NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tunggu Karmamu, Drajat!

"Pak, kasian Ibu, kenapa kita pergi tinggalin Ibu?" tanya Kemuning, dia lah yang paling perhatian pada ibunya.

"Kita nggak ninggalin ibu, kok. Nanti setelah kita cari angin segar, kita balik lagi, semoga aja nanti ibu udah baikan," jawab Drajat.

"Tapi, Pak. Benar kata Muning, sebaiknya kita temani ibu saja di rumah," timpal Melati, menatap iba pada ayahnya.

"Eemmm, begini. Sebenarnya, Bapak lagi manggil orang pinter buat obatin Ibu kalian, Bapak ajak kalian pergi biar kita nggak ganggu proses pengobatannya, kalian ngerti, kan?" tanya Drajat, mencoba meyakinkan dua putrinya.

Kemuning dan Melati masih memperhatikan pintu masuk itu walau akhirnya menurut pada ayahnya. Mereka pikir demi kesembuhan ibunya.

Sementara itu, Karsih sedang duduk di bawah pintu, menekuk lututnya dengan terus menunduk. "Jangan ganggu! Pergi kalian!" teriak Karsih, histeris.

Para asisten rumah tangga pun mulai membicarakan rumah juragannya yang semakin hari semakin terasa aneh.

"Kasihan ya Bu Karsih, lagi sakit malah ditinggal pergi," bisik-bisik mereka.

Kemudian, mereka pun mulai bergosip tentang kejanggalan-kejanggalan yang ada sehingga mereka berpikir kalau juragannya itu sudah memakai ilmu pesugihan.

Lalu, brak! Suara mengagetkan itu datang dari kamar juragannya. Karsih yang sudah tak tahan lagi dengan gangguan itu akhirnya memilih loncat dari jendela, berusaha menghindari mereka yang terus mengganggu.

Namun, sosok-sosok itu terus mengikutinya. Karsih yang jatuh tengkurap di tanah itu menatap dua sosok hitam pekat, matanya merah, rambutnya keribo sedang berjongkok di depannya, menertawakan kemalangannya.

Sekarang, matanya terpejam, entah apakah hari esok masih ada atau tidak bagi Karsih.

Tak berselang lama, Karsih membuka mata, dia terkejut saat melihat tangan dan kakinya sudah terikat di tiang-tiang ranjang kayunya yang kokoh itu.

"Aaaaaa!" teriaknya, wanita berkebaya ungu tua itu menjerit, meronta, meminta pertolongan.

Padahal, pada saat itu ada dua sosok yang menungganginya, duduk di atas perut Karsih, menari, mengejeknya.

Tangisnya benar-benar diabaikan.

Tak ada satupun yang datang. Drajat mencuci otak anak-anaknya, mengatakan kalau Karsih gila dan hampir mencelakai dirinya sendiri dengan melompat dari jendela. Dia khawatir kalau Karsih akan mencelakai Melati dan Kemuning, lalu memilih untuk mengikatnya di ranjang.

"Sebaiknya, Melati pergi ke sekolah," kata Drajat dan mereka pun mengangguk.

Kemuning mengantarkan kakaknya sampai ke depan, dia ingin sekolah juga, tapi usianya masih terlalu kecil yaitu empat tahun. Walau begitu, dia bertekad untuk rajin belajar supaya bisa jadi dokter, dia ingin mengobati penyakit ibunya.

Saat keluar dari pagar rumahnya, mereka mendengar jeritan dari kamar itu, kamar ibu dan ayahnya.

"Mbak, kasihan ya, Ibu. Kata bapak, ibu jadi begitu karena kehilangan Mawar. Apa ibu nggak sayang sama kita?" tanya Kemuning dan Melati menjawab dengan menggeleng.

"Makanya, jangan stress biar nggak sakit," timpal Melati.

"Stress itu apa, Mbak?"

"Nggak tau, Mbak juga denger dari bapak," jawab Melati yang kemudian pergi bersama teman-temannya.

"Eh, yang berdiri di belakang kalian itu siapa? Dia terlihat cantik, aku jarang lihat dia, apa dia pembantu di rumahmu?" tanya salah satu teman Melati.

Melati menoleh, dia tak melihat siapapun di sana, tiba-tiba saja bulu kuduknya meremang, Melati pun mengusap lengan tangannya yang merinding disko.

Dan Melati memilih diam, dia melanjutkan langkahnya dan tiba-tiba saja gerobak pengangkut padi menabraknya dari belakang.

Bruk! Melati terjatuh, punggungnya juga terlindas roda gerobak itu membuat dia menjerit kesakitan.

Kabar naas itu sampai ke telinga Drajat, dia mematung, memperhatikan orang-orangnya bekerja di halaman rumah, menjemur padi dan lain-lain.

"Kin, kau sudah mati pun tetap merepotkan keluargaku!" batin Drajat, lalu pria itu menoleh saat ada yang memanggilnya, dia adalah bibi yang bertugas mengurus dapur.

"Ada apa, Mbok?"

"Anu, Juragan. Saya mau berhenti kerja," ucapnya dengan begitu ketakutannya, dia takut kalau pengunduran dirinya ditolak oleh juragannya.

"Kenapa? Saya paling cocok sama masakan Mbok. Apa mbok mau naik gaji?"

