NovelToon NovelToon
LIKU-LIKU SANG MANTAN

LIKU-LIKU SANG MANTAN

Status: tamat
Genre:Obsesi / Trauma masa lalu / Romansa / Cinta Seiring Waktu / Duda / Tamat
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Drezzlle

Setelah kekasihnya Reino memilih menikahi wanita lain, Niara mencoba keluar dari patah hatinya dengan segenggam harapan cinta yang di berikan Ridwan seorang duda dua anak.

Niara kini mulai terbiasa mencintai Ridwan. Namun, Reino datang dan mengaku melakukan nikah paksa karena sebuah perjanjian yang dilakukannya dengan ibunya. Dengan harapan, setelah satu tahun menikah, dia akan bercerai lalu bisa kembali kepada Niara.

Sayangnya, Niara sudah mengubur rasa cinta itu. Dia memulai menata hati dan kehidupan barunya dengan pernikahan yang akan dilaksanakan sebentar lagi.
Di hari pernikahannya dengan Ridwan, Reino datang dengan membawa tragedi berdarah yang tidak pernah di bayangkan oleh Niara.

Salah seorang anak tirinya dibunuh oleh Reino tepat di depan matanya. Tak sampai disitu, untuk bisa kembali dengan Niara, Reino selalu menerornya dan menculik Niara. Rasa cinta Reino yang berlebihan, menyiksa hari-hari Niara.

Yuk, ikuti kelanjutannya!
like, coment, subscribe ❤️

🍁sta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Drezzlle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31

Pagi yang selalu aku impikan, ketika aku membuka mataku. Seseorang yang aku cintai berada di sampingku. Memelukku dengan penuh kehangatan.

Setelah puas menangis di dada mas Ridwan semalam. Mimpi burukku tidak lagi datang. Namun, sesaat masih terbesit bayangan malam pernikahanku yang penuh dengan darah. Nafasku mulai berat lagi, aku turun dari ranjang mengambil segelas air di meja.

BAB 31( Ramuan Cinta )

“Kau sudah bangun?” Suara langkahku membangunkan Mas Ridwan. Aku berbalik dan tersenyum. Mas Ridwan ikut bangkit dari ranjang, kemudian pergi ke kamar mandi. Aku lantas pergi ke kamar Chika, membangunkannya agar tidak terlambat ke sekolah. Akan tetapi, ternyata Chika sudah tidak ada di kamar. Aku menuruni tangga, dan melihat Chika sedang sarapan di meja makan.

“Kamu mau mama bikinin jus?” tanyaku lembut. Chika mendongak, mulutnya masih mengunyah roti bakar.

“Boleh,” jawab Chika lirih.

Aku tersenyum dan membuatkan jus apel untuk menemani roti bakar yang dibuat Chika.

Setelah selesai membuat Jus, aku menaruhnya ke meja dan mengusap kepala Chika, mencium rambutnya yang harum.

“Mama keatas dulu, mau nyiapin pakaian Papa. Kamu tunggu dulu ya sampai Papa siap,” Aku lalu naik ke atas lagi, pergi ke kamar.

Mas Ridwan sudah selesai mandi, dan untuk pertama kalinya aku melihat dia hanya berbalut handuk berjalan di depanku. Aku langsung segera menutup pintu. Jantungku berdegup kencang, aku menahan senyumku sambil membuka lemari pakaian. Mengeluarkan satu stel kemeja dan celana untuk Mas Ridwan. Mas Ridwan duduk di depan meja rias, sedang menggunakan hairdryer untuk mengeringkan rambutnya. Aku mencium aroma wangi rambut dan tubuhnya dari kejauhan. Rasanya ingin memeluknya. Mencium punggungnya, rambutnya.

Aaahhh..

“Astaga, pikiran kotorku!” aku menggumam, dan menepuk dadaku berulang kali untuk tidak terpancing keinginan lain.

Mas Ridwan mendekat, dan mencium leherku dari belakang. Aku terkejut, namun takut untuk berbalik menatapnya. Aku akan kehilangan akal dan lepas kendali nantinya.

“Kamu mau sarapan?” tanyaku. Aku menundukkan kepalaku, menyembunyikan raut mukaku yang mungkin jika saat ini bercermin merah merona.

“Tidak, aku makan di kantor saja,” ucap Mas Ridwan, memakai pakaian dan celananya di depanku. Aku terus mengelap keringatku.

