Hidden Marriage With Hot Teacher
Jakarta, jam 15:00 WIB.
Jakarta pada hari itu diguyur hujan deras dari siang sampai sore hari. Sudah menjadi hal umum dan tidak mengejutkan bagi masyarakat kalau Jakarta diguyur hujan terus menerus maka air akan naik dan mengakibatkan banjir di berbagai wilayah.
“Aduh!” pekik seorang gadis berseragam SMA sedang berada di halte bus yang tidak jauh dari sekolahnya. Gadis tersebut mengeluh karena air dari dalam parit mulai naik ke permukaan, membuat dirinya terpaksa harus naik ke atas tempat duduk yang terbuat dari besi agar terhindar dari air yang sudah memenuhi area haltes bus itu.
Di halte bus tersebut, ia tidak sendirian, ada beberapa orang yang meneduh di sana sekaligus menunggu bus kota.
“Bus-nya mana?” keluhnya sambil berdiri di atas kursi seraya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore dan dia sudah menunggu di halte bus itu selama setengah jam, akan tetapi bus kota yang biasa ia naiki tidak kunjung datang.
Lalu bagaimana caranya dia harus pulang? Sedangkan satu jam lagi dia harus berangkat bekerja paruh waktu di sebuah Kafe. Gadis bernama Lestari atau yang kerap di sapa dengan Lesta itu tidak berhenti mengeluh. Ingin memesan ojek online tidak mungkin, bukan karena tidak punya uang, akan tetapi kebanyakan driver jika hujan deras seperti ini akan menolak semua orderan.
Huh!
Lestari menghela nafas berulang kali dengan perasaan yang gelisah. Ia tetap berdiri di kursinya, sambil berdoa semoga hujan segera reda dan banjir surut, meski banjir hanya setinggi mata kaki orang dewasa, tetap saja membuat semua orang malas untuk melaluinya. Saat sibuk dengan segala pemikiranya, tiba-tiba ada mobil mewah berhenti di depan halte bus.
Pemilik mobil tersebut menurunkan kaca jendela sebelah kiri, dan tidak berselang lama pemilik mobil itu juga berseru memanggil namanya.
“Lesta!” seru pemilik mobil tersebut yang tak lain ada guru killer yang sangat di benci olehnya.
“Hah! Bapak?” Lesta menatap gurunya yang mengayunkan tangan ke arahnya.
“Ayo! Bapak akan mengantarkan kamu pulang!” seru guru tersebut karena kasihan kepada muridnya yang satu itu, meski bar-bar, badung dan tidak pernah mengerjakan tugas matematika darinya, tapi dia tidak tega kalau melihat muridnya kesusahan.
Lesta berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk dan melepaskan sepatu dan kaos kakinya terlebih dahulu sebelum turun dari kursi karena air di sekitar halte bus itu semakin naik.
Lesta berjalan cepat melintasi banjir semata kakinya menuju mobil mewah gurunya.
“Maaf, merepotkan, Pak.” Lesta tidak enak hati ketika sudah duduk di kursi penumpang tepat di samping gurunya yang duduk di balik kemudi. “Dan, maaf juga mobilnya jadi basah,” lanjutnya sambil meringis seraya meletakkan sepatunya di bawah kaki, lalu melepaskan tasnya dari pundak, segera memangkunya.
“Santai saja.” Gurunya menyahut tanpa menoleh, karena sedang fokus menjalankan mobilnya sambil melihat spion, takutnya ada kendaraan yang ingin mendahului,. Di saat hujan deras seperti itu perlu kewaspadaan dan fokus yang lebih saat berkendara.
Lesta terlihat canggung, apa lagi jantungnya dari tadi rasanya ingin lompat dari tempatnya. Terlebih lagi melihat penampilan gurunya yang terlihat sexy dan tampan dengan gaya maskulin seperti itu. Gurunya yang biasa berpenampilan rapi, rambut kelimis, serta kaca mata tebal bertengger di hidung mancungnya, kini berpenampilan berantakan, rambut sedikit acak-acakan, lengan kemejanya di lipat hingga kesiku dan kancing bagian depan itu terbuka, memperlihatkan dada bidang yang ditumbuhi bulu halus menambah kesan sexy pria itu.
Siapa coba yang tidak terpesona dengan penampilan pria tampan satu ini.
Hemm ... apakah ini yang di sebut dengan Hot Teacher? Mungkin ya, dan perlu di garis bawahi, Lesta sama sekali tidak tertarik dengan gurunya itu, ia hanya sebatas mengagumi ketampanan saja, dan selebihnya dia menanamkan benci kepada guru killer-nya yang selalu memberikan PR matematika segambreng, hingga membuatnya mual duluan sebelum mengerjakan PR-nya.
