NovelToon NovelToon
Romansa Masa SMA

Romansa Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Rasti yulia

Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan seorang laki-laki yang aku anggap menyebalkan akan menjadi awal bagiku merasakan sebuah sensasi rasa asing yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Lelaki menyebalkan yang hampir setiap hari menjadi teman cek-cok justru menjadi sosok lelaki yang berkeliaran dalam pikiran dan juga hati.

Perasaan apa ini? Apakah perasaan benci yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta ketika banyak hari yang kita lewati bersama? Ataukah hanya sekedar perasaan sesaat yang menghampiri di masa-masa SMA?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RMS 09. Tugas Kelompok

"Baiklah anak-anak, sebagai tugas pertama, Bapak akan memberikan tugas kepada kalian untuk mengumpulkan informasi tentang sejarah terbentuknya Gunung Anak Krakatau. Minggu depan, silakan dipresentasikan di depan kelas. Buat visualisasi yang menggambarkan kejadian-kejadian saat itu sesuai dengan kreativitas kalian semua. Ada pertanyaan?"

Aku mengangkat tangan karena ada hal yang belum aku pahami. "Saya Pak!"

"Iya Mel, apa ada yang kurang jelas?"

"Tugas dari Bapak itu dikerjakan secara individu atau kelompok?"

Pak Johan kulihat hanya tergelak pelan sembari menepuk jidatnya. Beliau seperti orang yang kelupaan sesuatu.

"Ah iya, hampir saja Bapak lupa. Jadi, tugas ini sebagai tugas kelompok ya. Untuk kelompoknya silakan kerjakan dengan teman satu bangku kalian masing-masing. Dengan begitu tugas kalian ini akan terasa jauh lebih ringan. Paham ya semua?"

"Paham Pak!"

"Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?"

"Saya Pak!"

Gelombang suara yang berasal dari samping tempat dudukku mulai merembet masuk ke dalam indera pendengaran. Suara siapa lagi jika bukan suara Sakha. Aku sedikit heran, hal apa yang akan ditanyakan oleh lelaki ini.

"Oh Sakha. Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Apakah tugas ini harus dikerjakan secara berkelompok? Apakah tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri saja Pak?"

Pertanyaan Sakha sukses membuatku terperangah. Apa maksud dari pertanyaannya itu? Apakah dari pertanyaan yang ia lontarkan tersimpan makna bahwa ia tidak mau satu kelompok denganku? Tanpa basa-basi lagi, aku menolah ke arah samping. Kutatap sinis wajah lelaki ini. Dan seperti biasa, lelaki bernama Sakha ini balik menatapku dengan tatapan sombong dan angkuh sekali.

"Sebenarnya tugas itu bisa kalian kerjakan sendiri-sendiri, namun di sini Bapak ingin melatih kerjasama kalian dengan orang lain. Hal ini nantinya akan bermanfaat ketika kalian memasuki dunia kerja."

"Tapi, mengapa harus dikerjakan secara kelompok jika dikerjakan sendiri saja bisa, Pak? Saya rasa tugas dari Bapak teramat mudah untuk dikerjakan secara individu."

Oh ya Tuhan, aku sampai dibuat melongo dengan ucapan Sakha. Benar-benar jumawa lelaki ini. Ia seolah bisa hidup sendiri dan tidak akan pernah membutuhkan bantuan orang lain.

Kulihat Pak Johan hanya menanggapi santai pertanyaan dari Sakha. Salah satu guru favoritku itu bahkan terdengar mengeraskan tawa.

"Itu memang benar Kha, tugas ini sangat bisa dikerjakan secara individu. Namun melalui tugas ini, Bapak juga ingin menunjukkan kepada kalian tentang satu keadaan dalam dunia kerja. Di mana di sana tidak hanya menuntut kita untuk bisa bekerja secara individu namun juga secara tim."