“Oh, okay.” jawabku, aku langsung mengambil handuk dan bersiap mandi. Namun, tangannya menarikku. Dia mengangkat tubuhku, hingga membuatku duduk di atas meja rias. Matanya menatapku dalam-dalam. Aku menundukkan kepalaku, sambil terus mengepalkan kedua tanganku.

Jantung rasanya ingin copot, aku bisa mendengar hembusan nafasnya dari dekat.

“Papa!” teriak Chika dari luar pintu, sambil menggedor-gedor.

“Iya,” Mas Ridwan menjawab, namun tatapannya masih tak lepas dariku.

“Em, su – sudah sana kerja,” ucapku dengan grogi, mendorong dadanya.

Mas Ridwan tersenyum, seakan tahu aku salah tingkah sekarang.

“Nanti malam ya,” ucapnya, mengedipkan mata kirinya.

“A – apa? Aku tidak mengerti,” aku turun dari meja rias, menjauh. Tangannya menarikku lagi, mencium leherku lagi.

BraKk..

Pintu terbuka

“Ups, sorry mengganggu!” ucap Chika. Aku terkejut dan langsung mendorong Mas Ridwan, hingga jatuh di tempat tidur.

“Kalian bisa lakukan nanti ya, aku sudah terlambat! Papa, cepat!” Chika menutup pintu, dan berlari menuruni tangga. Aku memukul punggung Mas Ridwan, karena membuat Chika terlalu lama menunggu.

“Oke sayang, aku cari uang dulu.” Mas Ridwan, mencium keningku. Mengambil tas laptopnya, kemudian berbalik mengedipkan matanya ke arahku. Aku menahan senyumku, hingga dia keluar dari pintu kamar.

“Astaga,” aku meremas-remas rambutku hingga berantakan. Karena merasakan debaran yang tak henti-hentinya. Langkahku berjalan ke arah jendela, melihat kepergian Mas Ridwan dan Chika melaju dengan mobil. Setelah itu, aku bergegas mandi. Karena hari ini aku mau ke kantor polisi, memberikan kesaksian untuk penyelidikan kasus Reino.

Setiba disana, aku yang ditemani dengan pengacara. Kemudian menceritakan semua hal yang terjadi di malam itu. Air mata tak terbendung, jika mulai membicarakan tentang Nael. Kematian Nael sejak hari itu menjadi bagian mimpi burukku setiap malam.

Setelah memberi kesaksian, aku datang di ruang kunjungan tahanan. Melihat Reino, mungkin untuk terakhir kalinya. Aku menatap matanya yang lelah, dia menundukkan kepalanya di depanku.

“Apa dendammu sudah selesai setelah membunuh anak tiriku?” Aku menanyakan hal yang selama ini aku pendam. Reino memperlihatkan senyum dinginnya ke arahku.

“Bukankah, kita impas. Kau juga membunuh anakku!” jawab Reino.

“Aku tidak sengaja menabrak Abel, apa aku juga tahu dia sedang hamil? Bahkan sebelumnya aku juga tidak tahu wajah Abel!” Aku terpancing emosi.

“Lalu, kau puas aku di penjara?!” Reino bangkit dan menggebrak meja. Raut mukanya berubah marah. Penjaga datang dan menahan kedua tangan Reino.

“Terserah, nikmati saja hidupmu! Kau yang meninggalkanku terlebih dahulu!” gertakku, kemudian bangkit dari tempat duduk dan keluar dari ruang kunjungan tahanan.

“Niara!” teriak Reino.

“Niara, aku sangat mencintaimu!” Suara teriakan Reino menggema, membuat dadaku sakit. Rasanya sangat perih, ketika orang yang pernah aku cintai dulu ingin merusak kebahagiaanku.

Sepanjang perjalanan ke rumah, air mata masih tak berhenti membasahi pipiku. Memikirkan ‘Apakah benar dia masih sangat mencintaiku?’ pertanyaan itu menumpuk di dada.

Ada perasaan tak tega, melihat Reino mendekam di balik jeruji. Ada perasaan bersalah membuatnya melakukan hal bodoh itu untuk kembali padaku.

Ponselku berdering, aku melihat tiga kali panggilan tak terjawab dari Ibuku. Aku memutuskan untuk pulang kerumah Ibuku sebentar, agar pikiranku tenang.

Setiba dirumah, Ibuku menyodorkan banyak ramuan kepadaku.

“Apa ini?” aku mengernyit.

“Ini untukmu dan ini untuk suamimu!” Ibuku menunjuk satu persatu ramuan.

“Lalu untuk apa?” tanyaku.

