NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dewi Hijab

Terjebak Cinta Dewi Hijab

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Mengubah Takdir / Romansa / Bad Boy
Popularitas:659
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.

Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.

Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.

Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.

Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?

Jangan skip! Buruan atuh di baca...

Fb/Ig : Pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_13 Lingeri Merah Biang Masalah

Hanina_POV

Apa yang mereka bisikan? Aku tidak tahu, yang kulihat Wang Lei hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

Dia lalu mendekat ke arahku dengan ekspresi yang lebih dingin dari sebelumnya.

"Ayo pergi." serunya datar.

Tubuh ini gemetar dan jantungku masih berdetak kencang setelah semua insiden yang kulihat di tempat remang-remang ini, sedangkan aku hanya bisa diam tanpa di izinkan berkata dan bertanya.

Langkahku terus membuntuti lelaki bertubuh tinggi di depanku, keluar dari restoran yang lebih mirip tempat hiburan malam. Bau alkohol menyengat hidungku dan mata orang-orang tak lepas menatapku, itu membuatku sangat tidak nyaman sepanjang jalan.

Kami akhirnya tiba di parkiran, berdiri di samping motor ninja Wang Lei. Lelaki itu dengan sigap mengenakan helmnya kembali, masih dengan ekspresi kaku.

"Kita akan kemana sekarang?" tanyaku.

"Mencari baju untukmu." jawabnya tanpa menoleh.

"Apa jam segini masih ada toko yang buka?" tanyaku, pelan.

"Semoga saja masih." Dia merapatkan jaketnya, lalu duduk diatas jok motor, mulai menyalakan mesin.

"Aku tidak yakin, kita pulang saja ya?"

"Sudah jangan cerewet, ayo naik!" perintahnya, tegas.

Aku berdiri bimbang, tidak ingin membuatnya terlalu kelelahan.

"Tapi_"

"Baiklah, tinggal saja di sini!" tiba tiba dia memutar gas dan melajukan motornya membuatku, mendadak panik.

"Eh, iya iya... Tunggu!" teriakku, dan untunglah dia berhenti sebelum melajukannya ke jalan raya.

Aku buru-buru menghampirinya, jantungku berdetak makin kencang, antara kesal, panik, dan takut ditinggal sendirian di tempat seperti ini. Dengan langkah tergesa-gesa aku naik ke jok belakang, memegang bahunya sebagai satu satunya topangan untuk naik.

"Sudah..." ucapku, begitu siap.

"Pegangan yang benar, kalau kamu jatuh itu bukan urusanku lagi." suaranya tak berubah, masih tajam dan dingin. Aku pun dengan terpaksa melingkari pinggangnya. Aku benci situasi ini, aku benci debar dadaku yang tak seharusnya aku rasakan, untuk pria yang baru beberapa hari aku kenal.

Suara mesin motor meraung pelan sebelum akhirnya melaju menyusuri jalanan kota yang mulai sepi.

Angin malam terasa dingin menyusup kulit. Tak sadar peganganku semakin mengencang, tapi buru buru aku melonggarkannya lagi. Jangan sampai dia mengiraku mencari kesempatan dalam kesempitan.

Lampu-lampu kota menari dalam bias samar, tercermin di kaca helm Wang Lei. Jalanan malam terasa panjang, seolah waktu memperlambat langkahnya hanya untuk membuatku merenungi situasi yang tak kumengerti.

2 jam kemudian.

Motor berhenti perlahan di depan sebuah toko kecil dengan neon redup yang berkedip-kedip. Aku mengedarkan pandangan, berharap toko ini bisa jadi jawaban terakhir dari pencarian tak berujung kami malam ini.

"Coba kita cek yang ini," ucap Wang Lei sambil turun dari motor. Dia berjalan tanpa menunggu, langkahnya cepat seperti mulai kehilangan kesabaran.

Aku buru-buru menyusul, meski kaki sudah terasa pegal karena sudah berkali-kali berhenti di toko berbeda. Di setiap tempat, entah bajunya terlalu kecil, terlalu mencolok, atau terlalu terbuka yang jelas bukan mencerminkan siapa aku. Tapi entah kenapa, dia tetap mencarikan, tanpa banyak protes walau wajahnya makin muram tiap menit berlalu.

Wang Lei membuka pintu toko di ikuti olehku dan kami langsung di sambut kakek-kakek bertopi koboi yang duduk di balik meja transaksi.

