seorang gadis dari zaman modern, yang melakukan touring di salah satu gunung tertinggi yang ada di Indonesia. dan menyebabkan dirinya meninggal setelah berhasil menaklukkan gunung tertinggi itu.
namun, arwah yang ditarik itu, bukannya pergi kealam baka, malah melakukan perjalanan waktu ke dunia yang lampau, yang mungkin hanya ada dalam sejarah.
ia, sang gadis bernama Aryani mayora merasuki tubuh seorang ibu yang kejam, yang tega menyiksa anak kandung sendiri tanpa ampun. nama wanita itu adalah Anarawati.
lalu, bagaimana kah Kisah Aryani setelah mengambil alih jasad ibu kejam itu.?? yuk.. disimak..🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. berjanji akan merawat keduanya
Lelaki paruh baya yang mendapatkan dan mendengarkan penuturan itu tentu saja sangat senang. Ia menerima makanan itu dengan tangan gemetar.
"Benarkah nona. Terima kasih banyak. Kalau begitu besok saya akan ikut bergabung." ujar lelaki paruh baya itu dengan tangan gemetar dan suara juga yang ikut gemetar karena tidak memiliki tenaga.
Anara pun dengan cepat langsung meninggalkan tempat tersebut dan pergi ke rumah yang lain. Dan sesampainya di rumah yang lain, anara juga memberikan makanan dan menyampaikan hal yang sama kepada pemilik rumah.
Sampai akhirnya anara telah menyelesaikan pekerjaannya. Ternyata di tempat itu hanya ada 20 rumah reot yang dihuni oleh para warga. Sehingga cukup memberikan makan malam ini kepada mereka yang telah Ia masak tadi, anara Tersenyum senang. Setelah tugasnya selesai, Ia Langsung kembali ke rumahnya di mana Di sana ada anak-anak yang sedang menunggu dirinya pulang. sesampainya anara di gubuk reot mereka, dirinya langsung diserang pertanyaan dari anak-anaknya.
"Bagaimana ibu. Apakah sudah semuanya mendapatkan makanan..??" Tanya Nakula dan Sadewa yang masih setia berada di dekat makanan-makanan itu. makanan yang tersisa tinggal sedikit lagi.
"Iya sayang, sudah semuanya. Sekarang sudah waktunya Nakula dan Sadewa membersihkan kaki dan tangan. Setelah itu mari kita tidur sama-sama." Ujar Anara lagi.
Sementara dirinya yang belum bersih-bersih dari tadi, berpikir akan melakukan hal itu di ruang dimensi saja. Tunggu sampai anak-anak tertidur.
Dengan cepat, perintah sang Ibu pun langsung dilakukan oleh kedua anak kembar itu dan langsung pergi ke tempat sebuah kayu yang telah dibentuk menjadi sebuah tempat tidur.
Biasanya kedua anak itu akan tidur di lantai, dan ibu mereka yang tidur di atas. Tapi sekarang anara tidak lagi melakukan hal itu karena jiwanya bukanlah jiwa pemilik asli. Setelah anak-anak itu tertidur, anara langsung memperbaiki selimut keduanya. Di mana kondisi selimut itu juga sangat memprihatinkan. Tipis kecil dan robek di mana-mana.
"Sepertinya aku harus mengambil selimut di dalam ruang dimensi. Udara sangat dingin dan tidak baik untuk kondisi anak-anak. Apalagi rumah ini juga atapnya sudah mulai bolong-bolong dan tidak layak huni." Ujar amarah dengan pelan, ia melihat kedua anak kembar itu tidur dengan damai.
Anara tersenyum melihat keduanya, sungguh dirinya yang Sudah mengalami kelulusan sampai dua kali di akademik, tiba-tiba melakukan perjalanan waktu dan merasuki seorang ibu kejam. Dan di sinilah dirinya sekarang.
"Ibu janji akan merawat kalian dengan penuh kasih sayang, sampai suatu saat nanti kita dipisahkan kembali." Ujar anara dengan tulus.
Setelah itu ia bangkit, tujuannya sekarang adalah ruang dimensi untuk membersihkan tubuhnya dan sekaligus mengganti pakaian kebaya kuno yang sering dipakai pada zaman dahulu, dengan pakaian yang agak santai, ia juga mengenakan celana yang nyaman untuk di bawa tidur.
Sesampainya anara di dalam ruang dimensi, ia langsung bergegas membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Ia juga memikirkan cara bagaimana sekiranya ia mengeluarkan beras-beras ini untuk diberikan kepada para warga. Tapi Ia takut kalau hal ini justru akan membuat orang-orang itu manja dan tak mau berusaha.
