Ambisi tujuh Keluarga Bangsawan besar dan ternama, membuat kedamaian di Kekaisaran Liu, kini menjadi sebuah kenangan.
Rakyat pun menderita akibat ambisi ketujuh bangsawan yang bekerjasama dengan para pendekar dari dunia persilatan Aliran Hitam dan Aliran Netral.
Seorang Pemuda belasan tahun menjadi korban dari dua kelompok tersebut, membuatnya tidak bisa mengingat namanya karena dilemparkan hidup-hidup kedalam jurang yang sangat dalam.
Beruntungnya ia tercebur ke sungai di dasar jurang tersebut. Dan bertemu dengan Dua Jagoan nomor satu dari aliran hitam dan aliran putih dunia persilatan Liu yang keduanya telah lama menghilang.
Ia pun membuat kedua orang jagoan itu, terkejut saat mengetahui tubuhnya adalah Jenis Tubuh Yin Yang Sejati yang muncul seribu tahun sekali.
Mampukah pemuda tersebut mengembalikan kedamaian di kekaisaran Liu setelah ia mewarisi kekuatan kedua jagoan Nomor satu dari dua aliran yang berbeda itu? Siapakah Dia Sesungguhnya hingga dianiaya dan dilemparkan ke dalam Jurang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
003: Menjadi Murid
“Kakek Siapakah kakek berdua ini? Dan mengapa Kakek harus bertarung hingga terluka separah ini ?”
Pemuda lima belas tahun itu bertanya setelah ia memberi masing-masing satu buah Bumbung Bambu berisi air minum kepada kedua Kakek tersebut.
Lalu ia pun duduk diantara kedua kakek yang sesekali terbatuk karena tersedak air yang mereka minum dengan terburu-buru.
“Tua Bangka Keriput, kau saja yang bercerita, Aku tidak pandai merangkai kata-kata sepertimu.”
Lin Kai berkata kepada Fu Kuan sambil menyeka air yang sedikit menetes di sudut bibirnya.
Fu Kuan menghela nafas panjang sebelum ia ia mulai menjelaskan siapa mereka berdua.
“Anak muda, namaku Fu Kuan, Aku di kenal dalam dunia persilatan Kekaisaran Liu sebagai Pendekar Pedang Bintang. Sedangkan Kakek Tua Peot yang disana itu, bernama Lin Kai. Ia dikenal sebagai Pendekar Pedang Awan Biru.”
Fu Kuan lalu bercerita bahwa mereka berdua bertarung bukan karena memiliki masalah atau pun dendam pribadi.
Mereka berdua sepakat untuk bertarung menentukan siapa yang lebih kuat serta menjadi Jagoan Nomor Satu di dunia persilatan Kekaisaran Liu.
Walau mereka berdua berbeda aliran, namun keduanya tidak ingin saling mencampuri urusan masing-masing.
Hingga sebuah berita didengar oleh Fu Kuan dari muridnya bahwa Lin Kai menantangnya bertarung untuk menentukan siapa yang yang terkuat diantara mereka berdua.
“Bukannya kau yang menantang ku untuk bertarung dan ingin menentukan siapa yang terkuat diantara kita?”
Suara Lin Kai menyela perkataan Fu Kuan, membuat wajah Fu Kuan terlihat kesal.
Mereka berdua telah berdebat tentang hal itu selama beberapa menit, sebelum akhirnya memulai pertarungan dengan benak terisi pertanyaan siapa yang menyebarkan berita itu.
“Benarkah kau tidak menantang ku Tua Bangka peot? Lalu darimana murid ku Chen Hu mendapatkan berita itu?”
Pemuda tampan yang wajahnya lebam itu terlihat kebingungan mendengar perdebatan kedua Kakek disampingnya.
Sementara Dahi Fu Kuan berkerut, ia termenung saat mengingat bahwa ia tidak menanyakan terlebih dahulu, kebenaran isi surat yang ia terima dari seorang pria yang mengenakan seragam Sekte Bintang Merah, yang kini dipimpin oleh Chen Hu Murid pertamanya.
Hal itu karena Ia melihat stempel sekte yang berada di surat itu adalah stempel yang ia buat sendiri saat tiga puluh tahun lalu mendirikan sekte tersebut.
Ia tersentak saat menyadari adanya kemungkinan pihak ketiga yang ingin mengambil keuntungan dari pertarungan mereka berdua.
