Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 8# Sauna
Setelah hampir dua puluh menit menghabiskan waktu dengan mesin yang memacu detak jantung dan memperbesar pembuluh darah sebagai jalan aliran darahnya, Ravka menghentikan kerja mesin treadmil.
Ia kemudian beralih mengangkat beban, yang terletak di sudut ruangan. Dengan gerakan lincah dan cekatan, Ravka mengangkat Dumbbell dengan masing-masing beban lima kilogram di kiri dan kanan tangannya.
Setelah beberapa saat menghabiskan waktu dengam Dumbbell pemuda itu melangkahkan kakinya menuju Abdominal Bench. Menjatuhkan tubuhnya pada alat dengan dudukan menurun tersebut, menggantungkan kakinya di roller bench sehingga posisinya terbalik dengan kaki di atas dan kepala dibagian bawah. Setelah itu ia mulai menggerakkan badannya naik turun secara menyilang.
"Lu sebetulnya mau latihan atau pamer sama cewek-cewek itu sih?" Ucap Dandi menunjuk sejumlah perempuan yang menatap Ravka penuh kekaguman. Tidak sedikit dari mereka yang mengerling genit ke arah Ravka dan mencoba menarik perhatian pemuda itu.
"Sejak kapan gue kesini cuma buat cewek-cewek ga jelas kaya begitu?" Jawab Ravka balik bertanya. Dia masih asik melakukan latihan. Memacu jantung hingga terengah.
Latihan menggunakan metode High Intensity Interval Training atau yang lebih populer dengan nama HIIT saat menggunakan treadmil tadi, ternyata belum cukup melepaskan hormon endorphine dalam tubuhnya. Metode itu memang efektif menghasilkan hormon endorphine lebih tinggi. Dimana hormon tersebut berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami. Atau lebih awamnya disebut sebagai hormon kebahagiaan sehingga bisa memperbaiki mood yang sedang berantakan.
"Cukup bro. Ambruk badan lu, kalau lu paksain berlarih terlalu keras," Ucap Dandi mengehentikan gerakan Ravka yang semakin meninggikan kecepatan gerakannya yang sudah melebihi batas maksimal latihan pemuda itu.
Ravka menghentikan gerakannya. membiarkan tubuhnya menggantung terbalik sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Nafasnya tersengal-sengal menahan lelah yang mendera. Setidaknya dia bisa mengalihkan kerja pikirannya.
"Kenapa lu bro?" Tanya sebuah suara tepat disamping Ravka. Suara milik temannya yang lain.
"Tumben lu kesini gini hari?" Tanya Ravka masih dengam nafas tersengal menyadari kedatangan Beni.
"Ya gue tadinya mau ke acara nikahan sobat gue. Berhubung calon pengantinnya ada disini, ya gue kesinilah," Ucap Beni santai. Tidak menyadari bahwa ucapannya barusan seperti membangunkan singa tidur yang mulai tenang setelah lelah melatih otot-ototnya. Wajah Ravka tampak mengeras menatap tajam Beni.
"Sorry salah ngomong gue," Ucap Beni mengangkat kedua jari membentuk huruf V, menyadari arti tatapan tajam Ravka.
Tak hanya Beni yang menghampirinya setelah itu. Ada Rifzan dan juga Zai turut menyambanginya di belakang Beni.
"Ngapain lu semua pada ngumpul disini?" Ucap Ravka melihat ke-empat sahabatnya sudah merubunginya.
Dia menyadari betul, pasti Dandi sudah mengabari mereka bahwa ia berada di pusat kebugaran ini. Padahal saat ini adalah waktu pelaksanaan resepsi pernikahan yang sudah di elu-elukannya beberapa bulan belakang.
"Ya hunting ceweklah. Kapan lagi gue ga perlu capek-capek buang tenaga, tapi cewek-cewek dengan mudahnya nyamperin gue," Ucap Zai menunjuk dua perempuan yang berjalan ke arah mereka dengan kerlingan matanya. Mencoba mencari jawaban yang tidak akan menyinggung Ravka.
"Hai, anda personal trainer disinikan?" Tanya salah satu wanita kepada Dandi. Namun matanya malah melirik Ravka yang masih menggantungkan tubuhnya pada abdominal bench.
"Iya," Jawab Dandi sembari melemparkan senyuman ramah. Walau sebetulnya ia sangat jengkel karena ia hanya dijadikan alasan bagi perempuan itu untuk mendekati Ravka. Niat perempuan itu sudah sangat jelas. Bagaimana tidak, dia yang diajak bicara tapi perempuan itu justru melihat ke arah Ravka.