"Sebaiknya aku ajak saja para warga untuk bertani. Lagi pula aku lihat di sini banyak lahan-lahan kosong yang bisa ditanami berbagai macam tanaman. Dan aku bisa mengambil bibitnya di dalam ruang dimensi ini. Aku rasa seperti itu juga baik." Ujar amarah lagi.
Setelah memikirkan hal itu, ia langsung mengambil beberapa selimut baru yang ada di ruang dimensi untuk mereka kenakan di dunia nyata. tak lupa, ia juga membawa dua setelan baju anak-anak untuk Nakula dan Sadewa.
Setelah itu ia langsung keluar dari ruang dimensi tersebut. Namun sebelum dirinya tertidur, Ia lebih dulu mengisi satu gentong yang dikhususkan untuk menampung air dengan air yang berasal dari ruang dimensi. Agar nanti dirinya tidak lagi susah-susah mencari air bersih. Setelah itu, anara langsung Kembali ke tempat tidur dan tidur bersama dengan anak-anaknya dengan selimut yang baru.
"Selamat malam anak-anakku... Tidur yang nyenyak ya... Mari berjuang menghadapi hari-hari esok yang sulit..." Ujar anara lagi. Setelah itu ia langsung meminjamkan matanya dan menyusul anak-anaknya ke alam mimpi.
***
Esok hari pun menyingsing. Anara masih menyimpan beberapa makanan yang ia cari di hutan Tempo lalu. Anara bangun lebih awal, ia mencuci wajahnya terlebih dahulu dan setelah itu, ia mulai memasak.
anara ingin masak makanan itu semuanya. Karena dia berniat akan membagikan beberapa makanan lagi kepada warga lainnya, sebelum mereka berangkat ke hutan kembali. Ia juga ingin masak semua daging rusa sisa kemarin.
anara pun, lagi-lagi mengeluarkan beberapa bumbu masakan dari dalam ruang dimensi dengan hati-hati, agar anak-anak tak melihat aksinya. ia melakukan hal itu, karena rasanya tidak cocok di lidah kalau daging itu tidak dimasak dengan menggunakan bumbu.
Aroma wangi pun langsung menyeruak di permukaan, menandakan masakan anara telah matang. Ia mengangkat dan memindahkan semua makanan itu dalam wadah yang besar, seperti kemarin malam.
Kemudian Ia juga menyisihkan untuk kedua anaknya agar nanti siang mereka bisa makan siang sendiri tanpa menunggu dirinya kembali. Mana tahu, mereka semua akan lama berada di dalam hutan.
Karena aroma yang begitu wangi, Nakula dan Sadewa terbangun dari tidur mereka.
"Kak aroma dari mana ini..?? Kenapa baunya sangat enak sekali.." ujar Sadewa dengan suara khas bangun tidurnya.
Ia juga mengucek-ngucek matanya. Sementara Sadewa menguap sambil ikut mengucap-ngucek matanya. Kedua bocil itu tengah duduk bersila sambil mengumpulkan nyawa mereka.
" Entahlah dewa, mungkin Ibu sedang memasak di dapur. Ayo kita lihat.." ajak Nakula kepada adiknya.
Sadewa pun menurut dan langsung ikut menyusul sang kakak yang sudah turun dari tempat tidur terlebih dahulu. Tapi Sadewa sebelum turun, ia menyadari sesuatu. Bahwa malam ini mereka tidur sangat nyenyak, Ia juga melihat sebuah kain yang tebal yang mereka gunakan sebagai selimut.
Tampaknya kain itu sangat wangi dan mewah. Tapi karena ia sudah ketinggalan jauh oleh sang kakak, Ia malah fokus mengejar Nakula untuk menyusul Ibu mereka di dapur dan tak banyak berpikir.
Sesampainya si kembar di dapur, mereka mendapati Ibu mereka sedang memindahkan daging-daging tersebut di dalam wadah yang besar. Terlihat asap mengepul begitu panas dalam panci atau alat masak yang digunakan anara.
"Ibu..." Ujar Nakula sambil berjalan ke arah anara. Anara yang melihat kedua anaknya telah terbangun langsung menyambut keduanya Dan meletakkan aktivitasnya terlebih dahulu.
"Eh.. kedua anak Ibu sudah bangun.. kalau begitu cuci muka terlebih dahulu setelah itu makan ya.." ujar anara dengan pelan dan lembut.
Ia menyuruh kedua anaknya terlebih dahulu untuk mencuci wajah mereka. Agar mengembalikan stamina dan kesadaran keduanya 100%. Keduanya pun langsung menganggukkan kepala mereka dan bergegas pergi menuju kamar mandi darurat.