Farel Stuart Alfredo harus merelakan wanita yang dicintainya secara diam-diam yaitu Salmafina bertunangan dengan kekasihnya.
Nada Maura Hermawan juga baru saja patah hati diputuskan oleh pria yang dipacarinya selama Lima tahun.
Keduanya bertemu di pesta pertunangan Salma dan berakhir di atas ranjang dengan sama-sama tidak menggunakan pakaian.
Sebulan kemudian Nada hamil dan Farel yang mengetahui hal itu langsung berinisiatif untuk bertanggung jawab.
"Ayo kita nikah, aku akan bertanggung jawab!" ucap Farel.
Nada masih tidak percaya jika dirinya hamil oleh pria asing yang baru ditemuinya dipesta sahabat baiknya itu.
Akankah Nada dan Farel bisa mempertahankan pernikahan mereka yang begitu tiba-tiba karena adanya anak di antara mereka, padahal keduanya sama-sama memiliki cinta lain yang sulit dilupakan.
Apakah cinta akan hadir, ataukah mereka memilih berpisah setelah Nada melahirkan?
Yuk ikuti kisah mereka, jangan lupa subscribe like dan kasih gift yang banyak ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Akan Bertanggung Jawab
Happy Reading.
Kepala Nada terasa semakin pusing, untungnya Farel langsung keluar setelah Nada mengusirnya sekali lagi, semakin melihat pria itu di sini semakin membuat kepalanya terasa akan pecah.
Apa tadi yang diucapkan dokter Wiguna mengenai kehamilannya? Apakah dia benar-benar hamil?
Rasanya Nada ingin berteriak saja, kalau benar dia hamil berarti dia sedang mengandung anak dari pria yang baru dia temui dua kali itu, pria brengsekk yang ternyata sangat messum dan tidak berguna.
Nada sangat ingin tidak mempercayai perkataan Farel, bisa saja dia mempermainkannya, tetapi mengingat periode datang bulannya yang telat juga perasaan lemah yang sering kali melandanya beberapa hari ini, mungkin saja apa yang dikatakan Farel itu benar.
"Gue gak mau hamil anak dia!!"
Nada membalikkan badannya, berusaha menutup mata menghalau air matanya yang mulai mengalir dengan deras. Nada terisak, lama-lama tangisannya semakin menjadi sampai akhirnya dia hilang kesadaran dan nafasnya mulai naik turun dengan teratur. Nada benar-benar kelelahan dan akhirnya tertidur.
*****
"Maaf, saya mau beli alat untuk mengecek kehamilan," ucap Farel kepada petugas apotek.
Seorang wanita paruh baya mengambilkan tiga macam tespek dengan merek berbeda.
"Kenapa ada tiga?" tanya Farel tidak mengerti, karena sepertinya dia hanya membutuhkan satu saja.
"Sebenarnya sama saja, semua ini adalah alat untuk mengecek kehamilan," jawab petugas apotek itu.
"Lalu dari ketiga ini mana yang lebih bagus?" tanya Farel.
"Ini tergantung merek dan harganya Pak, tapi saya pastikan semuanya sama-sama akurat," jawab petugas tersebut dengan sopan menjelaskan.
"Baiklah saya beli semuanya," Farel membuka dompet dan mengambil uang berwarna merah 3 lembar karena dia juga sekalian membeli resep obat yang diberikan oleh dokter Wiguna tadi.
'Tidak ada salahnya mencoba 'kan?' batin Farel.
Pria itu menggenggam kresek yang berisi tespek itu dan kemudian langsung naik kembali ke atas.
Farel membuka pintu kamar Nada dan mendapati wanita itu sedang tidur begitu pulas. "Kamu pasti lelah, istirahatlah," Farel mengusap rambut Nada, kemudian dia ikut berbaring di ranjang milik Salma di samping ranjang Nada.
Dari ranjang itu Farel bisa mencium aroma sang pujaan hatinya, Salmafina. Aroma yang membuatnya begitu mabuk kepayang. Ah, sekarang dia sedang kencan dengan tunangannya.
Kemudian dia membalikkan badan ke arah Nada dan mulai mengamati wanita itu.
Nada itu cantik, matanya belo dan bulu matanya panjang dan lentik, bibirnya merah ranum dan penuh, juga hidungnya yang lumayan tinggi untuk ukuran orang Indonesia.
Kalau memang Nada hamil, Farel hanya tinggal menikahi wanita itu, lagi pula Salma sekarang sudah bertunangan, selain itu dengan menikahi Nada, maka dia telah menyelamatkan hubungan Salma dengan tunangannya, mengingat Nada memiliki hubungan spesial dengan Ferry.
'Ya, setidaknya Salma masih tetap bisa tersenyum bahagia, tanpa perlu sakit hati melihat sahabatnya yang akan merebut tunangannya sendiri,' batin Farel.
