Pertemuan tak di sengaja, menjadi awal buruk untuk kehidupan Dea. Bagaimana tidak? Dea di minta Ibunya mengantar hadiah ulang tahun untuk atasan ayahnya di kira wanita panggilan.
Tanpa di duga pertemuan awal membuat sosok Bryan anak dari atasan Ayah Dea, tertarik padanya.
Namun tidak untuk Dea, wanita tersebut tidak menyukai Bryan. Berusaha melakukan banyak cara agar tidak di pertemukan dengan Bryan, nihil. Mereka kembali di pertemukan semua karena takdir.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? penasaran? yuk langsung saja baca yuk🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia rysa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Mendatangi rumah
Bab 9: Mendatangi rumah
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Dea memilih kembali pulang, di kampus otak nya tidak bisa berpikir jernih. kepala nya sakit, gosip para mahasiswa/i kampus yang menyaksikan keributan di kantin tadi mulai menyebar. Dan itu sangat membuat nya tidak nyaman.
Di rumah dia bisa beristirahat menenangkan diri sambil memikirkan hari esok jika bertemu Bryan kembali.
Dia sedang malas menemui atau berbicara dengan siapapun. Semua membuat nya seakan tidak ingin melakukan apapun.
Rumah suasana sunyi. Tidak ada orang, Bunda sedang pergi mengantar pesanan sekalian berbelanja. Sedangkan Ayah bekerja di kantor.
Setiba nya langsung membersihkan diri, Dea mengganti pakaian santai. Menjatuhkan diri di kasur baru juga sebentar memejamkan mata terdengar bunyi bel.
Menarik nafas kasar, Dea berat hati bangun. Di buka pintu, rambut di ikat tinggi guling. Baju lengan panjang dan celana panjang.
Wajah bersih alami tanpa benda ajaib percantik yang biasa di gunakan wanita.
"Bunda sudah kembali? tapi ini masih pagi. Tadi katanya pergi jam 10, ini masih jam 11. Apa secepatnya itu antar pesanan dan belanja?" pikir Dea bertanya-tanya terus berjalan.
Ting-tong... ting-tong...
"Sabar!" teriak Dea.
Dia membuka pintu. Mata nya terbelalak kaget melihat siapa yang datang.
Deg!
Deg!
Deg!
Terkejut melihat seseorang yang di hindari tidak ingin di temui mendadak ada di depan hadapan nya sangat suprise.
"Apa yang kau lakukan di sini? bagaimana bisa tau alamat ku? mending pergi dari sini, aku tidak mau bicara dengan mu," ucap Dea kembali menutup pintu, namun sebelum tertutup tangan pria tersebut menghalangi.
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu mau bicara dengan ku," kata Bryan kekeh.
"Kau tidak bisa memaksa ku seperti ini. Jika kau ingin bicara besok, pulang lah sekarang aku ingin menenangkan diri," usir Dea tidak mau Bryan terus di sini atau Bunda nya pulang dan bertanya-tanya.
"Tidak, kita harus bicara sekarang. Aku tidak tenang kalau masalah belum di selesaikan."
"Lalu kalau kau ingin bicarakan sekarang apa aku bisa menerima semua dengan baik? tidak, pikiran ku saat ini sedang tidak baik, aku tidak mau semua perkataan mu tidak bisa ku terima, lebih baik di tunda besok setelah pikiran ku jauh lebih baik."
Dea menolak, mengusir Bryan pergi dari rumah. Dia malas bicara untuk saat ini. Pikirannya kacau.
Kejadian tadi di kampus membuat nya kecewa besar sama Bryan.
"Hei apa yang kau lakukan? keluar lah jangan kekanakan seperti ini," marah Dea kesal Bryan asal masuk kamarnya.
Wajah Dea terlihat merah, amarah sudah di atas kepala dia tau tapi berlagak tidak tau. Menanggapi dengan santai malah membuat wanita tersebut marah lebih tidak terima di acuhkan.
"Tidak aku akan di sini sampai semua kesalahpahaman kita selesai. Mana calon mertua ku? aku ingin kenalan sama mereka," Bryan menatap Dea tanpa beban bicara nya santai tanpa keraguan.
"Kau gila apa? jangan macam-macam, cepat pergi lah dari sini. Sudah ku katakan besok kita bahas tapi tidak hari ini," ucap Dea jelas.
