Sinopsis :
Berlian Puspa Lingga, seorang wanita muda yang mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri karena hubungan toxic dengan mantan tunangannya, Nino Atmaja. Keluarganya merahasiakan tentang masa lalu Berlian untuk melindunginya dari trauma.
Takdir membawa Berlian bertemu dengan Saka Cakra Tama, kakak tiri Nino, pada satu malam yang romantis dan panas. Saka, yang awalnya anti wanita, jatuh cinta dengan Berlian dan berusaha keras untuk memenangkan hatinya. Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan.
Lambat laun, hati Berlian pun tertawan oleh cinta Saka. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Apakah Berlian dapat melupakan masa lalunya dengan Nino dan menerima cinta Saka dengan tulus? Ataukah ingatan tentang Nino akan kembali dan mengubah segalanya?
"Menikahi Kakak Tiri Mantan" adalah cerita tentang cinta, pengorbanan, dan penebusan. Apakah Berlian dan Saka dapat menemukan kebahagiaan bersama ataukah masa lalu akan terus menghantui?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Kehamilan Tak Terduga Raima
"Kamu mau mandi atau kita lanjutkan lagi?"
"Aku mau mandi saja." Berlian langsung berdiri, keluar dari selimut yang membungkus tubuhnya. Dia berlari dengan cepat ke kamar mandi lalu mengunci pintu.
Saka tersenyum melihat tingkah lucu istrinya. Saka bahagia. Akhir-akhir ini, sejak Berlian hadir dalam hidupnya, hari-hari Saka jadi berwarna, dia jadi sering tersenyum juga tertawa. Wajah tenang, dingin, menyeramkan dan tanpa senyum yang diperlihatkan Saka pada orang lain dulu, kini berubah. Ternyata yang bisa membuat hati dingin sebeku es mencair hanyalah cinta.
Saatnya makan malam. Saka dan Berlian berjalan ke halaman belakang untuk menikmati makan malam romantis. Lebih tepatnya ruang belakang. Tempat itu dikelilingi kaca tebal, melingkar, di hias sedemikian rupa dan dipasang penghangat ruangan. Diatas, terlihat salju berjatuhan menutupi langit-langit ruangan itu. Menambah suasana menjadi semakin romantis.
"Selamat datang, Tuan, Nyonya," ucap kepala pelayan.
Dua pelayan menggeser kursi untuk mempersilahkan Tuan dan Nyonya mereka duduk. Setelah Saka dan Berlian duduk, para pelayan datang membawa hidangan spesial satu persatu. Hidangan di tata serapi mungkin diatas meja. Kepala koki yang juga berada di sana, menjelaskan pada Saka dan Berlian nama makanannya dan terbuat dari apa makanan itu.
Kepala pelayan mencicipi sedikit terlebih dahulu makanan yang akan disantap Tuan dan Nyonyanya. Setelah di rasa aman, kepala pelayan mempersilahkan mereka menikmati hidangan itu.
"Pergilah, aku ingin berduaan dengan istriku!" titah Saka, mengusir kepala pelayan, kepala koki dan beberapa pelayan yang ada di sana.
"Baik Tuan, jika ada yang diperlukan, silahkan panggil kami," jawab kepala pelayan. Saka mengangguk, mereka pun pergi.
Berlian mencoba satu persatu makanan yang disiapkan. Makanan itu membuat lidahnya terus ketagihan, dia hanya fokus pada makanan di depannya. Sementara Saka, fokus melihat istrinya yang persis tukang makan. Betapa bahagia Berlian dimata Saka saat berhadapan dengan makanan. Saka geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil.
"Aku punya hadiah untukmu," ucap Saka.
"Hadiah? Mana?" sahut Berlian dengan antusias.
Saka mengeluarkan kotak cantik. Kotak itu dia buka di depan Berlian, berisi sebuah gelang yang cantik.
"Gelang ini peninggalan mendiang ibuku. Waktu aku kecil, sebelum ibu meninggal, ibu memberikan barangnya yang berharga, satu-satunya, untukku. Dia bilang aku bisa memberikan ini untuk wanita yang ku cintai. Kamu mau memakainya?"
"Kamu mencintaiku?" tanya Berlian, mengkonfirmasi.
"Menurutmu?"
"A ... Aku belum yakin," jawab Berlian dengan ragu.
"Berlian, aku mencintaimu. Ini bukti cintaku untukmu." Saka meraih tangan Berlian, memasangkan gelang itu.
"Dia sangat mencintaiku, mulai sekarang aku harus mencintainya," batin Berlian.
Saka mencium punggung tangan Berlian cukup lama. "Gelang ini sangat berarti, sama seperti kamu yang sangat berarti di hidupku. Aku harap kamu bisa menjaganya," pinta Saka.
"Pasti," jawab Berlian, membalas Saka dengan senyum yang tulus.
"I Love you," ucap Saka untuk kedua kalinya. Saka berharap Berlian mau menjawab perkataannya, tidak seperti ucapan pertama yang tidak Berlian jawab.
"Kita sudah menikah, sudah berbagi tubuh, apanya yang i love you." Berlian memaksakan dirinya tertawa, karena bingung harus menjawab apa. Bukan Berlian tidak mencintai Saka, tapi Berlian ingin meyakinkan dirinya dulu.
