Memuaskan Nafsu Kakak Ipar

"Itu tidak benar. Baik di rumah maupun di luar, aku akan tetap menjadi suami orang, dan tolong jangan pernah datang ke kantorku ini lagi," ucap Boy melepaskan pelukan Michel.

"Haha.. Ayolah sayang. Istrimu tak akan tau jika kamu bermain di belakangnya," ujar Michel terus berusaha mempengaruhi Boy.

***

"Tidak. Aku tidak mau. Aku katakan kepadamu sekali lagi, tolong pergi dari sini, dan jangan ganggu aku lagi," balas Boy dengan dingin.

Tak terima di usir begitu saja oleh Boy, Michel pun nekat melabuhkan bibirnya di bibir milik Boy. Seketika laki-laki itu langsung terbelalak, namun tak dapat berbuat apa-apa.

Karena tak mendapat penolakan sama sekali dari Boy, Michel pun lebih berani dan memperdalam permainannya. Wanita itu kini mulai meraba setiap tubuh Boy dan berhenti di bagian tubuh terpenting laki-laki yang sudah beristri tersebut.

Michel yang merasakan milik Boy sudah mengeras pun menyeringai senang. Ia pun mulai mengelus sehingga membuat Boy melenguh keenakan.

"Boy, ayo kita ke dalam," ajak Michel mengajak Boy ke kamar khusus CEO yang berada di dalam ruangan Boy tersebut.

Michel menarik tangan Boy dengan sedikit paksaan sehingga laki-laki yang sudah terbuai nafsu itu mulai mengikuti langkah Michel dan saat ia langsung menghempaskan tubuh Michel ke ranjang berukuran sedang saat mereka telah berada di dalam kamar tersebut.

"Ahhh," desah Michel saat tubuhnya mendarat di ranjang dan sekita Boy langsung mengungkungnya dengan tubuh kekar miliknya.

Boy langsung menghujani Michel dengan ciuman panas dan tangannya mulai menjelajahi setiap inci bagian tubuh Michel.

Merasa menang, wanita itupun juga tak kalah buasnya dari Boy. Ia kemudian mengambil posisi Boy saat ini dan bermain ria di atas tubuh Boy.

Puas bermain api, hingga hari sudah mulai gelap. Keringat telah membasahi masing-masing dari tubuh mereka. Boy yang akhirnya melepaskan cairannya pun segera mencabut miliknya dan berlalu meninggalkan Michel untuk membersihkan badannya. Tak lama kemudian, Michel juga menyusul Boy, sehingga mereka kembali melakukan penyatuan kembali dan akhirnya mandi berdua.

Sementara di rumah, Cella menunggu kedatangan Boy dengan perasaan harap-harap cemas. Berkali-kali Cella mencoba mencoba menghubungi Boy, namun tak satupun panggilan atau pesan yang ia jawab.

"Kemana Boy? Apa dia baik-baik saja?" gumam Cella bertanya pada dirinya sendiri.

"Biarkan saja suamimu itu, nanti jika urusannya telah selesai, dia akan pulang dengan sendirinya," pungkas Brian yang datang tiba-tiba menghampiri Cella.

Cella tidak menanggapi ucapan Brian. Ia yang baru saja di setubuhi oleh kakak iparnya itu langsung pergi meninggalkan Brian yang sedang duduk di meja makan untuk mengisi perutnya.

Beberapa saat kemudian, terdengar deru mesin mobil milik Boy yang baru saja tiba di rumah besar tersebut.

Boy kemudian masuk dan menyapa kakaknya Brian yang tengah mengisi perutnya itu.

"Boy, duduk dulu disini. Kakak mau bicara," ucap Brian yang langsung di turuti oleh Boy.

"Ada apa kak?" tanya Boy yang sudah duduk di hadapan Brian.

"Rocky masih saja tidak mau memberi tahu kakak dimana ia menyembunyikan Andin. Apa yang harus kakak lakukan sekarang? Apa kita harus mengakhiri hidupnya atau memberinya ampun?" tanya Brian sembari menyuap makan ke perutnya.

"Sudahlah kak. Kalau menurutku, lepaskan saja Rocky. Biarkan saja dia dan juga kak Andin kembali bersama. Lagian kan kita sudah memiliki semua kekayaan milik Andin. Lalu apa lagi yang kakak inginkan dari wanita itu?" tanya Boy kemudian meminum segelas air putih.