“Tua Bangka Peot, darimana kau mendapat berita jika aku menantang mu untuk berduel?”
Lin Kai menoleh ke arah Fu Kuan yang bertanya dengan nada suara lebih lembut dari sebelumnya.
“Aku menerima sepucuk surat yang dibawa oleh orang suruhan dari Bangsawan Wu Lei. Surat yang ku terima adalah surat dari murid ku Wu Ming, Ia Mengatakan dalam suratnya bahwa Kau akan datang ke Lembah Iblis untuk menantang ku berduel demi menentukan siapa Jagoan Nomor satu di Dunia Persilatan Liu.”
Lin Kai lalu menceritakan bahwa sebelum mengasingkan diri di Lembah Iblis, sepuluh tahun lalu ia sempat menjadi Guru Wu Ming, Putera pertama Wu Lei.
Wu Lei adalah seorang bangsawan besar dan ternama yang secara tidak resmi memimpin Kota Wuchang. Satu dari tujuh Kota Besar yang ada di Kekaisaran Liu.
Disebut demikian karena di setiap kota yang menjadi bagian dari Kekaisaran Liu itu, sebenarnya dipimpin oleh seorang Gubernur, bukan oleh seorang Bangsawan.
“Jadi begitu rupanya, Kakek Lin Kai juga mendapat surat yang sama dengan Kakek Fu Kuan. Sepertinya ada pihak lain yang ingin mengadu domba Kakek berdua dan mengambil keuntungan dengan kematian salah satu atau salah dua dalam pertarungan itu.”
Kata-kata Pemuda yang menolong mereka itu, membuat Fu Kuan dan Lin Kai memandangnya dengan wajah heran, terutama Fu Kuan yang sebelumnya sempat berpikir hal yang sama.
“Pemuda yang cerdas, Ia kehilangan ingatannya, tetapi bisa menyimpulkan hal yang sama denganku.. Sepertinya ia bukan berasal dari keluarga biasa. Siapa dia sebenarnya.”
Fu Kuan berbicara dalam benaknya sendiri seraya menatap lekat wajah pemuda itu.
Ia pun tersenyum saat terlintas ingatan dalam benaknya, seorang bangsawan yang memiliki kemiripan wajah dan senyum dengan pemuda dihadapannya ini.
Sayangnya ia tidak berhasil mengingat nama bangsawan itu, karena melihatnya pada pesta yang diadakan di Istana yang dihadiri oleh seluruh bangsawan yang ada di Kekaisaran Liu.
Hal itu terjadi setahun sebelum ia memutuskan untuk mengasingkan diri dan menciptakan jurus-jurus baru yang lebih kuat demi membuat sekte yang ia dirikan tiga puluh tahun lalu itu, menjadi sekte yang lebih besar dan lebih kuat lagi.
Keinginan Fu Kuan semakin kuat untuk menjadikan Pemuda yang belum ia ketahui namanya itu sebagai murid ketiganya.
Hal yang sama terjadi dengan Lin Kai yang merasa bahwa perkataan pemuda itu benar, tentang adanya pihak ketiga yang menginginkan kematiannya.
Sebagai Jagoan Nomor Satu Aliran Hitam, tentu saja ia tidak bisa menerima hal ini. Sekalipun perkataan pemuda tersebut belum terbukti kebenarannya, namun ia meyakini bahwa hal itulah yang benar.
Hanya saja siapa mereka dan apa tujuan mereka dengan semua itu, masih menjadi misteri yang harus diselidiki.
Namun dengan kondisinya yang terluka dalam separah ini, tidak mungkin baginya untuk melakukan hal itu.
Melihat Pemuda yang menolongnya itu sangat cerdas, ia berharap bahwa pemuda itu bisa mewarisi seluruh teknik dan jurus yang ia miliki dengan menjadikannya sebagai murid ke dua setelah Wu Ming yang dinilainya telah gagal mewarisi teknik beladiri tingkat tinggi yang ia miliki.
“Bocah, bagaimana jika kau menjadi murid ke dua ku? Aku akan mengajarimu seluruh Teknik dan jurus-jurus ku yang terhebat yang belum ada tandingannya di Kekaisaran Liu ini.”
“Puih! … Jurus terhebat apanya, Anak muda kau jadi murid ku saja, akan ku ajari jurus tertinggi yang kumiliki, bagaimana?”