"Selamat datang di toko Mì Yī Gé (Paviliun Busana manis) " Sapanya ramah. Aku tersenyum dan berhenti sejenak, sementara Wang Lei terus berjalan menyusuri area dalam toko tanpa menoleh.

"Selamat malam, pak." balasku, sopan.

"Selamat malam, cucu manis. Mau cari yang model kelinci atau suster?" tanyanya, sambil tersenyum, terlihat giginya sudah banyak yang ompong.

Aku mengernyit lalu tertawa pelan, aku benar-benar tidak mengerti dengan penawarannya, dia pikir aku sedang cari busana cosplayer? Ada-ada saja.

"Hmm... Pak, aku mau cari gaun panjang seperti yang aku pakai sekarang. Apa ada gaun seperti ini di sini?" ucapku, sambil menunjukan gaun cokelat muda yang ku kenakan. Pria tua itu menyeringai lebar.

"Aha! Kau wanita berhijab, aku suka itu.Wanita sepertimu kadang lembut di luar tapi ganas di dalam. Percayalah, tokoku ini juga sering kedatangan wanita sepertimu." celotehnya tanpa berhenti.

"Maaf, Pak?" tanyaku, heran.

"Tidak perlu malu, cucu manis... " Dia bertingkah ganjen, mengedipkan sebelah matanya.

"Barusan tadi suamimu, kan?  Ahaha... Tampak brutal, dia tahan lama tidak? Kalau tidak, di sini juga menyediakan obat kuat yang akan mengguncangmu siang-malam." dia tertawa pelan, membuatku tercengang.

"Maaf, Pak tolong jaga bicaramu. Kau bicara sangat vulgar dan tidak pantas untuk pria seusiamu." ucapku pelan dengan nada sinis.

Pria itu memundurkan wajahnya dan terkekeh tanpa rasa bersalah.

"Ehh...Apa yang salah, Nona? aku hanya sedang menawarkan barang daganganku, kenapa kau marah-marah?"

"Karena bicaramu tidak sopan. Aku kesini untuk mencari gaun panjang, bukan obat kuat apalagi gaun suster!" balasku ketus.

"Kalau begitu kenapa kau datang ke tokoku? Kau tidak melihat apa yang ku jual? Dasar gadis aneh!" balas si kakek dengan suara agak tinggi, seolah merasa benar sendiri.

Aku kesal tapi belum sempat menjawab, langkah Kaki Wang Lei mendekat dan mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut.

"Kita salah masuk toko." ujarnya, begitu tiba disampingku.

"Hah?"

Aku memutar tubuh menatap seisi toko. Kini, aku baru sadar bahwa toko ini hanya menjual gaun dan peralatan sensual.

Aku melangkah ke tengah sedikit, menutup mulut dengan kedua tangan, yang kulihat benar-benar sangat menjijikan. Rak-rak gantungan dipenuhi dengan pakaian dalam transparan, lingerie super mini, costume cosplay dewasa, stoking jaring ikan dan borgol? untuk apa semua itu? 20 tahun hidup, ini pertama kalinya aku benar-benar malu menjadi seorang perempuan. Aku tidak bisa membayangkan aku akan memakai pakaian terkutuk itu. Menjijikan!

Langkahku kembali ke arah Wang Lei.

"Ayo keluar." ucapku kesal, tapi tetap menjaga ketenangan.

Dia tidak banyak merespon hanya melangkah di ikuti olehku, tapi belum sampai pintu...

"Eh, eh, eh! Tidak bisa begitu, Nak." kakek  itu berdiri menghadang, senyumnya lebar.

"Di toko ini, yang masuk wajib beli! Aturan baru dari bos. Beli satu, gratis... Celana dalam premium." katanya sambil tertawa sendiri.

"Apa?" Wang Lei memelototinya.

"Peraturan kami, sudah jelas tertulis di papan,"

Si kakek menunjuk ke papan di atas pintu, lampunya mati, tulisannya pun nyaris tak terbaca: 'Once you enter, you’re a customer. No escape!'

"Ayo di beli maka akan dapat celana dalam, free!" Dia menyomot celana dalam kuning yang terpajang di meja, dan melebarkanya di depan wajah Wang Lei, muka lelaki itu memerah seketika.

"Omong kosong!"Dia merebut, lalu melempar kasar kain segitiga itu ke muka keriput si kakek.

"Siapa yang membuat peraturan seperti itu? Kau melanggar hak kebebasan pelanggan. Aku tidak akan beli. Ayo, Senorita!" serunya tajam, dia menarik jemariku entah sengaja atau tidak, membuat degupku semakin tak karuan, aku ingin melepaskan tapi terlalu nyaman. Maafkan Hanina Ya Allah...

