NovelToon NovelToon
Tua Dalam Luka

Tua Dalam Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Beda Usia / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

aku temani dia saat hidupnya miskin, bahkan keluarganya pun tidak ada yang mau membantu dirinya. Tapi kenapa di saat hidupnya sudah memiliki segalanya dia malah memiliki istri baru yang seorang janda beranak 2? Lalu bagaimana denganku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB

Tapi sekarang, setelah semua mapan, dia justru lupa. Dibutakan oleh rayuan manis wanita yang bahkan tak bisa merawatnya saat sakit, yang sibuk memikirkan mantan suaminya, dan menghilang entah ke mana di saat dia terbaring lemah di klinik.

Dalam hati aku bertanya, apakah ini balasan untuk seorang istri yang setia? Atau memang, seperti kata orang, lelaki tak pernah benar-benar puas meski sudah memiliki segalanya?

...****************...

Di sisi lain, Wulan mondar-mandir gelisah di depan klinik kecil itu. Ponselnya sudah panas, ia tak henti-hentinya mencoba menghubungi beberapa orang, namun tak satu pun yang bisa membantunya. Wajahnya kusut, napasnya tersengal karena panik dan amarah yang bercampur jadi satu.

"Astaga, Mas Ramli! Kenapa sih kamu bisa sampai sakit segala begini?!" gerutunya sambil duduk dengan kesal di bangku ruang tunggu.

Ia mengelus rambutnya dengan frustasi, lalu mengomel lagi.

"Kemarin sehat-sehat aja, sekarang tiba-tiba masuk klinik segala. Mana aku gak ada uang sama sekali. Mau bayar pakai apa coba?!"

Ia meraih ponselnya dan menghubungi beberapa temannya, tapi hanya terdengar nada sambung tanpa jawaban.

"Sialan! Kenapa nasibku jadi apes begini sih? Si tua bangka itu enggak bisa diandalkan! Katanya punya toko, punya usaha… lah kok buat bayar perawatan sendiri aja gak mampu!" suaranya meninggi, membuat beberapa orang di ruang tunggu menoleh heran.

Lalu ia menggerutu lebih pelan, namun tetap penuh kekesalan.

"Aku ini udah capek. Udah mikirin anak-anak, kebutuhan sehari-hari, sekarang ditambah dia sakit. Giliran enaknya doang nyari aku, giliran susah ngerepotin!"

Wulan kemudian menelpon sahabat lamanya.

"Halo, Tin… aku butuh bantuan, bisa pinjam uang gak? Suamiku masuk klinik… iya, iya, Mas Ramli… Aku juga gak tahu kenapa dia bisa sakit… Asam lambung katanya… Hah? Gak bisa? Ya udah, makasih ya…"

Ia menutup ponsel dan mendesah keras.

“Ini semua gara-gara dia terlalu nurut sama istri tuanya! Makan susah, hidup seadanya. Sekarang sakit, aku juga yang repot!”

Wulan mendengus keras, lalu berdiri dan berkata sendiri dengan nada tajam,

"Kalau tahu begini dari awal, mending aku rujuk sama mantan suamiku aja. Setidaknya dia gak nyusahin kayak gini!"

Tapi hatinya semakin kacau. Antara marah, takut, dan bingung harus bagaimana lagi. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menanggung konsekuensi dari pilihannya sendiri.

Wulan melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah malas. Pandangannya langsung tertuju pada Ramli yang terbaring lemah di ranjang klinik. Wajah suaminya pucat, matanya setengah terbuka, namun tetap menatap Wulan dengan harapan.

Tapi bukannya iba, Wulan justru mendengus kesal.

"Mas, kamu tuh ya... bener-bener nyusahin deh," ucapnya ketus sambil meletakkan tas ke kursi. "Harusnya hari ini aku bisa jalan-jalan ke taman sama anak-anak, refreshing... Tapi malah dapet kabar kamu masuk klinik segala."

Ramli mencoba bicara, suaranya pelan dan serak,

"Maaf, Wukan … aku nggak sengaja… mungkin karena kemarin belum makan…"

Wulan memutar bola matanya, lalu menyela,

"Ya itu dia masalahnya! Dari kemarin juga kamu gak mau dengerin aku. Aku udah bilang, jangan terlalu nurut sama istri tua kamu, gara-gara kamu juga hidup kamu susah. Tapi kamu keras kepala. Sekarang jadi beban kan buat aku?"

Ramli terdiam. Nafasnya berat. Sementara Wulan kembali mengomel.

