Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 – Duel Tak Seimbang: Panggung Untuk Semut
Hari pertama di Akademi Astra Magna selalu dipenuhi antusiasme. Para siswa baru dibagi ke dalam kelas berdasarkan kemampuan sihir, dan diperkenalkan dengan kurikulum, sistem duel, dan struktur sosial.
Namun bagi sebagian orang, hari pertama adalah panggung pertunjukan.
Lapangan Akademi, Pagi Hari
"Semua murid baru, dengarkan baik-baik!"
Suara lantang dari seorang instruktur bertubuh besar menggema.
"Kita akan mengadakan Duel Penyambutan. Kalian bebas menantang siapa pun dari sesama siswa baru. Tujuannya bukan menang atau kalah, tapi memahami posisi kalian!"
Semua murid bergemuruh.
Leonhart Gravion, yang berdiri bersama kelompok Zona A, menoleh cepat. Matanya langsung terkunci pada satu titik:
> Xiao Chen, yang sedang duduk tenang di bawah pohon besar, mengupas apel tanpa peduli sekitar.
“Dia pasti ikut,” desis Leonhart. “Atau kau pengecut?”
Tantangan Terbuka
Semua murid menoleh ketika Leonhart berdiri di tengah arena dan mengangkat tongkatnya tinggi.
"Aku, Leonhart Gravion dari Keluarga Cahaya, menantang... bocah misterius dari Zona C."
Beberapa orang berseru, “Dia menantang Xiao Chen?!”
Yoyo Party langsung panik.
“Jangan diterima!” kata Ron.
“Leonhart itu juara duel tiga tahun berturut-turut!” tambah Lily.
Baro bahkan sudah membayangkan pemakaman mereka.
Tapi Xiao Chen berdiri perlahan.
Menggigit sisa apel, menatap Leonhart, dan berkata dengan datar:
> “Kau yakin cukup kuat untuk kupandang?”
Semua penonton terdiam.
Leonhart mengepalkan tinjunya. “Ke arena.”
Arena Duel
Instruktur memberi aba-aba. Lingkaran sihir mulai berputar di sekeliling arena. Energi sihir mengalir kuat.
Leonhart berdiri gagah dengan jubah putih bergelombang.
Sementara itu, Xiao Chen bahkan tidak menggunakan tongkat.
"Gunakan tongkatmu!" teriak salah satu pengawas.
Xiao Chen hanya menjawab, “Aku tidak membutuhkannya.”
Pertarungan Dimulai
Leonhart mengangkat tangannya.
> “Sihir Cahaya Tingkat Dua: Tombak Surya!”
Cahaya menyatu di atasnya, membentuk tombak bercahaya yang melesat ke arah Xiao Chen.
Semua orang menahan napas.
Namun…
> Tap.
Xiao Chen hanya melangkah ke samping dengan ringan. Tombak itu melewati udara, mengenai dinding arena dan menghancurkan bagian belakangnya.
“...APA?!”
“Dia menghindarinya tanpa mantra perlindungan?!”
Leonhart menggertakkan gigi.
> “Sihir Cahaya Tingkat Tiga: Penjara Cahaya Ilahi!”
Cahaya menyelimuti arena, mengurung Xiao Chen dalam sangkar energi padat.
“Sekarang kau tak bisa kabur.”
Leonhart membentuk bola cahaya terang di kedua telapak tangannya, lalu menyatukannya.
> “Ledakan Cahaya Ilahi!”
Gelombang cahaya menyapu arena, menyilaukan semua orang.
Asap memenuhi udara.
Tiba-tiba...
> BOOM!!
Asap menghilang. Dan dari tengahnya, satu suara bergema.
> “Apa hanya ini kekuatanmu?”
Xiao Chen berdiri tak terluka, masih menggenggam apel yang belum habis.
Penonton ternganga.
“Mustahil…”
Leonhart gemetar. “Kau... apa kau monster?”
> “Tidak. Aku... kultivator.”
Lalu ia melangkah ke depan.
Gerakan Xiao Chen
Ia mengangkat satu jari.
> “Teknik Gerakan Satu Jari: Langit Retak.”
Satu tusukan kecil... menembus dinding pelindung sihir Leonhart dan menghantam dada pemuda itu seperti guntur menyambar.
> CRAAAKKK!
Aura cahaya di tubuh Leonhart hancur seketika. Ia terpental jauh, menabrak pilar arena, dan pingsan.
Sunyi.
Sangat sunyi.
Setelah Duel
Instruktur buru-buru naik ke arena.
“Leonhart Gravion… KO.”
Semua murid dari Zona A terdiam. Beberapa mulai memandang Xiao Chen dengan rasa takut.
Yoyo Party lompat kegirangan, meski Baro menangis haru karena mengira tadi itu momen kematian.
Di balkon penonton, Rektor Aetherion menutup matanya.
> “Anak ini… benar-benar berada di atas segalanya. Bahkan Raja Iblis pun tak akan berani menyentuhnya.”
Sore Hari, Kamar Xiao Chen
Elvira mengirim surat menggunakan burung roh kecil:
> “Aku mendengar langit di ibu kota mendadak gelap tadi. Kau menerobos lagi, ya?”
Xiao Chen membalas pendek:
> “Hanya duel kecil.”
Ia menatap langit malam.
“Dunia ini… masih terlalu lemah. Tapi aku harus bermain perlahan.”