Fu Kuan yang kesal karena niatnya didahului oleh Lin Kai, segera menawarkan hal yang sama dan tidak memperdulikan Lin kai yang matanya melotot karena marah kepadanya.
Keduanya pun mulai berdebat lagi, dan berhenti seketika saat melihat pemuda itu berdiri. Hati Kedua jagoan terkuat di alirannya masing-masing itu, tiba-tiba berdegup kencang melihatnya.
“Kakek Lin dan Kakek Fu, berhentilah bertengkar. Aku tidak ingin menjadi murid siapapun jika Kakek berdua masih saja seperti itu. Lebih baik aku pergi dari sini, daripada tiap hari harus melihat pertengkaran Kakek berdua yang tidak ada gunanya itu.”
Pemuda tersebut berbicara tanpa melihat Lin Kai maupun Fu Kuan yang membuat keduanya menelan ludah mendengarnya.
Tanpa mereka ketahui bahwa dalam hatinya, pemuda tersebut sedang tertawa melihat mereka berdua terdiam mendengar perkataannya.
Lin Kai dan Fu Kuan meminta maaf kepada pemuda yang masih berdiri di tengah-tengah mereka itu. Mereka pun berjanji tidak akan bertengkar lagi dihadapannya.
Keduanya menarik nafas lega saat pemuda yang tidak bisa mengingat namanya itu, berbalik dan tersenyum kepada mereka.
“Kakek Fu, Kakek Lin jika begitu aku bersedia menjadi murid Kakek berdua. Bagaimana jika Kakek berdua duduk berdampingan untuk menerima sujud ku?”
Kedua Jagoan tua itu segera beringsut menggeser tubuh mereka yang masih terasa sakit dan lemah ke hadapan pemuda tersebut.
Keduanya terlihat berusaha untuk lebih dulu berada dihadapan si pemuda karena rasa gembira akan kesediaan pemuda itu menjadi murid mereka.
“Kakek Fu, sepertinya Kakek lebih Tua dari Kakek Lin, karena itu Aku akan memanggil Kakek Fu Sebagai Guru pertama, dan Kakek Lin sebagai Guru Ke dua, bagaimana?”
Pemuda tersebut bertanya setelah ia duduk di hadapan kedua Jagoan tua yang kini telah duduk berdampingan dengan wajah yang terlihat gembira.
“Tentu saja kami setuju!”
Keduanya berkata nyaris bersamaan dan saling memandang untuk sesaat sebelum akhirnya tersenyum dan kembali menatap Pemuda tersebut.
Pemuda tersebut segera bersujud sebanyak tiga kali kepada Fu Kuan dan Lin Kai. Setelah selesai, keduanya terlihat canggung, saat hendak memanggil nama pemuda tersebut.
“Tua Bangka Peot, karena kau Guru pertamanya, bagaimana jika kau yang memberinya nama?”
“Tidak bisa begitu Kakek Tua Keriput, dia telah menjadi murid kita berdua sekarang, bagaimana jika aku memberinya nama depan dan kau yang memberinya nama belakang?”
Lin Kai menganggukan kepalanya, sebagai tanda bahwa ia menyetujui hal tersebut.
Fu Kuan terlihat sedang mencoba kembali mengingat-ingat siapa nama bangsawan yang wajahnya mirip dengan wajah pemuda yang baru saja resmi menjadi muridnya itu.
“Anak muda, sejak dari detik ini kau adalah murid kami berdua. Karena kau belum meilki nama, sebagai gurumu kami akan memberimu nama, Nama depan mu adalah Zhu dan nama belakangmu adalah ..”
“… San, namamu tidak mengikuti marga Ayah atau ibu mu. Bagaimana, apakah kau suka dengan nama yang kami berikan?”
Lin Kai melanjutkan perkataan Fu Kuan dengan menyebutkan nama ke dua untuk pemuda itu.
“ Terimakasih Guru Pertama, Guru Kedua, tentu saja Murid menyukainya. Dan mulai hari ini, murid akan bernama Zhu San.”
Tangan Kedua Kakek tersebut segera mengusap kepala Zhu San dan sesaat kemudian mereka tersentak lalu terduduk dengan mata melotot lebar.
*****
Gimana caranya memberikan Rate..?
Malu, saya/Slight//Slight//Slight/