NovelToon NovelToon
Titisan Naga

Titisan Naga

Status: tamat
Genre:Identitas Tersembunyi / Angst / Dendam Kesumat / Fantasi Wanita / Chicklit / Tamat
Popularitas:48.9k
Nilai: 5
Nama Author: Serra R

Kenyataan pahit yang membuat hidupnya berubah. Tak ada lagi sifat manja dan lemah. Yang ada kini adalah sesosok gadis cantik tak tersentuh meski di bibirnya selalu tersungging senyum.

Keras hatinya membuat setiap orang segan bahkan tak ingin berurusan dengannya.

Namun, bagaimana dengan orang-orang yang menjadi sebuah bara dendam dalam hati nya terus berkobar?

Mampukah mereka selamat dari dendam seorang Arcila Damayanti yang merupakan titisan dari siluman penghuni kebun angker?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 09 Leo

Gelap malam bertabur bintang diangkasa sana. Sejauh itu mata Leo memandang namun bayangan wajah sang kakak masih nampak jelas membuat rindunya kian menggunung.

Sebelum bertemu dengan Gara, sempat terlintas keinginan jika nanti lelaki itu ada maka dirinya akan meminta ijin untuk mencari keberadaan sang kakak. Satu satunya keluarga yang dia miliki didunia ini setelah kepergian sang ayah.

Namun sepertinya dirinya harus bersabar lagi. Jangankan untuk meminta ijin, bahkan bertemu dengan Gara pun hanya terjadi sekali. Itupun kala lelaki yang terlihat gagah dan tampan tersebut menolongnya dari belitan pangeran Derrick.

"Kakak, aku tak tahu sekarang ini diriku sebagai apa? masih manusia biasa seperti dulu atau telah berubah menjadi siluman. Yang jelas, aku merindukanmu Kak. Aku akan berusaha untuk mencarimu, entah mengapa hatiku mengatakan jika kamu juga berhasil selamat. Kita pasti bertemu kan kak?" Pertanyaan yang sering terlontar dari bibir Leo meski tanpa pernah ada jawaban yang didengarnya.

Namun setidaknya hatinya legah setelah mengungkapkan keresahan yang dirasakannya. Ketukan dipintu mengalihkan fokusnya. Leo berjalan kearah benda persegi berwarna hitam tersebut, membukanya pelan dan matanya menyipit ketika melihat pengawal yang waktu itu sempat terlihatnya di sisi Gara tengah berdiri dihadapannya.

Tak berbeda jauh dari tuannya. Tatapan mata pemuda itu terlihat ganas dan mematikan membuat tubuh Leo sedikit bergetar. Sejak pertama mengetahui dimana dirinya berada, jantung Leo sepertinya tengah di latih untuk selalu kuat menerima kejutan demi kejutan yang setiap hari dialaminya.

Leo menganggukkan kepalanya menghormati pemuda yang berdiri masih dengan menatapnya tanpa kedip. Aroma Leo membuat siapapun dalam istana ini terpesona. Pemuda itu terlihat lain dari manusia yang biasa mereka temukan. Tak ada rasa jijik ataupun geli dalam diri Leo. Sikapnya yang terkejut sangat wajar, namun rasa nyaman di hatinya membuat Leo cepat bisa menguasai diri.

"Yang mulia memintaku untuk memanggilmu menghadapnya. Sekarang ikut aku, aku akan mengantarmu kesana." Setelah beberapa detik terdiam. Pemuda dengan mata hijau itu berucap setelah membalas membungkukkan sedikit badannya di hadapan Leo.

Leo sangat berbeda, pantas saja manusia biasa itu menjadi kesayangan sang pangeran. Derrick yang susah dekat dengan orang lain karena perangainya yang tiba-tiba bisa meledak itu sangat akrab dengan Leo. Setelah bertemu dan menatapnya sedikit lebih dekat. Barulah Ario, pemuda bermata hijau itu mengerti dan paham akan kelebihan yang ada dalam diri Leo. Tanpa pemuda itu sadari.

Keduanya berjalan menuju ke bagian samping. Melewati sebuah taman dengan kolam air mancur di tengahnya. Patung dewi terlihat di atas pancuran tersebut.

Leo menggelengkan kepalanya. Sudah cukup lama dirinya tinggal di tempat ini. Namun baru kali ini dirinya menyadari adanya taman yang begitu indah dihadapannya.

"Ini taman rahasia, tak sembarangan orang bisa melihatnya termasuk sejenis kami." Ario berujar seolah mengerti dengan apa yang Leo pikirkan.

"Pantas saja aku tidak pernah melihat tempat ini sebelumnya. Terimakasih."

Dahi Ario mengerut, sedikit bingung dengan kata makasih yang diucapkan oleh pemuda dengan senyum dan tatapan mata yang berbinar mengedar ke sekeliling taman.

"Jangan berterimakasih padaku, aku tak melakukan apapun. Oh ya, aku perlu mengingatkan satu hal padamu. Apapun yang kau lihat nanti, usahakan jangan ada orang lain yang mengetahuinya kemudian. Yang mulia tidak terbiasa mempersilahkan orang asing masuk ke istana utamanya."

Leo mengangguk mengerti, lagipula dia akan bercerita pada siapa? tak ada teman dekat atau sekedar kenalan ditempat ini. Hanya Derrick yang sering bersamanya, itupun sebelum pangeran itu menggila setelah mendengar kematian sang ibu.

*

*

*

Sebuah ruangan luas yang didominasi warna merah, coklat dan emas membuat mata Leo memebelalak takjub. Di edarkan pandangan ke seluruh ruangan yang dipenuhi ukiran dan hiasan yang kesemuanya tak jauh dari ornamen ular.

