Putri Regina Prayoga, gadis berusia 28 tahun yang hendak menyerahkan diri kepada sang kekasih yang telah di pacari nya selama 3 tahun belakangan ini, harus menelan pahitnya pengkhianatan.
Tepat di hari jadi mereka yang ke 3, Regina yang akan memberi kejutan kepada sang kekasih, justru mendapatkan kejutan yang lebih besar. Ia mendapati Alvino, sang kekasih, tengah bergelut dengan sekretarisnya di ruang tamu apartemen pria itu.
Membanting pintu dengan kasar, gadis itu berlari meninggalkan dua manusia yang tengah sibuk berbagi peluh. Hari masih sore, Regina memutuskan mengunjungi salah satu klub malam di pusat kota untuk menenangkan dirinya.
Dan, hidup Regina pun berubah dari sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19. Aku Cemburu!
“Sayang, tunggu!!”
Alvino menarik pergelangan tangan Regina, di depan gedung Sanjaya group. Pria itu sudah tidak tahan. Maka ia berinisiatif mendatangi kekasihnya ke tempat wanita itu bekerja.
Dan kebetulan, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Karyawan yang bekerja di gedung itu tengah membubarkan diri kembali ke rumahnya setelah seharian bekerja.
Hari ini, Regina tidak mengambil lembur. Karena William tadi pergi meninggalkan kantor lebih awal. Ada sedikit masalah di salah satu usaha temannya, dimana pria itu juga memiliki saham.
“Lepaskan, Vin.” Regina menarik tangannya dari genggaman Alvino.
“Sayang, ayo kita bicara. Aku minta maaf. Aku tidak sengaja memukulmu. Aku ingin memukul bos mu yang kurang ajar itu.”
Kepala Regina menggeleng.
“Kamu berlebihan, Vin. Kami sedang menunggu klien meninggalkan tempat itu.”
“Tetapi tangan pria itu di pundakmu.”
“Lalu? Jika seperti itu kurang ajar, lalu bagaimana dengan kamu? Kamu datang dengan menggenggam tangan sekretaris kamu. Apa itu tidak lebih kurang ajar lagi?”
Alvino gelagapan. Ia menelan ludahnya kasar. Jangan sampai Regina mencurigainya.
“Sa-sayang. Sudah aku katakan itu tidak seperti yang kamu pikirkan.” Tukas pria itu.
“Memangnya apa yang aku pikirkan? Aku tidak memikirkan apapun. Tetapi, ucapan dan tingkah mu, membuatku menjadi berpikir yang tidak-tidak.”
Regina menatap sinis pria di depannya. Ingin sekali ia mencabik-cabik tubuh Alvino.
“Sayang. Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku dan Tamara tidak ada hubungan apapun.”
Regina berdecak sebal.
“Maka aku juga tidak ada hubungan apa-apa dengan atasanku. Jadi jangan pernah kamu mencurigai, apalagi marah tak jelas. Jika kamu sendiri tidak mau di curigai.”
Wanita itu memutar tubuhnya. Ia bergegas meninggalkan Alvino.
“Sayang, aku mohon. Maafkan aku. Oke! Aku akui salah. Aku cemburu sayang. Melihat pria lain merangkul mu.”
‘Cih!! Lalu bagaimana dengan hatiku yang melihat kamu menumbuk wanita lain, Alvino sia-lan.”
“Kita pulang bersama ya, kita jalan sebentar. Sebagai permohonan maafku kepadamu.”
Kepala Regina menggeleng. Bibirnya baru akan terbuka untuk menjawab, namun suara keras klakson mobil menginterupsi mereka.
Tin!! Tin!! Tin!!
Regina menoleh ke arah sumber suara. Mobil yang ia kenali, tepat menghadap ke arahnya. Jika pedal mobil itu di injak dengan penuh, maka tamatlah riwayat wanita itu.
Mobil Rolls-Royce Ghost, berwarna hitam itu melaju pelan. Dan berhenti tepat di depan Regina dan Alvino.
Kaca pada pintu depan sebelah kanan mobil, perlahan menurun. Menampakkan sesosok makhluk tampan yang sedang menyeringai disana.
“Nona Regina, ikut aku. Klien dari Bali akan segera tiba di tempat makan malam.” Ucap William dari dalam mobil.
Kening Regina mengerenyit, mereka tidak memiliki klien dari pulau dewata itu. Namun, sedetik kemudian ia melihat mata sang atasan yang membola kepadanya, seolah berkata, cepat!!
