PACAR ADIKKU, ISTRIKU

Bella duduk di depan kaca rias menatap gaun pengantin yang melekat di tubuhnya, tidak menyangka orang menikah dengannya adalah kakak Rey. Mereka baru saja mengikrarkan pernikahan secara hukum dan agama. Setelah selesai dengan akad nikah penata rias membantu Bella berjalan menuju pelaminan pengantin. Disana Fadli sudah menunggu Bella dengan setelah kemeja pengantin pria modern.

Tidak terasa kini Bella sudah duduk di pelaminan menyaksikan keluarga besar dari kampung mengucapkan selamat, juga beberapa tetangga yang datang tanpa undangan karena mengenal Ustadz Fadli. Ustadz Fadli menatap sang istri yang sangat cantik. "Apa Abang menyesal?" Tanya Bella menatap Ustadz Fadli dengan perasaan campur aduk.

"Tidak." Jawab Fadli kembali menatap ke arah depan. Fadli juga sudah bertemu dengan Ayah Bella, Ayahnya sangat setuju Bella menikah dengan Fadli. Tapi tentu saja Aisyah yang seharusnya di lamar oleh Fadli kini merasa patah hati.

Aisyah menatap Bella tidak suka, harusnya saat ini dirinya yang duduk di pelaminan bersama Fadli. Tapi tanpa di duga perempuan yang kini memakai gaun dengan belahan dada rendah duduk di samping Fadli tanpa tahu malu.

"Kenapa mas Fadli harus nikah sama dia." Tangis Aisyah tanpa suara, ibunya berusaha menenangkan sang anak.

"Sudahlah Aisyah, mungkin nak Fadli bukan jodohmu." Kyai Haji Ahmad menepuk bahu putrinya untuk menenangkannya.

"Tapi Abi, jangka waktu 1 bulan mas Fadli harusnya melamar Aisyah dan akhirnya malah perempuan itu yang menikah dengannya." Air mata Aisyah kian tidak terbendung.

"Bi orang- orang mulai ngeliat kita. Ummi bawa Aisyah pulang ya gak enak sama nak Fadli." Kyai Haji Ahmad setuju dengan pendapat Istrinya.

Kini tiba saatnya Kyai haji Ahmad memberikan ucapan selamat, dia juga sudah mengikhlaskan keputusan Fadli muridnya untuk menikahi gadis lain. "Tidak apa nak, semoga rumah tangga kalian  menjadi sakina mawadah warohmah nak Fadli."

"Terima kasih Kyai, selagi maafkan saya." Bella juga merasa sedikit sungkan hanya tersenyum tipis.

Malam Pertama

Malam ini Bella duduk di tepi ranjang terdapat jejak air mata di sudut matanya, Bella tidak dapat menahan sedih atas keterpurukannya menjadi istri Fadli kakak Rey. Kenapa Rey begitu brengsek, ingin sekali Bella memukuli wajah Rey sekarang juga meksipun hanya dalam mimpi.

Gaun putih yang di kenakannya sedikit terangkat karena Bella menekuk lututnya dia masih linglung dengan pernikahan ini. Pernikahan dengan orang tidak di inginkannya. Bella pikir jika pernikahan tidak atas dasar cinta akan pisah kamar, Bella pikir jika pernikahan mendadak dengan orang lain tidak akan ada malam pertama. Tapi di dunia nyata tidak seperti itu. Suami tetaplah suami bahkan Bella harus menjalani malam pertama dengan laki- laki yang tidak di harapkannya.

Dilihat Fadli duduk dengan piyama memeluk tubuh Bella, Bella dia tidak bergeming juga tidak menolak. Dia sudah tidak peduli dengan siapa dirinya sekarang. Fadli menyentuh tengkuk Bella, bukankah dia seharusnya bersikap alim? dari mana sikap seperti ini Fadli belajar. Bella membuang pemikiran bodohnya, sejujurnya dia benci menatap wajah Fadli sekarang, bisa- bisanya laki- laki ini bersikap selayaknya suami yang minta jatah. "Bella bolehkah saya mendapatkan kewajiban saya sebagai suami.,?" Tanya Fadli menyentuh bahu Bella yang sedikit terbuka.