Menyebalkan bukan?
“Di mana alamat rumahmu?” tanya guru tersebut yang bernama Mattew.
“Di kawasan perkampungan X, setengah jam lagi dari sini. Ah, lurus ke depan, lampu merah belok kiri,” jawab Lesta seraya menunjukkan arah kepada Mattew.
“Lumayan jauh juga ya, untung kita searah.” Mattew melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah karena hujan masih mengguyur deras dan jalanan juga licin.
“Oh, benarkah?” Lesta sok bertanya, padahal dia sama sekali tidak ingin tahu tentang tempat tinggal gurunya.
“He-em di perumahan Andora.” Mattew menjawab tanpa menoleh.
“Oh!” Lesta hanya membulatkan mulutnya, masa bodo.
“Di sebelah mana rumahmu? Apakah sudah dekat?” pertanyaan Mattew menyadarkan Lesta yang sedang larut dalam segala pemikiran.
Lesta menoleh ke arah jalanan, ternyata sudah melewati lampu merah yang dia sebutkan.
“Jalan depan itu masuk.” Lesta menunjuk jalan kecil namun muat untuk mobil dan di atas jalan kecil itu ada gapura bertuliskan ‘Kampung KB’.
“Oke.” Mattew melajukan mobilnya dengan pelan, memasuki jalan kecil itu.
“Rumah bercat biru dan di depannya ada bunga kamboja.” Lesta memberitahu letak rumahnya.
“Seram sekali, ada bunga kambojanya.” Mattew berkomentar diiringi dengan tawa pelan.
Mattew memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah muridnya. Hujan deras masih mengguyur, Lesta segera bersiap keluar dari mobil itu akan tetapi gerakannya terhenti saat matanya tiba-tiba sakit seperti kelilipan sesuatu.
“Aduh!” pekik Lesta seraya mengangkat salah satu tangannya ingin mengucek salah satu matanta, akan tetapi tangannya langsung di tahan oleh Mattew.
“Jangan di kucek, nanti iritasi. Sini aku lihat ...” Mattew menangkup wajah Lesta dengan salah satu tangannya dan tangan satunya lagi menyentuh kelopak mata muridnya yang kelilipan, ia sampai memeringkan kepalanya karena mengamati mata Lesta seraya mencari sesuatu yang masuk ke dalam mata gadis itu.
Dari dalam rumah, paman Lesta menatap curiga pada mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya. Ia segera keluar dan melihat pemilik mobil tersebut.
Tapi setelah di lihat dari dekat ternyata ada sepasang muda-mudi yang sedang berciuman.
“Hei! Keluar kalian! Jangan berbuat mesum di sini!” teriak Pak Rusli sambil mengetuk kaca jendela mobil berulang kali.
Mattew dan Lesta yang berada di dalam mobil sangat terkejut. Lesta menatap ke arah luar mobil sambil mengucek salah satu matanya yang masih terasa sakit dan mengganjal.
“Keluar kalian!” teriak Pak Rusli sekali lagi.
Mattew dan Lesta segera keluar dari dalam mobil.
Pak Rusli mengamati wajah pria tampan yang bersama keponakannya itu, ia merasa tidak asing. Ya, benar sekali, ia tidak asing dengan wajah tampan itu.
“Hei! Kamu berbuat mesum dengan keponakanku!” sentak Pak Rusli kepada Mattew.
“Paman, tidak sama sekali, dia hanya ingin ...”
“Halah! Pokoknya dia harus tanggung jawab! Kalian harus menikah karena sudah kepergok mesum di dalam mobil!” Pak Rusli menatap tajam seolah tidak memberikan kesempatan pada Mattew yang ingin menjelaskan kepadanya.
“Mohon maaf, Pak, saya ini ...”
“Saya lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu sedang mencium keponakanku!” Pak Rusli tetap ngotot, sambil berbicara ia menunjuk wajah Mattew dengan rasa kesal.
***
Seperti biasa berikan like, komentar, vote, subcribe dan hadiah untuk novel baru Emak ini ya❤
Ojo lali pokoke, nak lali tak slepet loh🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ima Kristina
nyimak Thorr
2024-08-24
0
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
mattew clark lesta anakx jensen melisa
2024-07-11
0
Kalele Femmy
mampir lagi thor semangat🙏🏻🙏🏻🥰🥰
2024-07-09
0