"Tapi aku maunya hari ini sayang."
"Dia sangat keras kepala, kalau aku terus menolak dia akan terus berada di sini. Bagaimana kalau Bunda pulang dan melihat nya pasti akan makin panjang," pikir Dea dalam benak.
Menarik nafas dalam, menatap lekat pria yang duduk di sofa sambil memangku kaki. Tidak tau harus apa selain ikut.
"Bicaralah 15 menit setelah itu segera pergi dari sini."
"Kenapa 15 menit? aku masih ingin di sini bersama mu, dan bertemu calon mertua ku," ucap Bryan.
"Orang tua ku sedang tidak berada di rumah, jadi cepat bicara dan pergi dari sini. Aku tidak mau ada orang yang salah paham melihat kita berdua," alasan Dea, dia masih belum bisa terima Bryan sepenuhnya.
Bryan tersenyum, menarik Dea tanpa aba-aba. Keseimbangan tubuh hilang Dea terjatuh di pangkuan nya.
"Kita berdua saja sayang. Bagaimana kalau aku jelaskan di ranjang mu saja?" tawar Bryan menggoda. Tangan melingkar di peluk.
"Lepaskan, kau jangan gila. Aku memberi mu waktu berbicara bukan kau gunakan dengan baik malah melakukan yang tidak benar," marah Dea tidak habis dengan jalan pikir Bryan.
"Bryan apa yang lakukan?" kaget Dea ada tangan bergerak di dalam pakaian nya.
Satu minggu tidak bersentuhan dengan wanita manapun, Bryan tidak tahan. Memeluk Dea, reaksi tubuh tidak bisa di bohong.
Ruangan yang sepi hanya mereka berdua. Bryan yang terbiasa dengan bermain mendadak tidak melakukan sangat menyiksa.
Dea tidak henti menyadarkan Bryan. Dia takut kalau aksi Bryan tidak bisa di kendalikan ini di lihat Bunda.
"Aku tidak ada pilihan lain lagi sekarang."
"Kita akan bicara di kamar ku. Sekarang berhentilah," ucap Dea terpaksa dengan berat hati.
Pilihan yang di ambil sudah akhir dari semua jalan terbaik saat ini.
"Tunjukkan dimana kamar mu," Bryan menggendong Dea ala brydel.
"Tidak ak--"
"Di kamar atau?" senyum Bryan menatap Dea.
.
.
.
Setiba di kamar Bryan mengunci pintu dan membaringkan Dea di kasur, menin**h nya.
Mengelus wajah cantik, tatap dalam penuh cinta. Bryan bahagia bisa seperti ini.
"Aku mencintaimu Dea sangat mencintai. Aku tidak bisa kehilangan mu. Kamu bukan hanya cinta ku tapi juga hidup dari separuh nafasku. Jangan pernah mencoba untuk meninggalkan ku karena aku akan tetap mengejar meski itu ke planet mars sekalipun," serius Bryan. Mengecup kening, turun ke hidung, kedua pipi dan terakhir di bibir.
Ciuman di bibir lama perlahan berubah lum***n. Dea terhipnotis akan awalan manis perkataan dan sikap nya hingga tidak sadar masuk dalam pelukan.
Pautan dalam di berikan Bryan handal. Tidak mengecewakan wanita manapun bersama nya.
Tangan nakal mulai tak terkendali, masuk ke mengelus. Bryan tidak sabar gejolak di dalam tidak bisa di tahan sudah menginginkan.
Menikmati belum menyadari semua, beberapa menit kemudian dia sadar saat gunung kembar di re***.
Dea menggeleng kepala menyadari semua sudah tidak benar. Dia tidak tau bagaimana bisa menikmati sentuhan pria tersebut.
"By, jangan. Kendalikan dirimu. Ku mohon jangan lakukan ini sekarang," pinta Dea berkata dengan nada pelan. Jika dengan keras bukan berhasil malah kacau.
"Apa itu berarti kamu mau melakukan bersama ku di masa depan?" ucap Bryan dari apa yang di tanggap dari perkataan nya.
"Iya, sekarang bangun lah," sahut Dea.
Bryan bangun tapi tidak turun dari ranjang, hanya melepaskan dari tindihan, berbaring di samping memeluk Dea erat.
"Huftt... sabar Dea. Kau bisa hadapi pria ini," menyemangati diri sendiri.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
bget