Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang Ingatan
Dikelas 3-A, Arcy duduk mendengarkan guru menerangkan didepan.
Sambil mendengarkan, ia juga memikirkan cara membantu orang lain tanpa diketahui identitasnya.
Dia teringat dengan film superhero, seperti Batman dan Spiderman, yang menyelamatkan orang-orang dengan menyembunyikan identitas mereka menggunakan topeng. Tapi disatu sisi ia hawatir itu akan menarik perhatian organisasi Hunter.
Ia harus bertambah kuat supaya tidak tertangkap oleh mereka. Ia butuh kekuatan yang dapat menyembunyikan keberadaannya.
META kemudian menyarankan Arcy untuk membuat skill menyembunyikan diri.
“Skill menyembunyikan diri?" Arcy terdiam, "Caranya?"
"Tuan gunakan salah satu Atribut element."
Arcy kemudian teringat perkataan META kalau dia pernah di teleportasi oleh lubang hitam, dan lubang hitam itu mungkin terbentuk dari kekuatan kegelapan.
Arcy tersenyum, “Kegelapan?”
“Benar Tuan." META menjelaskan, "Secara teoritis, lubang hitam ini memiliki kemampuan untuk memanipulasi ruang dan waktu. Ketika Anda diteleportasi, energi kegelapan membuka celah dimensi sesaat, memungkinkan Anda berpindah dari satu titik ke titik lain dalam sekejap."
Arcy menyeringai, rasa gembira menyeruak dalam dirinya. Arcy mengangguk paham. "Jadi, kekuatan kegelapan ini bisa menjadi kunci untuk melarikan diri?"
META menjawab, "Tepat sekali, Tuan. Dengan menguasai elemen kegelapan, Anda dapat menciptakan ilusi, memanipulasi bayangan, atau bahkan menyerap diri Anda ke dalam kegelapan itu sendiri, sehingga keberadaan Anda sulit terdeteksi."
***
Pulang sekolah, Wulan terlihat berjalan sendiri dengan kepala menunduk tampak sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuatnya tersadar dari lamunannya.
“Hai, Wulan.”
Wulan terkejut, bertanya, “kamu…?"
Arcy menatapnya bingung, “kamu lupa siapa aku?”
“Kamu… siapa?”
Arcy terkejut mendengarnya, “jangan bilang, ingatannya tentangku dihapus?” Arcy melihat Wulan menatapnya dengan bingung. “Wulan, kamu beneran tidak ingat aku?”
Wulan dengan canggung mengatakan, “ah, maaf, aku tidak ingat. Kamu... siapa ya?"
Mereka sama-sama terdiam dalam kebingungan.
Arcy menghela napas, mencoba menerima kenyataan bahwa Wulan tidak mengenalinya. "Tidak apa-apa. Mungkin ini yang terbaik." Ia kemudian tersenyum lembut. "Hai, Wulan. Namaku Arcy. Kita pernah bertemu sebelumnya."
Arcy melanjutkan, "Aku ingat waktu itu kamu cerita tentang masalahmu. Aku cuma mau bilang, Wulan, apa pun masalahnya, jangan pernah berpikir untuk bunuh diri. Aku tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian. Ada banyak orang yang peduli padamu dan ingin membantumu. Bunuh diri itu bukan solusi, itu hanya akan mengakhiri kesempatanmu untuk merasakan kebahagiaan di masa depan."
Sebelum pergi, Arcy berkata, "Nomorku sudak ku kasih, cek saja, ada dikontakmu. Jika kamu butuh bantuan atau hanya ingin bicara, hubungi saja aku."
Melihat Wulan yang kebingungan, Arcy memintanya untuk tidak usah memaksakan diri mengingatnya, Wulan hanya perlu ingat apa yang dia katakan tadi, bunuh diri itu bukanlah solusi karena itu hanya akan mengakhiri kesempatanmu untuk merasakan kebahagiaan di masa depan.
Arcy kemudian pergi meninggalkan Wulan yang kebingungan. Wulan menatapnya menjauh, ia tidak ingat kapan pernah bertemu dengan anak lelaki itu, tapi entah kenapa kata-katanya terasa tidak asing baginya.
Wulan tersenyum melihat anak lelaki itu dari kejauhan, memang benar ada niatan untuk mengakhiri hidupnya dari penderitaan yang dialaminya, tapi setelah mendengar nasihat dari anak lelaki itu, ia merasa tenang seolah bebannya telah terangkat sepenuhnya, dan secercah harapan muncul di hatinya.
