NovelToon NovelToon
Perjalanan Hati Aini

Perjalanan Hati Aini

Status: tamat
Genre:Romantis / Poligami / Patahhati / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: black_smile

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu harus menyerahkan suami dan anakmu pada madumu demi mempertahankan pernikahanmu dan menyelamatkan nyawa ibumu?

Itulah yang terjadi pada seorang Aini.

Aini tak pernah menyangka, ia harus berbagi suami dengan orang yang pernah ia selamatkan nyawanya beberapa tahun yang lalu.

Lalu, bagaimanakah Aini akan bertahan dalam kerasnya kehidupannya, yang seolah tak ingin dia merasakan kebahagiaan?

Ini hanya sepenggal kisah sederhana dari seorang wanita biasa yang ingin merasakan kebahagiaan menjadi wanita seutuhnya.

Yuk simak kisahnya 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black_smile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu Part 1

"Aku akan menuruti keinginanmu Mas." Ucap Aini lirih.

"Keinginan apa Sayang?" Sahut Adit sambil mengusap punggung Aini lembut.

"Aku akan bekerja kembali dan membiarkan Umar diasuh oleh Mbak Ratri ketika aku bekerja." Jawab Aini getir.

"Kamu ini bicara apa? Sudah, tidurlah! Umar sudah tidur dengan Ibu." Jawab Adit menenangkan.

"Bukankah kamu juga sependapat dengan Ibu, Mas?" Sahut Aini seraya mengendurkan pelukannya.

Adit terdiam. Ia langsung bisa menerka, bahwa Aini mendengar percakapannya dengan Ratri semalam.

"Aku masih bisa menafkahi keluargaku meskipun kamu tidak bekerja Sayang."

"Tapi, Mbak Ratri akan kesulitan untuk bisa dekat dengan Umar bukan? Karena ada aku di rumah."

Aini sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Adit.

"Dengarkan aku Sayang!" Ucap Adit selembut mungkin, demi menenangkan Aini.

"Panggil aku Aini saja Mas! Aku tak ingin berbagi panggilan sayang itu dengan orang lain. Mas bisa menggunakan panggilan itu untuk Mbak Ratri saja."

Aini pun lantas bangun. Ia lalu turun dari ranjang. Aini berjalan menuju pintu, hendak menyusul Umar dan ibunya ke kamar.

Adit pun segera bangun dan mencegah Aini keluar kamar.

"Kita harus menyelesaikan masalah ini Sayang!" Pinta Adit seraya memegangi tangan Aini.

"Masalah Mas bilang?" Ucap Aini tak percaya.

"Maksudku,,"

"Ini semua tak akan terjadi, jika Mas tak pernah bermain api dengan Mbak Ratri semenjak Mbak Ratri pulang dari Singapura." Tegas Aini sambil menghempaskan tangan Adit.

Adit terpaku. Ia sebenarnya juga sependapat dengan istri pertamanya itu. Tapi, ia juga tak bisa memungkiri, nama Ratri masih ada dalam lubuk hati terdalamnya.

"Kenapa Mas? Kenapa Mas diam?" Tantang Aini dengan airmata yang mulai meluncur tanpa permisi.

"Mas tak bisa mengelak dengan apa yang Aini katakan bukan?"

"Aku tahu Mas, Mbak Ratri adalah cinta pertamamu. Dan begitu pula sebaliknya. Bahkan, aku juga tahu, kamulah yang memerawani Mbak Ratri saat kalian berpacaran di bangku SMA dulu. Bukan begitu?" Imbuh Aini datar.

Suara Adit makin tercekat. Ia benar-benar tak mampu, mengelak atau hanya sekedar memberikan alasan sederhana demi menenangkan hati yang sedang tak karuan itu.

"Apa salah Mas jika aku bukan cinta pertamamu dan menjadi istrimu? Bukankah kamu juga, yang dulu memaksaku menikah denganmu meski ibumu tak menyetujuinya? Haruskah aku merasakan semua ini, setelah apa yang kamu lakukan padaku dulu Mas?" Cecar Aini dengan airmata yang terus mengalir deras begitu saja.

Hati Aini benar-benar pedih saat ini. Pernikahannya yang sejak awal dihantui oleh sikap ibu Adit yang tak merestuinya, kini malah diikuti oleh sebuah kenyataan yang lebih menyakitkan bagi hati setiap wanita. Berbagi suami.