"Aku sampe pusing mikirin biaya klinik ini, Mas. Uang dari mana? Istri tua kamu ogah bayar, aku juga gak punya uang. Kamu pikir aku ini ATM berjalan apa?"

Ramli menatapnya dengan lemah.

"Kalau kamu gak mau urus, gak apa-apa. Aku bisa sendiri…"

Wulan tertawa sinis.

"Hah! Bisa sendiri? Kamu aja sekarang mau bangun aja gak kuat. Ujung-ujungnya juga aku yang disuruh ini-itu. Aku tuh nyesel, Mas… nyesel udah nikah sama kamu. Hidup bukannya enak, malah makin susah."

Ramli menunduk. Hatinya perih. Dulu Wulan begitu lembut dan manja. Sekarang, yang ada hanya kemarahan dan ketidakpedulian.

"Aku tuh pengen hidup nyaman, Mas. Aku tuh perempuan, butuh disayang, dimanja, diajak senang-senang. Bukan malah jadi pembantu merawat suami sakit dan ngurus anak sendiri!"

Wulan berdiri, mengambil ponselnya.

"Pokoknya, aku cuma tunggu sampe kamu sembuh. Setelah itu… aku bakal pikir ulang semuanya."

Tanpa menunggu jawaban, Wulan berjalan keluar ruangan, meninggalkan Ramli yang hanya bisa menatap langit-langit ruangan sambil menahan sakit… bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya.

Karena tahu istri mudanya tidak mau merawat dirinya. Ia pun terpaksa menghubungi keluarganya, terutama ibu untuk meminta tolong. Walaupun tadi istri pertamanya sempat menelpon adiknya Ratna untuk merawat dirinya, tetapi ia tidak tega jika adiknya merawat dirinya di tengah sakit.

Ramli menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi ibu kandungnya, namun hanya suara nada sibuk yang terdengar di ujung sana.

“Bu... tolong, aku lagi butuh bantuan. Istriku nggak mau merawatku,” gumam Ramli pelan, rasa putus asa mulai menggerogoti hatinya.

Ia menekan tombol panggil lagi, berharap kali ini ibu menjawab. Tapi lagi-lagi suara nada sibuk menyambutnya.

Dalam hati Ramli, ia membayangkan wajah ibu yang dulu hangat dan penuh kasih, yang kini seolah menjauh dan membiarkannya sendiri dalam kesulitan.

Matanya mulai berkaca-kaca. “Kalau bukan ibu, siapa lagi yang bisa diharapkan?” pikirnya sedih.

Ramli terdiam sejenak, lalu membuka pesan terakhir dari Wulan, yang menolak untuk merawatnya. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri, tapi perasaan terlantar semakin menekan.

Dengan suara lemah, Ramli menggumam, “Apa aku harus ke mana lagi...? Siapa yang peduli padaku sekarang?”

Di dalam hatinya, ia berharap keajaiban datang, tapi realita terus menghimpit.

...****************...

Ramli melangkah keluar dari klinik dengan langkah yang masih goyah. Meski sudah diizinkan pulang, tubuhnya terasa lemas sekali.

Wulan berdiri di sampingnya, wajahnya datar dan penuh kejengkelan. Ia sudah meminjam uang dari temannya demi membayar biaya perawatan Ramli. “Sudahlah, jangan harap aku akan terus-terusan ngurusin kamu kalau kamu cuma lemah dan gak bisa ngapa-ngapain,” katanya dingin.

Ramli hanya mengangguk pelan, tak berani membalas. Dalam hati, ia tahu Wulan sudah sangat muak melihat dirinya yang terus-terusan sakit dan bergantung pada orang lain.

Temannya yang meminjamkan uang berdiri tak jauh, menatap Ramli dengan iba tapi tak banyak berkata.

“Sekarang, kamu harus mulai kuat, Mas. Jangan cuma jadi beban buat semua orang,” Wulan menambahkan sambil memegang lengan Ramli.

Ramli menelan ludah, menyadari betapa berat keadaan mereka sekarang. Ia cuma bisa berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari jalan keluar, walau semua terasa sangat berat.

1
Ninik
Thor kenapa tokoh rukhayah dibikin jd pendendam gitu kayak dah dikuasai iblis jadi manusia tak berhati aku JD g suka
Ninik
tp rukhayah kebablasan hidupnya jd dikuasai dendam kalau kata org Jawa tego warase Ra tego ro larane tego larane ratego ro ngelihe tego ngelihe Ra tego ro patine
Ninik
aku suka perempuan kaya rukayah sepemikiran dgn ku ini
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
laki tua g tau diri
kalea rizuky
kapok
kalea rizuky
laki dajjal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!