“Siapa namanya tadi? …Arcy?” Ia lalu tersenyum, dan berkata, “terimakasih, Arcy.”
***
Arcy menaiki bus, nge-scroll video YouTube, melalui layar di panel sistem, dan tanpa sengaja melihat video genosida yang sedang terjadi di belahan dunia barat dan timur.
"Ya Tuhan, perang ini sungguh mengerikan. Apa mereka tidak tahu betapa menderitanya anak-anak tak berdosa? Anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar, malah menyaksikan kekerasan seperti ini."
Pemerintah dunia, dengan segala keterbatasannya, tampak belum mampu menghentikan konflik yang berkecamuk. Arcy bertanya-tanya, berapa lama lagi warga sipil di negara itu harus hidup dalam ketakutan dan kehilangan? Hatinya tergerak untuk terlibat, untuk membantu mereka, terutama bagi anak-anak yang masa kecilnya dirampas oleh perang.
Arcy menghela napas panjang, pandangannya menerawang ke luar jendela bus. Tiba-tiba, matanya tertuju pada seorang siswi yang dirangkul oleh siswi lain.
Arcy merasa familiar dengan wajah-wajah itu. Seketika, ia ingat! Mereka adalah para pembuli yang pernah mengganggu gadis berkacamata yang dulu sempat ia tolong.
Tanpa ragu, Arcy meminta sopir bus untuk berhenti. Ia turun, untuk menghadapi mereka.
Disaat jalanan sedang sepi, Arcy mendekati lima orang siswa, tiga cewek, dan dua cowok, mengerumuni seorang siswi.
Arcy terus berjalan, ia melihat gadis itu tampak tertekan dengan perlakuan mereka.
Siswa pembuli itu tidak menyadari ada orang yang mendekati mereka yang tiba-tiba anak lelaki muncul, menarik tangan gadis itu menjauh.
“Woi!” teriak seorang anak lelaki.
“Lagi-lagi…” geram anak perempuan itu melihat Arcy.
Arcy menatap gadis yang dibuli, ia berkata, “jangan takut, semuanya akan baik-baik saja.”
Mereka melanjutkan langkah, meninggalkan lima siswa itu.
Tiba-tiba, seseorang melempari botol kearahnya. Arcy dengan sigap menangkap botol itu dan meremasnya.
Kelima siswa itu mendekat.
Anak perempuan itu mengancam, "Kamu pikir bisa lolos begitu saja? Jangan lupa, aku yang suruh preman buat kamu babak belur. Kamu masih berani macam-macam?"
Temannya mencibir, "Jangan terlalu percaya diri deh. Kamu pikir kamu siapa?"
Temanya yang lain tertawa.
“Jangan pedulikan!” ucap Arcy. Gadis berkacamata itu terus mengikutinya tanpa mempedulikan mereka.
Gadis pembuli itu tampak kesal, ia langsung mencoba menjambak rambut gadis berkacamata itu.
Namun, mendadak mata gadis pembuli itu sakit, lensa sistemnya rusak. Gadis itu berteriak-teriak, teman-temannya panikan. “Kamu Kenapa? Hei.”
Salah satu anak lelaki berteriak, “Apa yang kamu lakukan padanya?”
Arcy berbalik, “aku tidak melakukan apapun,” jawabnya santai.
“Kamu pasti yang melakukannya!” bentak salah satu gadis.
“Kalian menuduhku, emangnya kalian punya bukti, ha?”
Anak lelaki itu marah, dan mencoba memukulinya.
Mengetahui ada CCTV, Arcy berpikir, untuk tidak bertindak ceroboh. Tapi tiba-tiba, sistem mengkonfirmasi bahwa CCTV telah di matikan.
Arcy terkejut, kemudian tersenyum. Ia melirik sebentar sekitarnya, sialnya ada orang yang lewat.
Arcy menghela nafas, berbisik, “rasanya aku ingin membakar kalian semua, tapi sudahlah…”
Disaat anak lelaki itu mendekat, mata anak itu mendadak terasa sakit, tidak hanya dia, tapi juga teman-temannya yang lain.
Mereka berteriak kesakitan, memegang mata mereka.
Arcy dengan sikap santuy nya, menatap gadis pembuli itu. “Ini baru permulaan, jika kalian merundungnya lagi, akan ku buat lebih dari ini!”
Arcy lalu pergi meninggalkan mereka di ikuti gadis berkacamata disamping yang tampak kebingungan.