Sampai saat ini Farel masih merasa jika Nada dan Ferry memiliki hubungan lebih dari sekedar sahabat. Apalagi setelah melihat bagaimana tadi Ferry terdengar begitu khawatir dan mengatakan pada Farel untuk menjaga Nada ketika mereka pergi.
"Jangan ganggu dia, cukup awasi dan bantu dia ketika meminta sesuatu, dia sedang sakit, gue nggak mau dia kenapa-napa."
"Emangnya gue harus jagain siapa ini? adik lo?"
"Bisa di bilang gitu, yang penting lo gak boleh macem-macem sama dia!"
"Kalau semacem aja boleh nggak?"
*****
Nada meringis dalam tidurnya, kening dan hidung wanita itu mengerut seakan menahan rasa sakit, Farel yang tengah menatap Nada pun melihat hal itu, pria itu langsung bangkit dan mendekat pada Nada.
Mata Nada terbuka dengan pelan, kepalanya masih terasa sakit, tetapi tidak separah sebelumnya.
Dia mengerjabkan matanya beberapa kali dan mendapati Farel berdiri di samping ranjangnya. Mimpi buruk itu masih terngiang di kepalanya, Nada bermimpi di mana pria itu mengaku sebagai ayah dari calon bayinya.
'Eh, tapi kok dia beneran ada di sini?'
"Apakah itu tadi nyata?" Nada bertanya pada dirinya sendiri kemudian dia menggeleng keras. "Tidak mungkin!!"
Sudut bibir Farel tertarik ke atas, senyum lelaki itu terlihat sangat licik, dia tahu apa yang tengah terjadi dengan Nada, mengira bahwa dirinya tengah mimpi buruk.
"Itu memang mungkin, sayang," Farel menjawab gumaman wanita itu.
Nada kembali melototkan matanya garang.
"Keluar, pergi kamu dari kamarku!!!" seru Nada yang lagi-lagi mengusir pria itu.
Farel yang merasa tidak tega akhirnya menyerah. "Oke, aku keluar."
Pandangan Nada mengarah pada punggung pria yang akhirnya menghilangi di balik pintu, dia mulai mengatur nafas lantas duduk dan menunduk memeluk lututnya.
Lagi lagi rasanya begitu sesak, dia masih belum bisa mempercayai dengan apa yang terjadi dengan dirinya.
Kalau benar sampai hamil bagaimana? apa yang akan dia katakan kepada keluarga besar? bagaimana dengan tanggapan Abangnya yang selama ini selalu mempercayainya, juga bagaimana reaksi ayahnya ketika Putri satu-satunya telah mencoreng nama baiknya.
Dea benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini, berharap kalau dia jangan sampai hamil.
Beberapa menit kemudian pintu terbuka kembali, Nada mengangkat wajah dan mendapati Farel yang sedang berdiri dengan membawa nampan.
"Ini bubur untukmu, tapi sudah agak dingin sih, mau aku ganti yang baru? nanti aku beliin lagi?"
Nada hanya mengatupkan bibirnya wanita itu menatap Farel dengan tatapan yang tajam.
Melihat Nada yang diam saja, Farel langsung berjalan mendekat.
"Ya udah, nggak usah diganti, makan bubur ini aja ya?" Farel menurunkan nampan itu di atas nakas yang berada di samping ranjang Nada.
Di atas nampan itu ada semangkuk bubur dan beberapa obat yang sudah dia beli bersama dengan kresek yang berisi beberapa teks pack tadi.
Mata Nada menatap kresek tersebut, kemudian tangannya meraih karena penasaran dengan gambar yang terlihat dari dalam kresek yang transparan.
"Kenapa ada test pack?"
"Untuk memastikan kalau diagnosis dokter Wiguna tidak salah," jawab Farel.
Nada memejamkan matanya, berharap bahwa dia masih tidur dan bermimpi. "Ini mimpi 'kan? Iya, ini pasti hanya mimpi, gue harus bangun!"
Perlahan Nada membuka matanya kembali, ternyata Farel masih berdiri di sana, begitupun dengan bubur dan test pack itu.
Mata Nada membulat saat merasakan sentuhan ditangannya, Farel sedang berlutut di lantai sambil memegang tangan Nada.
"Aku tahu aku salah, minta maaf juga nggak akan mengubah keadaan," ucap Farel serius, "kamu boleh marah dan membenciku, ku akui aku memang brengsek tapi tolong biarin aku bertanggung jawab!"
Bersambung.
*
*
*
Hai akak reader semuanya, aku ada rekomendasi novel keren loh, kalian boleh mampir ...
Author : Asri Faris
judul : Tawanan Presdir Kejam
sungguh mantap sekali 👍👍
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