"Boleh kami minta tolong untuk membantu latihan kami?" Tanya perempuan itu masih tidak mengalihkan pandangannya dari Ravka.
"Maaf Nona, saat ini saya sedang melatih member VIP kami," Jawab Dandi datar.
"Tidak masalah. Gimana kalau kita berlatih bersama," Ucap perempuan yang satu lagi.
"Maaf tapi sebetulnya shift saya sudah berakhir setengah jam yang lalu. Jadi mungkin kita bisa menjadwal ulang untuk sesi berikutnya," Tawar Dandi kepada dua perempuan itu. Mencoba mengusir dengan halus dua perempuan yang sudah mulai berlenggok menggoda. Namun, sayangnya keduanya seperti tidak peka.
"Kita bisa kasih tips yang besar untuk kamu, kalau kamu bersedia meluangkan waktu melatih kami di luar shift kamu," Tambah wanita itu maaih terus mendesak.
Ravka yang mulai risih akan kehadiran dua perempuan yang menjadi polusi bagi telinganya mendengar cara mereka bicara, langsung turun dari Abdominal Bench. Betul kata Dandi saatnya mengakhiri sesi latihannya kali ini. dia kemudian melengos pergi begitu saja dari hadapan dua perempuan ganjen itu.
Kedua perempuan itu langsung manyun seketika saat melihat orang yang diincarnya pergi begitu saja diikuti ketiga temannya yang baru datang.
"Maaf saya permisi," Ucap Dandi kepada dua perempuan itu sebelum menyusul teman-temannya. Meski tidak menyukai keduanya, dandi harus tetap menjaga etika kepada member di pusat kebugaran itu. Karena bagaimanapun dia harus menjaga sikapnya sebagai profesional trainer.
"Belagu," Ucap dua perempuan itu samar yang masih dapat ditangkapa oleh telinga Dandi. Hal yang seringkali ia dengar saat para perempuan berusaha mendekati Ravka dan selalu berakhir dengan rasa kecewa karena memang sulit sekali bagi para wanita untuk mendekati temannya itu.
"Mau kemana lu?" Tanya Rifzan kepada Ravka saat dilihatnya Ravka tidak berbelok menuju loker ataupun ruang ganti. Pemuda itu malah berjalan lurus.
"Mau sauna. Mau ikut lu?" Tanya Ravka sembari menautkan kedua alisnya melihat pakaian yang dikenakan oleh Rifzan. Temannya itu mengenakan kemeja yang digulung hingga siku serta celana bahan.
"Kaya cewek aja lu pake sauna segala," Timpal Beni yang juga tengah mengenakan pakaian yang rapi karena sudah diperjalanan menuju tempat resepsi bersama Rifzan ketika Dandi mengabari mereka keberadaan Ravka di pusat kebugaran.
"Sauna itu bisa mengurangi stress, menstimulasi otot yang kaku habis latihan berat, bisa juga buat nurunin berat badan lu yang udah kaya babon," Ucap Ravka mendelik kepada Rifzan
"Eh gue masih masuk kategori berat badan ideal yah. Jangan mentang-mentang gue ga punya perut kotak-kotak, Lu bisa ngatain gue kaya babon," Ucap Beni sewot disamakan dengan binatang berbulu. Beni memang salah satu teman mereka yang datang ke pusat kebugaran hanya untuk tebar pesona kepada para gadis.
Ravka kemudian masuk ke dalam sauna yang dipenuhi uap panas dengan suhu sekitar delapan puluh derajat Celcius. Dia memang butuh waktu untuk berdiam diri sejenak disana, merenung sekaligus memperlancar sirkulasi tubuhnya supaya bisa kembali berpikir jernih.
"Ngapain lu ikutan masuk kesini?" Tanya Ravka kepada Zai yang ikut masuk ke dalam ruang sauna. Temannya satu itu memang mengenakan kaos dan juga celana pendek, jadi tidak masalah baginya jika berpanas-panasan di dalam sauna.
"Mau ngurangin berat badan biar ga kaya babon," Jawab Zai membalikan omongan Ravka. Mereka kemudian masuk ke dalam ruang sauna di ikuti oleh Dandi.
"Kita tunggu di cafe aja deh," Ucap Rifzan kemudian beranjak pergi bersama Beni.
Di dalam ruangan sauna mereka bertiga lebih banyak menghabiskan waktu dalam diam. Ravka hanya memejamkan mata entah tertidur atau sedang berperang dengan pikiran dan batinnya. Sementara Dandi dan Zai hanya saling menoleh melihat tingkah Ravka tanpa satupun yang berani menegur temannya yang sedang asik dalam kesendiriannya.
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler