SEBATAS RASA

"Rico! kenapa kamu mengikuti kita?" tanya Karin.

"Ini perintah dan juga tugas saya, Nona," jawab Rico.

Sungguh membuat kesal kelakuan Rico saat ini, tapi apa daya semua sudah kewajibannya melaksanakan perintah William.

"Lanjutkan cerita kamu, Ana," kata Karin, melirik ke arah Rico yang mematung di dekat Kiana.

"Dia Stella, sekertaris baru William," ucap Kiana.

"Gadis itu cantik sekali, Tante ingin membuatnya menjauh dari William," ucap Karin.

"Bagaimana bisa, Tante? William selalu mengajaknya pergi kemana-mana," kata Kiana.

"Rico, pecat gadis itu!" ucap Karin.

"Maaf, Nyonya! Tuan sangat tertarik dengan gadis itu, kalau saja beliau belum menerima Nona Helena pasti akan dijadikan istri," jelas Rico.

"Bilang sama William, besok Helena akan datang!" kata Karin.

"Baik Nyonya, nanti saya sampaikan," ucap Rico.

Nyonya Karin akhirnya pergi dari kantor William, dia akan beristirahat di rumah. Rico kembali ke ruang kerja William.

"Rico, apa yang mereka bicarakan tadi?" tanya William.

"Nona Helena...

"Aku sudah bilang jangan sebut nama wanita itu!" bentak William.

"Pak Rico, ini sudah selesai," ucap Stella, memberikan berkas pada Rico.

William hari ini mengajak Stella untuk meeting di kantor temannya, dia menyuruh Stella untuk mengganti baju.

"Tuan, baju ini terlalu terbuka. Aku tidak nyaman," ucap Stella.

"Jangan banyak protes!" bentak William.

Rico kemudian mengajak mereka untuk berangkat, di tengah perjalanan Stella lupa tidak membawa berkas yang sudah disiapkan.

"Tuan, bisa putar balik? berkasnya ketinggalan," ucap Stella.

"Apa isi otak kamu? kenapa bisa lupa?" tanya William.

"Seandainya Tuan, tidak menyuruh ganti baju mungkin tidak akan ketinggalan," kata Stella.

"Bagaimana Tuan, apa kita harus kembali ke kantor?" tanya Rico.

William tidak menjawab pertanyaan Rico, tetapi Rico dengan sigap memutar balik melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke kantor lagi. Setelah sampai dia turun mengambil berkas yang di maksud Stella. Tadi Stella yang akan mengambil tetapi William melarang.

"Pak Rico, maafkan aku merepotkan," ucap Stella.

"Ini sudah tugas saya, Nona," ucap Rico.

"Jangan bikin malu di sana! aku akan memperkenalkan kamu sebagai kekasihku pada Bram," ucap William pada Stella.

"Baik, Tuan," kata Stella.

"Jangan panggil Tuan, panggil sayang! biar kita terlihat seperti pasangan kekasih," kata William.

Stella dengan terpaksa mau mengikuti perintah William, tidak ada pilihan lain.

Di sebuah restoran mewah mereka akan meeting, William sudah memesan ruang VIP.

Bram adalah teman William saat masih kuliah, mereka selalu bersaing dalam mendapatkan wanita. Seperti saat ini Bram juga mengajak seorang wanita untuk menemaninya.

Mereka saling berjabat tangan dan memperkenalkan pasangan masing-masing.

"William, kali ini aku mengaku kalah. Wanitamu sangat cantik," ucap Bram, berbisik pada William.

William tersenyum, mendengar ucapan Bram. Baru kali ini William menang dari Bram.

"Sayang, kamu mau makan apa?" tanya William, setelah mereka selesai meeting.

"Yang ini saja, sayang," jawab Stella dengan tersenyum. Stella sangat pintar memerankan sebagai kekasih William, dia memilih makanan termahal di restoran itu.

"Tuan, apa ini tidak salah?" tanya Rico.

Makanan yang di pesan oleh Stella, Foie gras adalah makanan mewah dari hati angsa. Stella hanya asal memesan dia tidak tau makanan itu terbuat dari apa.

"Tidak Rico!" jawab William singkat.

Bram dan kekasihnya hanya memesan makanan biasa, mereka heran dengan pesanan Stella.