"Tapi rasanya, saya jauh lebih nyaman jika tugas ini saya kerjakan sendiri Pak, tidak berkelompok. Terlebih satu kelompok dengan..."

Aku semakin terhenyak kala Sakha secara sengaja memancing emosiku dengan memangkas ucapannya. Padahal aku paham apa yang menjadi maksudnya. Maksud ucapan lelaki itu, dia tidak mau satu kelompok denganku.

Andai saja di sekolah ini memukul teman satu bangku tidak dijadikan sebagai sebuah poi pelanggaran, tentu akan aku tonjok lelaki ini. Benar-benar menjengkelkan. Dia pikir aku mau satu kelompok dengannya? Iiiihhhhh ... aku pun juga gak mau kali.

"Pak Johan, boleh saya mengatakan sesuatu?"

Pada akhirnya, aku memberanikan diri untuk memberi sebuah interupsi. Akan aku gunakan hak berpendapat seperti yang tertuang di pasal 28E UUD 1945 bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk berpendapat di depan umum.

"Silakan Mel!"

"Biarkan saja sih Pak kalau teman satu bangku saya ini ingin mengerjakannya sendiri. Barangkali hidupnya memang sudah terlanjur mandiri sehingga tidak pernah memerlukan bantuan orang lain. Saya juga sampai berpikir, Pak.... "

Dahi Pak Johan terlihat berkerut. Nampaknya guruku itu sedikit tidak paham dengan ucapanku yang sengaja aku gantung.

"Berpikir apa Mel?"

Pandanganku yang sebelumnya menatap ke arah Pak Johan, kini aku geser untuk kembali menatap Sakha. Lelaki ini juga tengah menatapku dengan tatapan yang tak kalah sinis. Dari bola mata kami, ada sebuah kilatan rasa jengkel dan kesal yang begitu kentara.

"Saya sampai berpikir jika nanti ketika teman satu bangku saya ini meninggal, ia tidak memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus jenazahnya. Mungkin, dia bisa mandi sendiri, memakai kain kafan sendiri, dan jasadnya bisa menggelinding sendiri sampai di liang lahat."

Setelah menyindirnya dengan ucapan sarkas, kembali ku geser pandanganku ke arah depan. Dan melalui ekor mataku, dapat aku tangkap bayang wajah Sakha yang sudah memerah. Mungkin menahan amarah. Ah, aku sungguh tidak peduli. Siapa suruh jadi orang sombong sekaligus menyebalkan seperti itu?

Hahahahahaha .... haahaaahhaaa ... hahahahaha ..

Mendadak suasana ruang kelas menjadi riuh dengan gelak tawa yang membahana. Teman-temanku tertawa terbahak sesaat setelah aku mengutarakan argumentasi yang aku miliki. Sedangkan kini giliran Sakha yang terhenyak. Mungkin di luar dugaannya jika aku bisa membuat counter attack seperti ini.

Aku tertawa dalam hati. Merasa puas memberikan satu pelajaran bagi manusia yang sombong ini. Belum tahu saja dia siapa itu Amelia Oleena Cantika. Hahaha, padahal aku juga bukan siapa-siapa.

"Sudah, sudah, sudah, kembali tenang semuanya!"

Mendengar instruksi dari Pak Johan, ruang kelas kembali tenang dan hening. Meskipun masih ada yang tertawa namun dalam mode lirih. Mungkin dalam benak mereka masih membayangkan bagaimana caranya orang yang sudah meninggal menguburkan dirinya sendiri ke liang lahat.

"Sakha, mungkin kamu memang bisa mengerjakan sendiri. Tapi untuk penilaian, selain nilai materi dan presentasi ada juga penilaian tentang kerjasama antar satu tim. Jadi, Bapak harap kamu bisa bekerja sama dengan Amel. Oke ya?"

