. Ayo nak, ikut kami."
Bug...
Seluruh barang-barang Hanin dan juga peninggalan orang tua nya, di lempar begitu saja oleh Istri nya Pak Rahmat.
" Jangan lupa, bawa barang bekas itu dari sini. Kami sudah tidak butuh lagi. "
Hanin memungut sekardus besar barang milik nya. Ia berjalan tertatih karena kesulitan membawa nya.
"Mau aku bantuin?"
Degh,,,,,,
Suara maskulin itu membuat jantung Hanin berdetak kencang. Hanin belum pernah merasakan hal yang seperti itu sebelumnya.
"Boleh. Tapi ini berat, Bang. Abang nggak akan kuat. Biar Hanin aja."
"Laki-laki harus kuat. Malu dong sama perempuan."
"Perempuan juga harus kuat dari laki-laki. Biar kalau main, bisa seimbang."
Gubrak!
Semua terdiam mendengar perkataan yang meluncur dari mulut nya Hanin. Main yang seperti apa yang dimaksud Hanin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca, lihat komen² sepertinya ceritanya seru dan lucu
2024-12-01
0
ᵃᴾᶟm ᵎˢᵗʳᵎ oʳᵃⁿᵍ ᵐᵃᵏⁿyᵘˢ𝐀⃝🥀
Hanin polos sekali org nya tapi seru dia kocak
2024-11-12
0
Siti Tanisah
mampir thor lucu nuh kyne
2024-12-13
0