Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 9 - Go To Sawah II
Zester membuka kaca mata hitamnya, dia mengatur nafasnya karena sebentar lagi kakinya akan masuk ke dalam petak sawah yang telah disiapkan untuknya.
"Kau sudah siap, Mike?" tanya lelaki itu pada asistennya.
Asisten Mike sudah siap dengan payungnya, dia akan ikut masuk ke dalam sawah.
"Siap, Tuan," jawab asisten Mike.
Perlahan Zester membuka sendal swallow yang dipakainya lalu satu kakinya mencoba masuk duluan untuk merasakan lumpur di dalam sawah.
"Kok lembek, ya," gumam lelaki itu jadi meragu.
"Lumpur memang lembek, Tuan. Kalau keras namanya tanah," ucap asisten Mike yang menunggu sang tuan masuk tapi tidak jadi-jadi.
"Kalau itu aku juga tahu," balas Zester tidak mau terlihat bodoh. Dia pun memberanikan diri memasukkan kedua kakinya.
Baru saja masuk, Zester langsung berteriak.
"Kakiku yang berharga disedot lumpur!" teriaknya histeris.
"Disedot lumpur sawah tidak akan membuatmu mati jadi cepat tanam padinya," Ara yang melihat bule lokal itu banyak tingkah sedari tadi jadi jengah sendiri.
Ara ikut masuk ke dalam petak sawah Zester dan memberikan padi yang harus ditanam lelaki itu.
"Seperti yang kau lihat dari petani lainnya, ambil sedikit-sedikit lalu tanam dengan sejajar dan mundur ke belakang," jelas Ara.
Dengan jijik Zester mengambil padi itu, ini semua karena impoten sialan.
"Kalau sudah jadi nasi di piring ekspresimu pasti tidak akan seperti itu," tegur Ara yang bisa melihat ekspresi jijik Zester.
"Kau pasti tahu yang namanya adaptasi, 'kan? Aku sedang melakukannya sekarang," balas Zester memberi alasan.
"Apapun itu, cepat lakukan nanti keburu matahari semakin naik ke atas, aku takut kau pingsan di sawah," sindir Ara.
"Aku Zester Schweinsteiger pasti bisa menanam padi, kau lihat saja dari jauh sana," lelaki itu tidak terima diremehkan.
Dia pun bergegas menungging dan mengambil bibit padi dari tangannya untuk dia tancapkan ke tanah sawah berlumpur itu.
Satu kali mundur, satu kali pula asisten Mike mundur dengan menahan payungnya terus ke atas.
Pemandangan itu membuat Ara dan para petani lainnya tertawa karena lucu.
"Itu kapan selesainya kalau gayanya seperti itu, hahaha..."
Zester menulikan telinganya saat dirinya ditertawakan. Sementara asisten Mike sudah tidak tahan lagi menjadi laki-laki payung.
"Saya akan membantu, Tuan," ucap asisten Mike seraya merebut bibit padi dari bosnya.
Seketika terik matahari langsung menembus ke kepala Zester.
Lelaki itu mulai pusing apalagi sedari tadi menunduk ditambah pinggangnya sakit.
"Aku sepertinya tidak bisa melakukan ini, menanam padi ternyata bisa memperpendek umurku," gumam Zester dengan mata berkunang-kunang.
Ara yang melihat dari kejauhan menepuk jidatnya sendiri, dia harus melakukan tindakan. Gadis itu mendekati Zester dan mencoba memapahnya ke gubuk sawah.
"Ish, payah! Belum juga dapat satu garis sudah tepar," gerutu Aya.
"Pekerjaan ini tidak cocok untukku," ucap Zester yang sudah mengibarkan bendera putih.
Pada saat itu, Agam menyusul ke sawah dengan membawa rantang makanan.
"Katanya mbak mau makan di sawah jadi ibu memasak dan memintaku membawanya kemari," ucap Agam.
"Kau datang pada waktu yang tepat," sahut Ara.
Sepertinya Zester memang belum sarapan karena kemping di depan rumahnya.
"Makan dulu," Ara memberikan lelaki itu makan dengan lauk sayur lodeh dan ikan asin.
"Bukankah kau punya meja makan? Kenapa makan di sawah?" protes Zester tak habis pikir. Kemudian dia mengambil ikan asin dari piringnya. "Terus kenapa memberiku ikan kurang gizi begini?"