“Untuk kau minum, agar cepat hamil!” ucap Ibuku terlihat kesal, kemudian mendorong keningku.

“Astaga, Ibu! Kami baru saja kehilangan Nael, Ibu bisa-bisanya mikir seperti ini!” gertakku.

“Apa urusannya? Kau sudah umur 31 tahun, Nak Ridwan 40 tahun. Kamu harus cepat punya anak. Lihat teman-teman seusiamu! Anaknya sudah 3.” Ibuku menepuk pundakku keras. Aku memasukkan semua pemberian itu ke dalam tas, menghindari omelan Ibuku yang berlanjut.

“Ingat yang tadi, kamu seduh air panas. Kamu suruh tuh, Nak Ridwan minum sebelum tidur!” pesan Ibuku, aku hanya mengangguk.

Setelah itu aku memutuskan untuk pulang saja kerumah, aku pikir bisa tenang di rumah Ibuku. Kenyataannya malah di omelin terus, membuat kepalaku semakin pusing.

Saat tiba di rumah, Chika sudah berada di ruang TV. Aku tersenyum dan berjalan ke arahnya. “Mau makan apa?” tanyaku lembut.

“Aku ingin ngemil,” jawab Chika. Aku pun langsung pergi ke dapur membuatkan kue bolu panggang untuk Chika. Mencium aroma kue, Chika langsung ke dapur.

“Kalau nggak habis, nanti masukkan ke lemari es ya!” ucapku. Chika mengangguk, dengan mulut penuh mengunyah kue.

Aku kembali ke kamar, melempar tubuhku ke atas tempat tidur. Kemudian, mataku melirik ke arah tas. Mengeluarkan semua bungkus ramuan yang Ibuku bawakan.

“Buatin nggak ya?” aku membolak-balikkan ramuan yang khusus untuk Mas Ridwan. Melihatnya lebih lama membuatku senyum-senyum seperti orang tidak waras.

1
Engga Jaivan
keren jangan lupa mampir ya di novelku
∑(Elite Squad ̄□ ̄;)
sabar, berputus asa karna orang orang tak membalas ketulusan mu
∑(Elite Squad ̄□ ̄;): sma sma,mampir juga yok kk
total 2 replies
∑(Elite Squad ̄□ ̄;)
melupakan seseorang sangat kita cintai memang tidak mudah,tapi ada kalanya melupakan seseorang yang kita cinta bukan karna tak cinta tapi untuk melihat orang yang kita cintai bahagia dengan yang baru
Afriyeni Official
karena ibunya terlalu stress byk beban derita /Scowl/
Drezzlle: pikiran kemana-mana masalah silih berganti
total 1 replies
Afriyeni Official
anak dalam kandungan akan terpengaruh jika sang ibu terlalu byk menangis /Scowl/
Drezzlle: Mau nggak nangis, tapi melihat situasi se-berantakan ini /Sob/ lagi hamil pula
total 1 replies
Afriyeni Official
Ridwan begitu karena sayang sama istrinya /Scowl/
Afriyeni Official
laahh kenapa bisa meninggoy
Drezzlle: bunuh diri Oma, karena mas Ridwan tidka mau kembali lagi dengannya
total 1 replies
Afriyeni Official
ya udah, pindah aja biar hidup tenang
Afriyeni Official
ada aja masalah /Scowl/
Drezzlle: hidup kok nggak bisa tenang, ya Oma
total 1 replies
Afriyeni Official
pengacau mulai muncul/Sleep/
Afriyeni Official
bisa jadi itu anak Ridwan. hanya saja klu ketahuan pasti jadi perdebatan /Sleep//Scowl/
Afriyeni Official
nggak kebayang betapa takutnya niara
Afriyeni Official
kamu keterlaluan reino /Sleep/
Afriyeni Official
si reino kenapa nggak ada kapok kapoknya /Scowl/
Drezzlle: Yah, mau bagaimana lagi. Saya cinta /CoolGuy/
total 1 replies
Afriyeni Official
ini mah kesukaan para pria
Drezzlle: Terimakasih Oma, sudah mampir
total 1 replies
Afriyeni Official
hmm, makin rumit urusannya
Afriyeni Official
nah iya,, kamu harus galak niara /Joyful/
Afriyeni Official
malah jadi nggak enak, kerja di bawah tekanan adik ipar /Sleep/
Afriyeni Official
iya, utk apa malu malu niara,, gaskeun /Determined/
Avalee
Jangan lupa mampir dan like ceritaku ya kak 😍😍 judulnya Beauty in the Struggle
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!