Sungguh kesialan bagi gadis yang bernama Lestari karena dia harus menikah dengan gurunya sendiri yang bernama Mattew. Guru killer yang sangat di benci Lestari.
Semua itu berawal saat mereka kepergok bermesraan oleh seorang pria paruh baya di dalam mobil saat hujan deras. Pria paruh baya itu tidak lain adalah Paman Lestari sendiri.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Mengingat Mattew juga mempunyai kekasih yang sangat di cintainya, di tambah lagi Lestari masih sekolah. Akhirnya mereka sepakat untuk menyembunyikan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu bukan pembantu, tapi istriku!
"Sudah, Tuan?" tanya Bi Darmi membuat Mattew yang sedang asyik memandang tubuh bagian atas istrinya menjadi sangat terkejut dan salah tingkah.
"Bibi! Bikin kaget!" kesal Mattew, takut ketahuan mesum. Entah sejak kapan wanita paruh baya itu berada di belakangnya.
"Kok Tuan terlihat kaget begitu? Biasa aja kali." Bi Darmi menggoda sambil menahan tawa.
Mattew berdecap seraya beranjak dari duduknya, kemudian memerintahkan Bi Darmi mengganti semua seragam sekolah Lesta yang basah.
Bi Darmi sempat menolak, tapi karena mendapatkan ancaman dari anak majikannya itu, akhirnya ia menurut dan mengganti pakaian Lesta.
"Bi, ini pakaian Lesta?" tanya Mattew seraya menujuk satu stel baju tidur motif panda yang sudah lusuh. Kenapa dia baru menyadari pakaian istrinya sudah pada lusuh? pikir Mattew.
"Iya, kayaknya dia nggak banyak bawa pakaian, jadi yang tersisa pakaian itu dilemari sama seragam sekolahnya," jelas Bi Darmi seraya melirik ke belakang, di mana Mattew mengintip tubuh Lesta yang sudah polos tanpa sehelai benang.
"Tahan, Tuan. Lesta masih sekolah, setidaknya lakukan itu saat dia sudah lulus sekolah." Goda Bi Darmi lagi pada anak majikannya itu.
"Ih, apaan kali!" Wajah Mattew merona seperti buah tomat yang matang di pohonnya. Mattew segera menjauhkan diri menuju sofa, ia mendudukkan diri di sana sambil membuka ponselnya, memesan berbagai macam pakaian wanita melalui aplikasi online.
"Yang namanya pria biasanya mulut berkata tidak, akan tetapi naluri kelakiannya berkata lain, maka dari itu Nyonya memerintahkan saya untuk memisahkan kamar kalian untuk sementara waktu, paling tidak sampai Lesta lulus sekolah," jelas Bi Darmi setelah selesai memakaikan pakaian ke tubuh Lesta, lalu menempelkan washlap yang sudah di basahi dengan air hangat ke kening Lesta.
Mattew terdiam, ia menatap Bi Darmi dengan serius. Entah kenapa ucapan Bi Darmi begitu menohok di hatinya. Ia selama ini begitu membenci Lestari dan selalu melontarkan kata-kata kasar kepada istri kecilnya itu, namun di dalam hatinya yang paling dalam, ia begitu peduli dan sangat khawatir dengan Lesta.
"Jadi ini alasan Mami memisahkan kami?" tanya Mattew, serius.
"Masih banyak alasan lainnya, Tuan," jawab Bi Darmi.
"Apa?"
"Maaf, saya tidak bisa menjelaskannya." Bi Darmi segera pamit undur diri setelah tugasnya selesai.
"Bi ... Bibi!" seru Mattew ketika wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.
"Sial! Sepertinya Mami sedang merencanakan sesuatu yang besar!" umpat Mattew, kedua matanya menatap lurus ke depan, di mana Lestari terbaring lemas di atas tempat tidur. Ia beranjak dari duduknya, menghampiri Lesta dan ikut merebahkan diri di samping istri kecil itu itu.
Mattew memandang wajah cantik Lesta. Istri kecil itu mempunyai wajah oval khas wanita asia, bulu mata lentik, pipi tirus, hidung kecil tapi bangir dan bibir yang mungil berwarna merah ceri alami yang sangat menggoda imannya.
"Cantik," gumam Mattew tanpa sadar. Bibirnya mengulas senyum saat menatap wajah cantik itu. Dan entah sadar atau tidak, ia memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya dipermukaan bibir mungil Lesta.
CUP!
Oh My God! Dia telah mencuri ciuman pertama Lesta. Sungguh tidak gentle sama sekali! Dasar Mamad!
Mattew tersenyum lagi, lalu mengusap bibir mungil Lesta yang baru saja dia kecup.
"Manis sekali," gumamnya lagi.
Deg ... Deg ... Deg ... Deg ...
Jantung Mattew tiba-tiba berdetak sangat cepat, ia mengusap dadanya seraya menarik nafas panjang melalui hidung lalu membuangnya melalui mulut.