"Bukan, Juragan. Tapi, memang saya sudah tidak betah, saya capek lihat Mbok Mirah sama Kin yang keliaran di rumah ini, saya terganggu," tuturnya, akhirnya si mbok bicara terus terang.

"Ikut ke ruangan saya!" titah Drajat dan si mbok pun menurut.

Sekarang, Drajat duduk di kursi kerjanya, dia membuka laci untuk mengambil kalung berisi jimat.

"Pakailah ini, setelah ini mereka nggak akan ganggu kamu lagi!" kata Drajat seraya mengulurkan tangannya, memberikan kalung itu pada si mbok. Namun, Drajat kembali menggenggam kalung itu tepat saat si mbok hendak mengambilnya.

Si mbok pun menatap datar juragannya, wajahnya dipenuhi heran bercampur curiga.

"Ada apa lagi, Juragan?" tanyanya pelan, tapi tatapan matanya tajam.

Drajat tersenyum tipis. "Kamu pikir, aku kasih ini cuma-cuma? Ingat, mbok. Segala perlindungan ada harganya."

Si mbok menelan ludah. Tangannya yang semula terulur perlahan diturunkan. Ada rasa tidak enak di hatinya, seperti akan terseret ke dalam urusan yang tak seharusnya.

"Kalau kau mau aman, lakukan sesuatu untukku," lanjut Drajat, kali ini mengulurkan lagi kalung berisi jimat itu, tapi dengan genggaman yang masih erat, matanya menatap si mbok.

Si mbok menghela napas panjang. Dengan ragu-ragu, dia mengambil kalung itu dari tangan juragannya. Namun saat jemarinya menyentuhnya, ada hawa dingin yang merayap dari telapak tangan hingga ke tengkuk.

"A-apa yang harus saya lakukan, Juragan?" tanya si mbok dengan lirih, suaranya nyaris tenggelam dalam dinginnya sore.

"Tetap jadi hambaku, jaga keluargaku. Kau harus pastikan anak cucuku tetap aman dari incaran iblis itu!"

Drajat bangun dari duduknya, langkahnya pelan menuju jendela besar yang terbuka. Dia menunjuk ke arah luar. "Mbok lihat? Hamparan sawah luas itu? Ada padi, ada tebu. Di seberangnya ada gilingan padi. Siapa lagi yang akan meneruskannya kalau bukan anak-anakku. Tapi, mereka membutuhkan pembimbing.

Si mbok tetap diam, matanya mengikuti telunjuk juragannya, melihat sawah yang menguning dan barisan tebu yang berdiri tegak.

"Jadilah tangan kananku mulai sekarang dan seterusnya sampai aku tiada nanti. Kau harus tetap mengabdi pada keluargaku! Pastikan anak cucuku tetap aman dan tidak membenciku!" sambungnya.

Drajat menyelipkan selembar amplop tebal ke tangan si mbok. Jumlahnya cukup besar untuk membuat si mbok tak perlu berpikir panjang. Dengan anggukan pelan, ia menerima status barunya sebagai orang kepercayaan sang juragan.

Hari itu juga, Karsih resmi dibawa ke rumah sakit jiwa. Di depan orang-orang, Drajat dan si mbok mengarang cerita kalau Karsih gila setelah ditinggal anak bungsunya.

Karsih meraung dari balik pintu kamarnya yang kini dikunci petugas. "Drajat! Kejam kamu!" teriaknya, suaranya pecah, napasnya terengah. Kedua tangannya memukul-mukul pintu tanpa henti.

Sedangkan dua makhluk hitam tanpa pakaian itu terus membuntuti Karsih. Tubuh mereka kurus kering, rambutnya keribo kusut seperti ijuk basah, matanya merah menyala seperti bara api. Nafas mereka berat, menggeram lirih di telinga.

Mereka berlarian cepat, masuk dan keluar dinding seolah tembok hanyalah kain tipis. Sesekali, kepala mereka muncul dari lantai atau langit-langit, lalu menghilang lagi. Hingga tiba-tiba, lalu salah satu muncul tepat di depan wajah Karsih.

Jaraknya hanya sejengkal. Bau anyir menusuk hidung. Bibirnya robek lebar, memperlihatkan gigi hitam dan lidah panjang berlumur darah.

Bagaimana mungkin wanita malang itu tak menjerit ketakutan? Suaranya pecah, tangisnya bercampur dengan teriakan. Tubuhnya merapat ke dinding, tapi kedua makhluk itu tertawa, terus mengitari seperti pemangsa yang sedang bermain-main dengan buruannya.

Air mata jatuh deras, dadanya sesak. Dengan tega suaminya sendiri mengirimnya ke tempat ini, membiarkannya jadi santapan teror yang tak berkesudahan.

Di luar sana, Drajat berdiri dengan kedua tangan di saku celana. Sudut bibirnya terangkat. Ada kepuasan dingin di matanya, bahwa ia telah menyingkirkan istrinya dengan cara yang paling menyakitkan.

"Tunggu karmamu, Drajat!" tangis Karsih parau, suaranya menggetar. Ia terduduk di bawah pintu, lututnya memeluk dada, gemetar hebat.

Pemandangan itu memilukan.

Dan semuanya baru saja dimulai, sepuluh tahun kemudian ada di bab selanjutnya.

Bersambung dulu. 😇

1
Rhina sri
semua org menjauhi melati sm kemuning
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!