Pak Johan kembali memberikan sebuah pemahaman kepada Sakha. Sejatinya maksud dan tujuan guru favoritku ini memang sangat baik karena memberikan sebuah pemahaman bahwa sesungguhnya manusia itu tidak akan pernah bisa hidup sendiri. Jika tidak sekarang, mungkin suatu saat nanti ia pasti memerlukan bantuan orang lain. Hanya orang-orang sombong saja yang menganggap remeh keberadaan orang lain.

"Baik Pak!"

Dengusan kasar terdengar jelas keluar dari bibir Sakha. Sepertinya dia masih keberatan jika harus bekerja satu kelompok denganku. Kulihat, Sakha menatapku dengan tatapan penuh kebencian.

"Kalau bukan tugas dari Pak Johan, aku tidak akan mau satu kelompok dengan orang macam kamu!"

"Idiiihhh ... jangan kepedean. Aku juga ogah satu kelompok dengan kamu. Ini semua terpaksa. Camkan baik-baik! Terpaksa!" ucapku lantang dengan sorot mata yang tak kalah tajam seperti seekor singa betina yang tengah membidik mangsa.

"Ingat, aku tidak akan pernah mau untuk mengerjakan tugas itu. Jadi, silakan kerjakan sendiri."

Bibirku setengah mencebik. Kuhela napas panjang dan aku hembuskan dengan kasar.

"Yang mengharapkan kamu mau mengerjakan tugas ini siapa? Tanpa kamu pun, tugas ini juga bisa selesai di tanganku. Terserah kamu mau melakukan apapun aku sungguh tidak peduli."

"Ya, itu jauh lebih baik."

Aku memilih untuk mengakhiri obrolan tak berfaedah ini. Bagiku menghadapi seseorang yang jumawa dan terlalu percaya diri seperti Sakha ini sungguh membuatku kehabisan energi.

Aku menggeser pandanganku ke arah bangku Sastri. Aku memasang wajah melas di depan mata sahabatku ini. Sedangkan dia hanya bisa terkikik geli.

.

.

.

.

1
Lia Yulia
pingin q getok nih si Sakha...
Kareena Kapur
uhuuuuy... klo dah kenal lbh dekat lalu mau apa lagi Kha? 😂
Priyanka Kopra
judulnya udah mulai jatuh cinta 🤣🤣
Kajol
aseeeekkkkk... udah mulai PDKT nih.. dan sepertinya bakal jatuh cinta tuh Sakha
Kajol
ternyata kamu tahu balas budi ya kha 😂 kukira gk tau terima kasih. bagus deh klo gitu
Priyanka Kopra
abis ngantar pulang lalu mau ngajak kemana Kha?? 🤣 pepet terussss
Fumiko Sora
ayeyeeeyeee... mau kamu ajak kemana tuh Amel, Kha? 😂😂😂 ati2.. jgn ngebut
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Citra
lanjut thoor
Fumiko Sora
aseeeekkkk... getar2 cinta dah mulai merasuki Sakha🤣🤣🤣
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Pretty Zinta
acieeee cieeeee si Sakha udah mulai berani yah.. Ini sih fiks, dari benci jd cinta😆😆😆
Pretty Zinta
tuh kan, apa aku bilang? Sakha dah mulai tertarik sama Amel😂 semangat berjuang Kha
Pretty Zinta
kamu emang baik Mel, aku yakin Sakha bakal nyesel udh ngata-ngatain yg buruk ke kamu
Pretty Zinta
nah loh br sadar kan lu Kha klo Amel mmg sosok perempuan yg berbeda
Pretty Zinta
bagus Mel, orang itu emg gk pnya tata krama.. klo perlu, kamu injek tuh kakinya
Pretty Zinta
issshhhhh keterlaluan bgt sih tuh Sakha.. klo bicara jgn ngawur dong
mama Al
aku mampir kak Rasti
Rasti Yulia: makasih kak Mel😆
total 1 replies
mama Al
takdirmu di tangan othor
mama Al
Weh berantem terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!