"Aku berharap bisa mendengar kata cinta dari mulutmu suatu saat nanti," harapan Saka. Berlian diam tidak menjawab, dia mengalihkan perhatiannya ke makanannya kembali. Melihat reaksi Berlian, Saka berhenti bertanya. Dia ikut menyantap makanan di depannya.
Keesokan harinya, dengan kapal pemecah es, Saka membawa Berlian ke arah Utara, melihat habitat asli pinguin. Untuk pertama kalinya Berlian berlayar di tengah lautan es, Berlian bahagia. Di sana Berlian melihat pinguin, dengan segala tingkah lucunya. Tak lupa mereka juga memakai mantel tebal dan membawa persediaan makanan yang cukup. Mereka hanya bisa ke sana satu jam, jika lebih dari satu jam, para kru takut mereka mulai mengalami kedinginan ekstrim. Apalagi perjalanan kembali ke pulau Aurora juga memakan waktu tiga jam.
.
.
.
"Katakan sekali lagi dok!" Raima membeku ditempat. Dia hampir tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Anda hamil, sudah 4 pekan," ulang dokter kandungan itu lagi.
Raima langsung lemas. Padahal dirinya sudah memakai kontrasepsi, bisa-bisanya dia tetap hamil anak Nino.
Dari kemarin Raima merasa tidak enak badan. Dia tidak tau dalam kondisi hamil. Jadi dia memeriksakan diri ke dokter umum, tapi dokter umum merujuknya ke dokter kandungan. Di sinilah Raima dinyatakan positif hamil.
"Kandungan anda sangat sehat. Sekali lagi selamat, Nyonya," ucap dokter kandungan.
Raima terkejut luar biasa. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Bisa-bisanya dia hamil. Sudah 2 tahun dia sering tidur dengan Nino, tapi bulan-bulan sebelumnya baik-baik saja, kenapa bulan ini dia justru hamil.
"Aku harus gugurkan kandungan ini," batin Raima. Dia tidak mau melahirkan anak Nino, terlebih Nino tidak tau kapan kembali ke Jakarta.
Di tanah air, kegiatan menggugurkan kandungan sangat dilarang, jadi Raima mencari cara di internet untuk menggugurkan kandungannya. Cara yang dia dapat adalah memakan buah nanas muda sebanyak mungkin, berolahraga berat dan minum minuman beralkohol.
.
.
.
Sementara itu, Nino dan kedua orangtuanya sudah tiba di Cotaya. Mereka tinggal di sana dengan identitas baru. Di apartemen kecil pinggiran kota. Mereka juga merubah penampilan. Nino memakai kacamata, menumbuhkan brewok, dan menggodrongkan rambutnya. Ayahnya juga demikian. Ibunya menempel tompel palsu di pipi dan mengkriting rambutnya. Penampilan mereka sangat sulit untuk di kenali. Dengan uang yang mereka bawa, mereka bertekad memulai balas dendam.
Lewat internet, dengan kartu ponsel identitas lain yang mereka miliki, mereka bisa memantau apa yang terjadi di dunia luar. Kali ini mereka tidak akan gegabah, mereka menyusun serapi mungkin rencana balas dendam. Nino benar-benar dendam pada Saka, apalagi setelah mengingat betapa brutal Saka menyiksanya namun tidak membiarkannya mati.
PT Atmaja Abadi juga diambil alih oleh Tama group, dengan waktu singkat. Rupanya Saka mengirim jebakan lagi dengan iming-iming investasi untuk perusahannya. Membuat perusahaan itu bangkrut.
"Kurang ajar Kau Saka. Perusahaanku lagi-lagi kau buat bangkrut! Di sana kau sedang bulan madu dan bahagia, sementara aku di sini jadi buronanmu. Tidak akan ku lupakan peristiwa ini. Akan ku balas seratus kali lipat perbuatanmu!" Nino naik pitam. Dia melihat kebangkrutan perusahaannya dari internet.
"Saka memang tidak tau diri. Dia sengaja menikahi mantanmu dan mengambil semua milikmu. Harusnya dulu Saka kami bunuh saja," ucap Dion Atmaja. Ayah kandung macam apa yang jahat seperti ini. Seolah Saka bukan anaknya.
"Untung kami sempat menjual benda berharga kita, jika tidak, pasti kita tidak dapat apa-apa," kata Ela.
"Pa, Ma, kita harus bangkit. Tidak boleh begini terus," ucap Nino.
"Bagaimana caranya?" Pikiran Ela buntu. Walau penampilan dan identitas mereka sudah berubah, tapi mereka masih takut keluar rumah.
"Bukankah masih ada Raima? Kita manfaatkan dia!" usul Nino.
"Maksud Kamu?"
"Aku punya rencana." Nino membisikan rencana jahat pada ayah dan ibunya. Seketika wajah Dion dan Ela berubah senang. Mereka percaya rencana kali ini pasti berhasil.
Vito dan Kalista bersatu...
tinggal Miko lagi nih yang berjuang buat dapatin Intan
tapi jangan dulu deh Vito,
tunggu nikah dulu baru buat baby 😆
"nasi goreng" ☺️
gpp ya Vito,demi orang tercinta...
moga kamu selamat Vito, pernikahan udah di depan mata lho...
yang satu ngebet banget,yang satu coba menghindar
tinggal kk Dirli yang masih membatu 😆
Miko mulai gombal gambil nih..
😆😆😆😆
lanjutkan Miko 💪
the power of money