"Hey tidak semudah itu, anak muda. Toko ini bukan pajangan yang seenaknya dilihat doang. Lagipula apa ruginya beli satu lingerie untuk istrimu? Kan kau sendiri yang akan senang," Pria tua itu tetap bersikeras.

"Jangan sok tahu! Minggir,"  bentak Wang Lei.

"Tidak bisa!" jawab si kakek. Dia benar-benar keras kepala.

Aku mencoba menenangkan situasi.

"Pak, hukum jual beli itu harus atas dasar kerelaan dua belah pihak, kau tidak bisa memaksa kami begini, lagi pula kami hanya..."

"Diam Senorita, biarkan aku yang bicara." potong Wang Lei suaranya datar penuh emosi.

"Wang Lei sudahlah..  Kita beli saja, jangan memperpanjang keributan." bisikku pelan, mencoba menahan lengan jaketnya agar tidak semakin hilang kendali.

Aku menatap si kakek, tiba tiba senyumnya melebar.

"Nah, kau dengar? istrimu saja setuju.. Tidak akan rugi mempercantik istri, kecuali kau ini memang suami yang pelit! Gadis itu tidak beruntung menikah denganmu!" seru si kakek.

"Berisik sekali, kau tua bangka!" bentaknya, wajahnya merah padam. Dia hampir menampar pria tua itu tapi untungnya aku cepat menahannya.

"Wang Lei... Sudah! dia orang tua, kendalikan dirimu,"

Tanganku masih menahan pergelangan tangannya yang tegang, otot-ototnya mengeras di bawah jemariku. Wang Lei memelototi kakek itu dengan sorot mata sedingin es, membuat suasana toko kecil ini mendadak sesak.

"Dia sudah terlalu kurang ajar, Senorita," desisnya rendah.

Aku menggeleng cepat, berusaha membuatnya menenangkan diri. "Kumohon…  ambil satu lalu pergi. Tidak perlu memperpanjang masalah dengan orang seperti ini."

Kakek tua itu tertawa lagi. "Hahaha! Lihat, kan? Istrimu saja takut padamu. Kau lelaki macam apa? Jangan-jangan di rumah juga suka main tangan, sudah pelit main tangan pula? Astaga..."

"Cukup!" bentaknya keras, suaranya menggema, "Aku tak pernah memukul wanita, tapi jangan uji kesabaranku, Tua Bangka!"

Dia menepis tanganku cukup kasar lalu melenggang ke dalam toko, tangannya menarik satu lingerie merah, melepaskannya dari gantungan dengan gerakan tergesa lalu kembali dengan langkah penuh amarah.

"Cepat bungkus, sebelum aku yang membungkusmu!" hardiknya, melempar Lingeri itu ke dada si Kakek yang langsung sigap ditangkapnya.

Wajah pria tua itu mendadak sumringah, dengan cepat kembali ke meja kasir. Tangannya bergerak lincah membungkus dan memasukannya ke kantong kertas.

"Ini, 350 yuan." katanya sambil menyerahkan kantong itu, aku mengambilnya.

Wang Lei merogoh dompet dari saku celana, mengapit beberapa lembar uang, meletakannya dengan kasar di atas meja.

"400 yuan, ambil kembaliannya untuk biaya pemakamanmu!"

Pria tua itu tersenyum kecut. Kami sudah tak perduli, lekas keluar dengan buru buru,  Wang Lei menutup pintunya dengan keras. Tapi baru beberapa langkah pria tua itu kembali bersuara nyaring.

"Jangan kembali lagi! dan semoga kalian tidak mati lebih dulu dariku!"

Langkah kami berhenti, Wang Lei balas berteriak.

"Dasar pria tua cabul, kuburanmu akan kusiapkan!" Dia memutar tubuhnya untuk kembali masuk, namun segera aku menarik lengannya, menghentikan dan menenangkanya.

"Astagfirullah, sudah... sudah jangan pedulikan! Ayo pulang!"

1
Siti Nina
Astaga ada" saja tuh kakek" bikin emosi jiwa 😅
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
Waw,,,sangat menarik ceritanya keren banget 👍👍👍
Siti Nina
oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Mampir thor salam kenal kesan pertama menarik ceritanya keren kata"nya juga enak di baca 👍👍👍 tapi yg like nya dikit banget padahal oke banget ceritanya 👍👍👍🤔🤔
Nalira🌻: Salam kenal juga, Kak...🤝🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!