"Nggak mungkin aku jatuh cinta sama dia. Aku sudah mempunyai Becca yang sangat aku cintai." Mattew segera turun dari ranjang tersebut, menatap Lesta dalam diam sambil berusaha meyakinkan diri kalau dia sudah mempunyai kekasih yang sangat dia cintai.
"Bagaimana , Bi?" tanya Melisa kepada Bi Darmi yang kini berada di dapur.
"Hanya demam biasa karena kehujanan, Nyonya. Anda sepertinya sangat menghawatirkan Lesta." Pancing Bi Darmi, meski majikannya itu tidak pernah mengatakan dengan jujur, tapi dari gerak-gerik dan cara bicara Melisa sudah terlihat jelas kalau sedang mencemaskan Lesta.
"Bertanya bukan berarti mengkhawatirkan, Bi! Harus tahu tentang berbedaan arti dari kata tersebut!" balas Melisa lalu keluar dari area dapur dengan cepat dan salah tingkah.
Bi Darmi tersenyum simpul, ia segera mengerjakan tugasnya, menggantikan pekerjaan Lesta memasak di dapur untuk makan malam.
Melisa berjalan menuju kamar putranya sambil membawa obat paracetamol. Ia membuka pintu kamar tersebut secara perlahan, ia menyembulkan kepalanya, menatap Lesta yang terbaring di atas tempat tidur, lalu beralih menatap putranya yang duduk di atas sofa.
"Ehem!!" Melisa berdehem ketika memasuki kamar tersebut.
Mattew mengalihkan pandangannya, menatap ibunya yang berjalan menghampirinya.
"Berikan obat ini kepadanya," ucap Melisa meletakkan obat yang ia bawa di atas meja.
"Sebenarnya apa yang sedang Mami rencanakan?" Mattew meletakkan ponselnya di sisi sofa sebelahnya, lalu berdiri, berhadapan dengan ibunya.
"Maksudmu?" Melisa bertanya dengan kening yang mengkerut, menatap tidak paham pada putranya.
"Tidak perlu aku jelaskan, pasti Mami sudah tahu arah pembicaraanku!" balas Mattew.
"Mami sama sekali tidak mengerti dengan ucapanmu. Oh ... setelah dia sembuh nanti, segera pindahkan wanita itu ke paviliun!" titah Melisa seraya balik badan, beranjak keluar dari kamar tersebut.
"Lesta adalah istriku jadi aku berhak atas dirinya! Jadi, Mami tidak berhak mengaturnya seperti ini dan memperlakukannya seperti seorang pelayan!" Mattew berkata dengan sangat tegas kepada ibunya.
Langkah kaki Melisa terhenti saat sampai di ambang pintu, tanpa menoleh atau pun menyahut ucapan putranya, ia langsung melanjutkan langkah kakinya sambil tersenyum penuh arti.
Mattew mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat, menahan emosi.
"Aduh ..." Lesta mulai tersadar. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sangat pusing dan seluruh tubuhnya sakit.
Mattew segera menghampiri gadis tersebut, tidak lupa mengambil obat yang diberikan oleh ibunya.
"Kamu sudah sadar?" Mattew terlihat cemas lalu menyentuh pipi Lesta dengan punggung tangannya.
Beberapa saat yang lalu dia meyakinkan diri kalau sangat mencintai kekasihnya, tapi lihatlah sekarang, ia menatap Lesta dengan khawatir dan penuh kelembutan.
Lesta menepis tangan Mettew dengan pelan, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar tersebut.
"Ini di mana?" tanya Lesta dengan raut bingung.
"Kamarku," jawab Mattew.
Lesta terkejut mendengarnya, ia langsung mendudukkan diri, namun rasa terkejutnya semakin bertambah saat melihat pakaian yang menempel di tubuhnya.
"Tenang, yang mengganti pakaianmu adalah Bi Darmi," jelas Mattew seolah tahu isi pikiran gadis tersebut.
Lesta menghela nafas panjang, tapi dia tetap beranjak dari tempat tidur meski tubuhnya masih merasa lemas.
"Mau ke mana?" tanya Mattew mencekal tangan Lesta.
"Aku harus segera kembali ke paviliun, Nyonya Melisa akan marah kalau tahu aku berada di sini, dan aku juga harus segera masak untuk makan malam," jelas Lesta seraya melepaskan cekalan tangan Mattew.
Gadis itu sepertinya tidak mau di sentuh oleh Mattew.
"Mulai sekarang dan detik ini kamu tidur di kamar ini, bersamaku! Dan jangan melakukan apa pun lagi! Karena kamu bukan pembantu di sini, tapi kamu adalah istriku, paham!" tegas Mattew menatap tajam Lesta.
"Paham atau tidak?!" tegas Mattew sekali lagi, karena Lesta malah terdiam sambil menatapnya.
"Enggak!" jawab Lesta, membuat Mattew langsung tepuk jidat.
*****
Ngakak sama Mattew yang di tolak Lesta.
Jangan lupa like dan dukungan lainnya.