"Tapi kakak masih mencintainya Boy. Kamu sendiri kan tau sebesar apa rasa cinta kakak padanya," jawab Brian dengan nada lirih.

"Aku tau kak. Tapi kakak tidak bisa seperti ini terus. Kakak harus bisa bangkit dan melupakannya. Biarkan dia dan Rocky," usul Boy menasehati sang kakak.

"Huhhh, baiklah Boy. Kakak akan mencoba merelakannya dan kakak akan melepaskan Rocky secepatnya," jawab Brian menuruti ucapan sang adik.

Bagi Brian, Andin adalah segala-gala nya.

Ia sangat-sangat mencintai gadisnya itu.

Setelah berbincang-bincang dengan kakaknya, Boy memutuskan untuk menemui istrinya di kamar.

Saat ia membuka pintu kamar, Boy melihat Cella tengah tertidur di sofa kamarnya tersebut.

"Maafkan aku sayang," ucap Boy pelan kemudian mencium kening Cella sekilas, lalu mengangkat tubuh istrinya tersebut ke atas ranjang.

Boy kemudian juga menyusul Cella ke alam mimpi setelag mengganti seluruh pakaiannya.

Keesokan paginya, seperti biasa, Cella baru saja selesai memasak sarapan pagi untuknya dan juga Boy dan Brian.

"Pagi Cella," sapa Brian sembari memeluk adik iparnya itu.

"Pagi kak. Tolong lepaskan aku. Aku tidak mau Boy melihat kita," jawab Cella yang sudah mulai terbiasa dengan kelakuan kakak iparnya itu.

"Boy tak akan tau, lagian kalau dia mengetahuinya, dia bisa berbuat apa?" tanya Brian menciumi leher Cella.

"Dia mungkin tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi Boy pasti akan kecewa kak," jawab Cella sembari mengaduk nasi goreng di atas kompor.

Brian tak menjawab lagi. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan membiarkan Cella dengan aktifitas paginya.

Satu jam kemudian, Boy turun ke lantai satu dengan penampilan rapi ala pekerja kantoran. Ia kemudian menyapa Brian dan juga istrinya sembari duduk di ruang makan untuk menikmati sarapan pagi buatan sang istri.

"Oh ya sayang, besok aku akan berangkat ke Jogja untuk beberapa hari. Ada pekerjaan penting yang tidak bisa diwakilkan di sana. Kamu gak papakan aku tinggal," ucap Boy di saat Cella telah duduk di sebelahnya.

"Kenapa mendadak sekali Boy?" tanya Cella sedikit terkejut.

"Sebenarnya tidak mendadak sayang. Hanya saja aku lupa memberi tahukannya kepadamu. Maafkan aku ya," jawab Boy mengusap kepala sang istri.

"Iya gak papa kok sayang. Jangan pikirkan aku. Aku baik-baik saja," ucap Cella menyuap nasi ke mulut nya.

"Baiklah kalau begitu, aku berangkat dulu ya. Jika ada apa-apa jangan lupa hubungi aku," pamit Boy yang telah selesai dengan makannya.

"Iya.. Ayo aku antar kamu ke depan," tutur Cella mengikuti langkah Boy dari belakang.

Setelah mobil Boy meninggalkan pekarangan rumah, Cella kembali masuk dan kembali duduk di meja makan untuk melanjutkan sarapannya yang tertunda.

"Rencananya aku juga akan keluar kota besok. Tapi karena Boy juga pergi, aku akan menunda keberangkatan ku," ucap Brian tiba-tiba.

"Kenapa di tunda kak?" tanya Cella penasaran.

"Karena kamu sendirian di rumah ini. Aku akan menggantikan Boy untuk menemani dan menjagamu. Kamu senang?" tanya Brian menaikkan satu alisnya.

"Biasa saja. Aku tidak masalah jika harus tinggal sendiri. Kakak pergi saja," jawab Cella lalu menyuap nasi ke mulutnya.

"Haha, aku tidak mau. Ini adalah kesempatan langka. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya," ucap Brian tersenyum licik.

Cella yang sudah tau akan maksud kakak iparnya itu hanya bisa diam dan melanjutkan makannya.

Cella tak menyangka jika ia harus masuk ke dalam pernikahan yang seperti ini.