Aini mulai mengingat, bagaimana ia akhirnya menikah dengan seorang Aditya Eka Subrata.

Flashback On

Seorang perempuan berusia dua puluh tiga tahun, sedang asik bercanda tawa bersama teman-temannya di tempat kerja sembari melayani beberapa pelanggan yang sedang menikmati santapan mereka di tempat itu. Dia Aini. Karyawan baru di sebuah rumah makan yang cukup ternama di Indonesia.

"Siapa dia Nu?" Tanya seorang laki-laki yang baru saja tiba di rumah makan itu. Ia baru saja tiba di Jogja, setelah sebelumnya menetap di Surabaya.

"Dia karyawan baru, namanya Aini. Dia membantu saya mengurusi keuangan rumah makan." Jawab seorang laki-laki botak bernama Wisnu, yang menjabat sebagai manager di rumah makan itu.

Laki-laki tadi mengamati Aini dengan seksama. Ia mencoba mengingat sesuatu.

"Bukankah dia yang selalu bersama Ratri dulu?" Batin laki-laki itu.

"Maaf Pak Adit! Ada yang mencari Bapak di depan." Ucap seorang wanita berseragam batik seperti karyawan yang lain.

"Oh, iya." Sahut laki-laki itu sedikit terkejut.

Iya, dia Adit. Pemilik rumah makan tempat Aini bekerja, Rumah Makan Bebek Goreng Barata. Ia baru saja kembali ke Jogja setelah enam tahun menyelesaikan studinya di Surabaya. Dia pun pulang dengan membawa gelar Magister Ekonomi.

Adit segera meninggalkan Wisnu yang kembali mengurusi karyawannya yang sedang sibuk mengatur jadwal libur. Ia pun berlalu setelah tersenyum kecil sambil melirik ke arah Aini.

Hari baru pun tiba.Tiga bulan sudah, Adit berkantor di Jogja. Adit dan Aini telah saling berkenalan secara resmi sejak hari kedua Adit mengunjungi rumah makannya. Dan secara perlahan, Adit pun jatuh hati pada Aini.

Adit mulai mendekati Aini. Ia terpesona dengan kesederhanaan Aini, ditengah hiruk-pikuk para karyawan lain yang berlomba-lomba tampil begitu elegan di hadapannya, demi mencuri perhatian sang pemilik rumah makan.

Aini yang memang tak tertarik pada Adit, ia bersikap biasa saja pada Adit. Bahkan, ketika Adit secara terang-terangan mendekatinya di depan karyawan lain, ia tetap menolaknya.

Apalagi ketika Adit berusaha mengenalkannya pada kedua orang tuanya. Aini menolaknya dengan cara sehalus mungkin. Karena ia tahu, ibu Adit memiliki kriteria calon menantu yang tak sebanding dengannya.

Dan dari sanalah kenekatan Adit dimulai.

Penolakan demi penolakan yang dilakukan Aini padanya, membuatnya semakin ingin memilikinya seutuhnya. Apalagi, ditambah dengan penolakan Suharti, ketika Adit meminta pada kedua orang tuanya untuk meminangkan Aini untuknya. Itu semakin membulatkan tekad Adit untuk menjadikan Aini istrinya semakin kuat.

Sore itu, Aini baru saja menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Tiba-tiba, Wisnu memanggilnya. Aini diminta menemui Adit di ruangannya. Aini pun segera menemui sang atasan sebelum pulang.

"Bisa tolong jelaskan padaku, bagaimana bisa nominal sebesar ini keluar bulan lalu?" Tanya Adit setelah Aini duduk berhadapan dengannya.

"Bulan lalu ada pesanan partai besar Pak. Kami sudah menyiapkan semuanya. Tapi, pagi harinya, pesanan itu dibatalkan separuhnya. Padahal, kami telah berbelanja sesuai kebutuhan. Jadi, ada pengeluaran dengan nominal itu, karena beberapa bahan makanan yang tidak bisa dipakai lagi terbuang sia-sia." Jelas Aini tegas.

"Lain kali, jangan sampai hal seperti ini terulang lagi. Itu tanggung jawab kalian semua." Jawab Adit tegas.

"Baik Pak." Sahut Aini singkat.

"Baiklah. Oh iya, apa kamu sudah selesai bekerja?"