Wanita itu menurut, ia berjalan mengitari mobil mewah itu.
“Sayang?” Cegah Alvino.
Namun, Regina menepisnya. Ia kemudian memasuki mobil, dan duduk di samping William.
“Maaf bung.. aku merebut kekasihmu..kami ada urusan penting.”
Setelah mengucapkan hal itu, William menancap gas mobilnya dengan kencang.
“Sial!!”
Alvino meninju udara di sekitarnya.
“Awas saja kamu William Sanjaya. Aku tidak akan membiarkan Regina meninggalkan aku. Kita lihat, apa yang akan aku lakukan agar Regina menjauhimu.”
Alvino berpikir sangat mudah menjauhkan Regina dari William, dengan mengatakan kepada Regina, jika pria itu bukan pria baik, pemilik klub malam yang sering berganti wanita.
“Tunggu saja.”
*****
“Kenapa sudah kembali? Apa masalahnya sudah selesai?” Regina bertanya kepada William yang hanya diam saja sedari tadi.
“Ya! Aku sengaja kembali lebih cepat, supaya bisa mengantarmu pulang. Tetapi, ternyata si rahwana itu lebih cepat.” Ucap William dengan nada tidak suka.
“Kamu cemburu pada kekasih ku?”
“Ya!! Tentu aku cemburu. Apa kurang jelas? Dan satu lagi, jangan pernah menyebut pria itu kekasih. Dia hanya pengkhianat.”
“Lalu apa bedanya dengan kita? Maksudku, dengan diriku. Aku juga mengkhianatinya.”
William tak suka mendengar ucapan wanita itu. Ia merasa marah. Tangannya pun mengenggam kemudi dengan kuat. Hingga buku tangannya terlihat memutih.
Regina melihat itu. Ia menjadi khawatir.
“Will..”
“Akh… sial!!!”
William berteriak dan memukul kemudi di depannya untuk melampiaskan rasa amarah.
“Will, maaf. Aku tidak bermaksud un—,”
“Cukup, Honey!!”
Tangan kiri pria itu terangkat. Memberi pertanda pada Regina untuk diam.
William kembali fokus pada jalanan, dengan amarah yang memenuhi hatinya. Pria itu membawa Regina ke apartemennya.
“Masuklah!” Perintahnya, namun William tetap berada di dalam mobil.
Melihat pria itu tidak keluar, Regina juga ikut diam tak beranjak.
“Honey!! Apa kamu tidak mendengarku? Aku katakan masuk!!” Teriak William.
Regina tersentak.
“Aku tidak mau, jika kami tidak ikut.” Ucapnya dengan berani. Ia tidak perduli jika pria itu akan bertambah marah padanya.
William kembali memukul setir mobil mewah itu, ia kemudian bergegas keluar dari dalam mobil. Suara bantingan keras pintu mobil kembali membuat Regina terlonjak.
Ia buru-buru keluar dari dalam mobil dan mengejar sang atasan.
Sampai di unitnya. Regina kembali terlonjak kala William kembali menutup pintu apartemen dengan keras.
“Will..”
Pria itu mendekat ke arah Regina. Yang membuat wanita itu secara perlahan mundur. Hingga terbentur sofa ruang tamu.
“Wi-Will.” Ia merasa takut melihat wajah pria itu memerah padam.
“Will—hmmpptt
William membungkam bibir Regina dengan kasar. Ia meluapkan segala amarah yang memenuhi hatinya. Saat mendengar wanita itu berkata jika ia juga mengkhianati Alvino.
Hampir lima menit bertukar saliva. William menyudahi, ia kemudian mendekap tubuh Regina yang sedang naik turun karena kehabisan nafas.
“Jangan pernah lagi berkata seperti itu. Aku tau, aku salah menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian. Tetapi jangan sebut dirimu mengkhianati dia. Dia yang terlebih dulu menyakitimu. Bahkan jauh sebelum kita bertemu.”
Dengan tangan yang bergetar. Regina mengusap punggung pria itu. Mencoba menyalurkan sebuah ketenangan.
“Maaf.. aku tidak tau jika kamu akan semarah ini.” Ucapnya lirih.
“Aku tidak suka kamu menyalahi dirimu sendiri.”
William mengeratkan pelukannya. Ia sadar telah jatuh cinta begitu dalam pada sekretarisnya.
‘Aku akan melakukan apapun untuk membuat kamu menjadi milikku, Honey.’
.
.
.
Bersambung.