Bella masih tidak bergeming, dia diam tidak menjawab entah kenapa ada rasa gugup juga sedih saat merasakan kontak fisik dengan Fadli. Tapi karena tidak mendapat jawaban juga penolakan Fadli kini melepas resleting gaun pengantin yang di kenakan Bella. "Mandilah Bella, saya hanya bercanda meksipun kita sudah sah menjadi suami istri saya tidak ingin menekan kamu sebagai istri." Ucapan Fadli membuat dia diam sejenak, ternyata Bella salahpaham. Bella membawa piyama tidur berwarna biru yang di siapkan Fadli untuknya menuju kamar mandi di kamar ini.

Setelah 30 menit akhirnya Bella selesai mandi di lihatnya Fadli sudah tidur di ranjang, dia terlihat kelelahan Bella memaklumi itu karena Fadli dari tadi banyak berdiri untuk menyapa para tamu juga keluarganya. "Sejujurnya laki- laki itu terlalu baik untukku." Batin Bella berbicara.

"Krieett ..." Suara ranjang kayu berderit, Bella menatap Fadli yang tidur seperti bayi, jika di lihat sejujurnya Fadli lebih tampan dari Rey, kulitnya putih, bibirnya kemerahan. Serta rambut halus yang sering di tutupi penutup kepala selayaknya pemuda muslim pada umumnya.

Bella berusaha membuang situasi aneh ini, dia perlu membiasakan diri untuk tidur dengan orang asing ini. Fadli sejujurnya membuatnya tidak bisa tidur. Tapi saat Bella baru ingin memejamkan matanya tiba- tiba Fadli mengunci kedua tangannya. Mata Bella membelalak kaget. "Apa- apaan ini ...!!?" teriak Bella kaget, Bella jadi tidak bisa tidur. Bahkan dia sudah mematikan lampu kamar hanya menyisakan lampu tidur saja, tapi kenapa laki- laki yang baru beberapa jam lalu menjadi suaminya bersikap seperti ini.

"Saya memang pecundang." Ucap Fadli dengan suara yang terdengar berat sambil menunduk.

"Kenapa Bang?" Tanya Bella menatap heran.

"Saya tidak bisa tidur, saya ingin_" Ungkap Fadli jujur dengan rasa malu. Bella mengerti lagipula dia sudah menikah dengan Fadli, dan Rey cowok brengsek itu memang pantas untuk di tinggalkan. Bella juga tidak tega membiarkan Fadli tersiksa sendirian. Malam ini Bella memutuskan untuk menghabiskan malam bersama laki- laki yang resmi menjadi suaminya. Tapi saat percintaan itu tetap saja air mata Bella tidak berhenti menetes, melakukan dengan laki- laki yang tidak di cintainya. Perempuan mana yang ingin seperti ini? Fadli seharusnya jadi kakak iparnya dan apa ini sekarang mereka menghabiskan malam bersama sebagai sepasang suami istri.

Beberapa kali Fadli mendaratkan ciumannya tapi Bella tidak membalas ciuman itu, entahlah dia merasa enggan. Karena cahaya lampu tidur yang redup Fadli tidak dapat melihat air mata Bella yang tidak berhenti menetes. Setiap kenikmatan yang di terima Fadli tanpa rasa cinta, itu adalah rasa enggan yang ada di dalam diri Bella. Beginilah pernikahan ada yang menikah karena cinta, ada yang menikah karena terpaksa dan ada menikah karena saling membutuhkan.

Keesokan paginya Fadli membangunkan Bella dengan kecupan di keningnya, dia memang berniat untuk menyayangi Bella meksipun belum mencintainya. Bella yang seharusnya jadi adik iparnya kini malah jadi istrinya, dunia benar- benar aneh. "Bella bangun sholat subuh Bella." Ajak Fadli menggoyang- goyangkan tubuh Bella.

"Emmm ..." Rengek Bella kembali masuk ke dalam selimut. Fadli tertawa geli kembali membangunkan wanita yang beberapa jam lalu resmi menjadi istrinya.

"Bella.." panggil Fadli, akhirnya Bella bangun juga. Fadli mandi di kamar mandi dapur sementara Bella mandi di kamar mandi kamar ini.

"Ngantuk banget." Rengek Bella yang tidak pernah bangun subuh untuk sholat.

Akhirnya Bella memutuskan untuk mandi wajib tapi dia lupa doanya. Dengan mengendap- ngendap Bella berjalan ke kamar mengambil ponselnya untuk searching di internet.