"Sudah Pak. Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Apa kamu mau jus mangga?"

"Iya Pak?" Tanya Aini kebingungan.

"Kamu doyan jus mangga?" Ulang Adit.

"Oh, iya Pak." Sahut Aini masih bingung.

"Ini, tadi Wisnu memesankan minuman untukku tapi salah. Minumlah, dari pada mubazir! Wisnu juga tak suka dengan mangga." Jelas Adit sambil meraih segelas jus mangga yang ada dimejanya.

Aini diam tak merespon. Ia masih kebingungan dengan maksud ucapan Adit.

"Kamu bilang, kamu doyan jus mangga bukan? Ini, minumlah! Aku tak begitu suka dengan mangga. Wisnu tadi salah memesankan minuman untukku." Jelas Adit lagi.

"Oh, baik Pak. Terima kasih." Sahut Aini sungkan.

Aini pun segera menyeruput jus mangga yang Adit berikan. Mereka lantas mengobrol sejenak sembari menunggu Aini menghabiskan jusnya. Tak hanya tentang pekerjaan, bahkan beberapa hal tentang masalah pribadi pun jadi bahan pembicaraan.

Setelah selesai, Aini pun berpamitan pulang lebih dulu. Saat sampai di tempat parkir, ia merasa kepalanya mulai pusing. Hujan yang turun sejak tadi, tak membuatnya merasa kedinginan sama sekali. Bahkan, ia mulai sedikit kegerahan.

Aini pun segera melajukan motornya. Hujan makin lebat saat di jalan menuju pulang. Kepalanya yang terasa pusing, badannya yang terasa aneh, membuatnya menghentikan motornya di tepi jalan untuk sejenak beristirahat. Ia menghentikan motornya di samping minimarket yang biasanya buka 24 jam.

Dan saat itu, ada sebuah mobil yang familiar bagi Aini, mulai terparkir di depan minimarket. Dan benar, Adit pun turun dari mobil itu. Ia berjalan menuju minimarket dengan payung di tangannya.

Aini memandangi hujan yang begitu lebat, sambil berusaha menetralkan tubuhnya yang terasa aneh. Ia tak menyadari, ada seseorang yang menghampirinya.

"Aini. Kamu belum pulang?" Tanya Adit tiba-tiba, yang tepat berada di samping Aini.

"Pak Adit?" Aini terkejut bukan main.

"Ayo, aku antar pulang! Hujannya lebat sekali."

"Tidak usah Pak. Sebentar lagi juga reda." Tolak Aini halus.

"Tak apa, ini sudah malam. Ayo! Motornya titipin di depan minimarket aja." Rayu Adit sambil memegang lengan Aini.

"Tidak usah,,"

"Badanmu panas Ni? Ayo, aku antar pulang!" Paksa Adit yang menyadari suhu tubuh Aini sedikit tinggi.

"Tidak apa-apa Pak. Saya pulang sebentar lagi saja. Cuma demam dikit." Sahut Aini sekenanya.

"Nih pegang!"

Adit menyerahkan payung yang ia bawa pada Aini. Aini pun refleks menerimanya. Adit lantas menuntun motor Aini menuju depan minimarket. Aini segera memayungi Adit karena terkejut.

"Eh, Pak?" Aini bingung lagi.

Adit masih santai menuntun motor Aini. Ia lantas masuk kembali ke minimarket dan menitipkan motor Aini pada karyawannya.

"Udah, lepas jas hujannya! Ayo aku antar pulang!" Paksa Adit lagi.

"Tak usah Pak!" Tolak Aini.

"Yasudah. Kunci motormu, aku bawa." Jawab Adit santai.

Aini lantas berusaha meminta kunci motornya pada Adit, tapi tak berhasil. Ia akhirnya mengalah, dan mau diantar pulang oleh Adit. Mereka lantas masuk ke dalam mobil Adit.

Saat Adit mulai melajukan mobilnya, Aini mulai merasakan gejolak aneh yang makin menggebu di tubuhnya. Ia berusaha menahannya. Tapi Adit menyadari itu.

"Kamu kenapa Ni?" Tanya Adit perhatian.

"Emh,, tak apa,, Pak." Sahut Aini terbata.

Adit menepikan mobilnya lagi. Ia ingin memastikan kondisi Aini memang baik-baik saja.

"Yakin nggak papa Ni?" Tanya Adit, sambil memegang lengan Aini.

