Namaku Inaya, aku baru lulus di sekolah menengah atas. Keseharianku membersihkan rumah, memasak, dan memberi makan ayam. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang nenek yang kebingungan mencari kendaraan. Dia meminta bantuanku. Awalnya aku menolak, namun karena kasihan, akupun membantunya. Setelah itu, dia memberiku sebuah gelang. Aku sudah menolak, namun dia kekeh memaksaku menerimanya. Semenjak memakai gelang, kejadian aneh mulai bermunculan.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Hari ini ialah hari idul fitri. Aku dan keluargaku biasanya ziarah kemakam sang kakek dan nenek. Setelah itu kami pergi berkunjung kerumah nenek atau ibu dari ayahku. Diperjalanan, kecelakaan tak terelakkan terjadi. Aku terbang melayang dan jatuh keaspal. Tubuhku terguling-guling hingga memasuki sebuah empang atau biasa disebut kolam ikan. Aku sempat menatap gelang pemberian nenek tak kukenal, hingga kesadaranku pun hilang. Lalu setelah aku membuka mata kembali, aku berada ditempat asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zakina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 KEPASAR KERAJAAN KUNO (1)
Putri Khina berjalan menuju ke kediaman Putri Irha. Sesampainya di kediaman Putri Irha, samar-samar Khina mendengar suara kegaduhan di dalam kamar.
"Brang(suara benda lemparan)....Bangsat, keluar Lo dari kamar gue," Ucap Putri Irha.
"Kau Istriku, aku berhak atas dirimu," Ucap Pangeran Bobby, suami dari Putri Irha.
"LEPAS BANGSAT, JANGAN SENTUH GUE," Teriak Putri Irha.
"Bugh."
"Awh," Ringis Pangeran Bobby.
"Keluar kagak! Atau ku potong burungmu!" Ancam Putri Irha.
"Cepat keluar!" Ancam Putri Irha.
Pangeran Bobby berajalan keluar dengan langkah tertatih.
"Ceklek."
Putri Andini buru-buru menarikku dan membawaku bersembunyi ke samping dinding.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Shhttt," Putri Andini menaruh jari telunjuknya di bibirku.
Setelah Pangeran Bobby pergi, Putri Andini kembali menarikku ke depan pintu kamar Putri Irha.
"Apaan sih, main tarik-tarik aja. Kayak rel kereta tau gak," Ucapku kesal.
"Hehe, sory-sory," Ucap Putri Andini.
"Kalian disini?" Tanya Putri Irha.
"Iya," Ucap Putri Andini.
"Tadi kamu bilang, kamu mau potong burung pangeran ketiga? Apa pangeran punya burung?" Tanyaku.
"Emmm, itu...gimana ya jelasinnya," Ucap Putri Irha.
"Ya elah, gitu aja susah...gini ya Putri Kina, burung yang dimaksud Putri Irha itu alat kelamin pria," Ucap Putri Andini.
"Owhh," Ucapku.
"Kalian ngapain kesini?" Tanya Putri Irha.
"Gak tau tuh sama Putri Kina," Ucap Putri Andini.
"Kita ke pasar bareng yuk," Ajakku.
"APA? PASAR?" Ucap Putri Irha dan Andini kaget.
"Kenapa? Apa salah kalau kita ke pasar?" Tanyaku.
"Ogah banget aku ke pasar, disana pasti becek. Belum lagi banyak orang disana, pasti desak-desakan," Ucap Putri Andini.
"Kalau ke Mall sih mau, ke pasar kagak mau lah. Disana pasti barangnya obral semua," Ucap Putri Irha.
"Bener banget, aku juga pasti mau kalau ke Mall," Ucap Putri Andini.
"Kalian ini ada-ada aja, mana ada Mall di zaman kerajaan kuno ini," Ucapku geleng-geleng kepala.
"Kalik aja ada," Ucap Putri Irha.
"Mau pergi atau kagak nih? Anggap aja kita lagi refreshing. Daripada di istana terus, gak ada kerjaan, mending cus kita jalan-jalan. Nanti kalian nyesel loh," Ucapku.
"Males," Ucap Putri Andini.
"Yayayaya," Ucap Putri Irha.
"Beberapa hari lagi acara ulang tahun Ratu Badut, kita harus memberi hadiah buatnya," Ucapku.
"Wah, pasti seru ada pesta. Yuk lah, kita kepasar. Walau terpaksa sih," Ucap Putri Andini.
"Em, let's go," Ucap Putri Irha menarik tanganku.
"Oii, tungguin," Ucap Putri Andini.
"Makanya jangan lamban," Ejek Putri Irha.
"Kau...."
"Udah-udah, gak usah berdebat. Pusing aku mendengar perdebatan kalian yang tiada akhir," Ucapku berdiri di tengah dan menggandeng tangan keduanya.
Sesampainya di kandang kuda, aku memerintahkan Para pengawal untuk menyiapkan kereta kuda.
Tak lama kemudian, kereta kuda sudah siap. Tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang.
"Putri! Hos! Hos!" Panggil Nurfa berlari kearahku.
"Putri kemana saja? Dari tadi aku cariin Putri kemana-mana," Ucap Nurfa.
"Dari kediaman Putri Irha dan sekarang otw ke pasar," Ucapku.
"Otewe itu apa, Putri?" Tanya Nurfa.
"Puuffff...hahaha," Tawa Putri Andini dan Irha.
"Ooo, otw artinya mau berangkat," Ucapku. Nurfa mangguk-mangguk paham.
"Yuk kita naik," Ajakku.
"Enggak ada mobil kah? Masa iya naik kereta kuda," Keluh Putri Irha.
"Mobil itu apa, Putri?" Tanya Nurfa.
"Kendaraan roda empat," Ucap Putri Andini.
"Kau enggak udah manja deh. Ini bukan zaman kerajaan moderen, yang gunakan mobil," Ucapku.
"Yayaya," Ucap Putri Irha.
Saat hendak memasuki kereta, seseorang tiba-tiba menarik tangaku.
"Apa sih!" Ucapku berbalik menengok kebelakang.
"Kita berangkat bersama, Kau ikut denganku," Ucap Pangeran Arjuna membawaku ke kereta lainnya.
"Eh, tapi aku mau naik kereta itu," Ucapku.
Pangeran Arjuna menarikku kembali ke kereta yang tadi.
"Kalian berdua pindah di kereta balakang!" Perintah Pangeran Arjuna.
"Enak aja, ini kereta kami," Ucap Putri Andini.
"Ku bilang, pindah!" Ucap Pangeran Arjuna dingin.
'Serem amat nih orang,' Batin Putri Andini takut.
"Yuk kita pindah kereta, daripada disini, bisa-bisa kita habis dimakan sama nih makhluk astral," Bisik Putri Irha. Mereka bergegas pindah ke kereta belakang.
"Ayo naik, biar ku bantu!" Perintah Pangeran Arjuna mengulurkan tangan ingin membantuku.
"Aku bisa naik sendiri," Ucapku bergegas naik ke dalam kereta.
Di luar, tampak Putra Mahkota menyuruh Putri Andini keluar dari kereta.
"Keluar!" Ucap Putra Mahkota.
"Kagak mau," Ucap Putri Andini.
"Keluar atau ku paksa!" Ucap Putra Mahkota.
'Idihh, serem amat nih orang. Yang satu kayak harimau, yang satunya lagi kayak singa,' Batin Putri Andini.
"Keluar!" Ucap Putra Mahkota.
"Iya-iya," Kesal Putri Andini.
"Dia istriku, aku yang berhak duduk dengannya!" Ucap Pangeran Bobby, dia pengeran ketiga kerajaan majahpahit, sekaligus suami dari Putri Irha.
Putra Mahkota tampak cuek, dia tetap memasuki kereta.
"PUTRA MAHKOTA ILYAS, PANGERAN ARJUNA, KALIAN MASUK KE KERATA PASANGAN KALIAN MASING-MASING!" Perintah Raja Dayat yang kebetulan melewati area kandang kuda.
Putra Mahkota dan Pangeran Arjuna turun dari kereta. Mereka manaiki kereta pasangan masing-masing. Aku satu kereta dengan Putra Mahkota, Pangeran Arjuna satu kereta dengan Putri Andini, Pangeran Bobby satu kereta dengan Putri Irha.
'Mati aku! Kenapa sih aku harus satu kereta sama nih cowok batu es. Tadi aku mengejek dia pula,' Batinku.
"Menjauh dariku!" Perintah Putra Mahkota.
"Siapa juga yang mau satu kereta sama Cowok kulkas kayak loh," Ucapku.
"Kalau bukan perintah raja, aku tidak akan sudih satu kereta sama wanita licik sepertimu. Sana menjauh!" Ucap Putra Mahkota.
"Kereta ini sempit tolol, Kau mau buat aku jatuh dari kereta," Ucapku kesal.
Putra Mahkota memalingkan wajah ke kuar jendela. Aku pun melakukan hal sama.
Di dalam kereta Putri Andini, Pangeran Arjuna memasuki kereta.
'Nih cowok galak ngapain kesini sih. Kenapa dia nggak pake kuda aja. Males banget satu kereta sama cowok galak modelan dia. Tapi ganteng sih...eeh, kok aku mikir aneh-aneh sih. Sadar Aulia, sadar....cowok galak Kayak dia bukan tipemu,' Batin Putri Andini.
"Jangan melihatku!" Ucap Pangeran Arjuna.
'Gimana dia tau kalau aku lagi liatin dia? Padahal pandangannya lurus kedepan? Ih, apa dia cenayang?' Batin Putri Andini.
Didalam kereta Putri Irha, Pangeran Bobby mengambil kesempatan dengan mengimpit Putri Irha.
"Menjauh atau ku tendang lagi burungmu itu. Hmmm...tidak, lebih bagus lagi kalau di potong sampai ke akar-akarnya," Ancam Putri Irha.
Pangeran Bobby bergidik ngeri, dia menjauhkan dirinya dari Putri Irha.
'Kenapa dia berubah secepat itu? Dulu dia selalu berbicara lembut padaku. Sekarang dia malah kasar dan menyeramkan,' Batin Pangeran Bobby.
Kereta kami melaju ke halaman depan istana. Setelah pagar istana di buka, kereta mulai melaju cepat keluar dari Istana Kerajaan Majahpahit.
...¤BERSAMBUNG¤...