Istana yang selama ini di lihatnya sudah bagus dan megah namun kali ini nampak lebih megah lagi.

"Kau sudah datang." Leo terkejut dengan suara bariton yang didengarnya.

Gara tersenyum tipis, lelaki itu berjalan menuju sebuah kursi dan meminta Leo juga mengikutinya. Disana sudah ada Ario yang berdiri tak jauh dari Gara. Entah sejak kapan pemuda bermata hijau tersebut berada disana. Setahu Leo dirinya tadi ditinggal sendiri dalam ruangan tersebut. Namun lagi dan lagi dia hanya menghela nafas dalam, sadar dirinya sedang berada di belahan dunia yang entah di bagian mana sekarang ini. Entah nyata atau mimpi dirinya tak pernah tahu pasti.

"Duduklah, tidak usah berdiri begitu."

Leo mengangguk, mengambil duduk dihadapan Gara meski dirinya tak berani menatap mata lelaki tersebut yang menurutnya lebih tajam dari mata Ario maupun Derrick.

"Aku sudah bertemu dengan kakakmu, dia baik baik saja disana." Gara membuka suaranya dengan senyum yang tersungging di bibirnya.

"Kakak." Leo mendongak, memastikan apa yang didengarnya tak salah dan anggukan kepala Gara membuat senyum Leo merekah.

Ada rasa membuncah dalam hatinya. Rasa bahagia yang tak bisa diungkapkannya melalui kata kata. Benar dugaannya, sang kakak berhasil selamat dan dalam keadaan baik baik saja. Namun senyum itu perlahan redup, Leo menundukkan kepalanya dalam. Sadar akan keadaannya saat ini yang tak mungkin bisa seperti dulu lagi dalam bayangannya.

"Kalian masih sama, kamu dan kakakmu masih sama-sama manusia biasa. Kau bisa bertemu dengannya nanti jika sudah waktunya." Gara menjedah ucapannya, menatap dalam pemuda yang nampak kembali tersenyum tersebut dengan lembut.

Tangannya melambai membuat Ario yang berdiri tak jauh darinya mengangguk. Pemuda itu menunjuk sebuah kaca yang entah dari mana datangnya dan seketika Leo terkesiap menatap apa yang dilihatnya dalam kaca tersebut.

Disana, jelas terlihat sang kakak yang sedang memangku laptopnya. Nampak serius dengan segala urusannya. Leo mendekat, membelai wajah sang kakak melalui cermin. Ada rindu dalam dadanya yang sedikit menguap bersama lelehan air mata yang mencoba ditahannya.

"Kak!!" Lirihnya.

Meski penampilan Arsen telah berubah, Leo masih bisa mengenali sang kakak dengan sangat baik. Wajah tegas dengan rahang yang kokoh serta mata teduhnya tak pernah berubah.

"Dia dalam keadaan baik, aku juga sudah melakukan hal yang sama padanya. Dan reaksi kalian juga sama, aku rasa ikatan batin diantara kalian sangat kuat hingga saat ini."

"Apa aku masih bisa bertemu dengannya, tuan?" Leo melirih, banyak hal yang ingin diceritakannya pada sang kakak. Termasuk bagaimana dirinya menyaksikan sendiri tubuh sang ayah yang terkapar dan rintihan nyonya muda mereka yang masih bisa didengarnya kala itu. Tangan Leo mengepal kuat, kejadian menyakitkan itu tak pernah bisa hilang dari ingatannya. Akan terus tersimpan disana hingga nanti dirinya berhasil menemukan pelaku yang tegah menghabisi sang ayah dengan begitu kejinya.

"Setelah dua bulan dari sekarang, kalian semua akan bertemu. Untuk saat ini, aku punya tugas khusus untukmu. Ku harap kamu mau mengembannya."

Leo mengangguk tanpa ragu, meski dirinya belum mengetahui tugas apa yang akan diberikan untuknya. Namun Leo percaya akan mampu melakukan yang terbaik. Hanya satu keinginan yang paling utama untuknya saat ini, yakni bertemu dengan Arsen, kakak yang sangat dirindukannya.

1
Enon Rauf
Mantap
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
serakah Sena mau nahluki ketiga cogan itu 1 aja belum tentu🤣
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
kasihan Leo baru sampai udah pada mau pergi 🤣
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
untung cila instingnya peka
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
kapok kau Nana🤣
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
nah yang di lihat Leo siapa ya🤔
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
astaga masa ular takut sama tikus cuka🤣
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
ternyata keluarga gio licik semua termasuk anaknya
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
karena Derrick belum mengenal cinta coba kalau udah pasti kaya papanya yang menentang takdir karena jatuh cinta dengan manusia
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
ternyata gio dan adiknya anak pungut yang gak tau diri udah di rawat dan hidup enak malah membunuh ortu angkat dan putrinya sena
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
Leo , arsen dan Arion hanya jadi penonton 3 ular besar bertemu
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
akhirnya arsen bisa bertemu leo
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
rasain tuh pelaku kejahatan yang tega membunuh kakaknya sendiri di kira bisa menguasai semua hartanya Sena ternyata tidak bisa🤣
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
cantik tapi siluman arsen apa kamu tetep jatuh cinta dengan cilla
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
memanknya enak Yoona🤭
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
wah ternyata Arion manusia setengah ular
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
akhirnya Derrick menerima kenyataan dirinya
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
wah udah manggil sayang🥰
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
gara mau ngasih tugas apa ya sama Leo🤔
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
Darren bikin Leo syok berada di istana ular
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!