Aini segera menoleh pada Adit. Tatapannya sayu dan seperti menahan sesuatu.

"Pak,, eemhhh,," Aini menggigit bibir bawahnya.

Tiba-tiba, Aini menarik tubuh Adit dan segera mendaratkan bibirnya di bibir Adit. Ia tak bisa lagi menahan gejolak di tubuhnya yang begitu menggebu. Memaksanya untuk menuntaskan sesuatu yang terasa begitu kuat menyeruak.

Adit membulatkan matanya. Tapi, ia juga laki-laki biasa. Yang akan segera menyambut wanitanya yang tiba-tiba menyerangnya dengan penuh kelembutan.

Adit pun membalas ciuman Aini dengan lembut. Dan itu menjadi ciuman pertama mereka. Mereka saling mengecap dan bermain lidah satu sama lain.

Aini yang belum pernah berciuman, mendadak bisa sangat lihai memainkan lidahnya dan menggoda Adit. Tangannya pun mulai tak tinggal diam. Ia meraba tubuh Adit dengan penuh perasaan.

Begitu juga Adit. Dia laki-laki normal yang akan tergoda dengan ulah Aini yang tiba-tiba. Tangannya pun mulai bergerilya ke seluruh tubuh Aini. Mulai meremas dua buah benda kenyal milik Aini yang masih tertutup baju.

Aini lalu berpindah tempat duduk di pangkuan Adit. Ia bahkan memaksa Adit memundurkan kursinya agar ia lebih nyaman untuk duduk.

"Kita cari tempat lain Sayang!" Ucap Adit di sela ciumannya.

"Aku,,"

"Sabarlah sebentar!" Pinta Adit lagi.

Aini pun mengangguk pasrah sambil menahan gejolak itu. Ia lalu kembali ke kursinya. Adit pun segera melajukan mobilnya, membelah derasnya hujan yang mengguyur nyaris di semua sudut Kota Jogja.

Adit menghentikan mobilnya di sebuah hotel bintang tiga yang tak jauh dari tempatnya tadi. Ia segera memesan sebuah kamar dan mengajak Aini ke sana.

"Ayo Sayang, kita lakukan!"

1
Wahyu Kasep
garing banget kisah nya
mirip petinju kisah ' korupsi 271 triliun bisa bebas ☝️ beda dengan kasus Vina Cirebon penjara seumur hidup
Rita Leo
maaf berasa kurang enak di ucapin nya ya nama nya ratri. terasa gak nyaman ngucapin nya. kirain ranti
list_tyo: nggak papa kak 👍
itu nama salah satu temen othor sebenarnya 😁
total 1 replies
Anonymous
walo agak berliku, tp suka dg tokoh dan cerita. ditunggu karya seru lainnya tor
Ulna Yana
bagus kak ceritanya aku suka 🥰
Elara
Semangat Kak, jangan lupa mampir di karya aku yang berjudul My Love's Aylin
Ina Ijal
akhirnya up juga walopun 1 bab, semangat terus ya dan semoga sehat selalu aamiin
Ina Ijal
di tunggu kelanjutannya 💪💪💪
Masiah Cia
kapan Adit dan pelakor nya dapat karma
Masiah Cia
astaga Ardi tanpa basa-basi 😀
Masiah Cia
Adit dan Ratri masih aman ya blm dapat karmannya
Masiah Cia
Adit dan keu kecuali ayahnya masih tenang 2 ya, belum dapat karma
Masiah Cia
kasian banget Aini , menderita trus, kapan bahagianya
Masiah Cia
nyesek
Masiah Cia
lucu jg sih cerita nya masa sih orang tua tiba-tiba punya stok obat perangsang ,aneh
Masiah Cia
mertua laknat
Reader
duuh aaaampuuuun, Aini dikasi suami kayak Adit dulu dee sepaket ama Bu Mertuanya...dpt suami plus mertua baik, malah susah bgt patuhnya...
Elvira Swani
jd aini uh di unboxing blm thor sm anak buah ny adit?
list_tyo: belum dong kak 😁
total 1 replies
Diani Joell
cerita menarik
list_tyo: makasih kak 🙏🤩🥰
total 1 replies
Tuti Aja
kamar prubadi aini dan ardi dimasukin orang lain...meski teman...gk bagus aiii
Sulastri Oke86
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!