Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak yang Mengintai
Hujan rintik-rintik turun sejak subuh, menambah suram suasana jalan raya yang ditutupi kabut tipis. Udara dingin menusuk kulit, membuat napas Raka dan Alya terlihat seperti asap putih setiap kali mereka mengembuskan udara. Jalan itu tampak kosong—terlalu kosong untuk dianggap aman.
Alya mengencangkan tas selendangnya, sesekali menatap ke kanan dan kiri. “Raka… ini perasaan aku aja atau… suasananya aneh banget pagi ini?”
Raka mengangguk tanpa menoleh, fokus matanya tetap lurus ke depan. “Aku ngerasa hal yang sama. Sejak tadi aku belum lihat satu zombie pun. Biasanya di wilayah sini minimal ada dua atau tiga yang ngeluyur.”
Ia menurunkan langkahnya, tubuhnya menegang. Tangan kanannya perlahan bergerak ke gagang pedang sistem yang tergantung di pinggangnya. Pedang itu bukan senjata biasa—hasil upgrade sistem semalam membuat pedang itu mengeluarkan kilau tipis berwarna biru setiap kali disentuh.
“Justru karena terlalu sunyi… kita harus hati-hati,” katanya.
Alya berhenti sejenak, matanya menyipit menembus kabut. Hujan makin deras, tapi ada satu hal yang membuatnya menelan ludah: suara langkah—pelan, berirama, seolah mengikuti gerakan mereka.
“Raka…” bisiknya, “di belakang kita.”
Raka tak langsung menoleh. Ia memejamkan mata, mengaktifkan sistem pendeteksi di HUD helmnya.
> [Scanning…]
[Lifeform Detected: 4]
[Threat Level: Unknown]
Empat. Bukan satu. Bukan dua.
Empat makhluk mengikuti mereka.
“Siap bertarung,” ujar Raka serendah mungkin.
Alya langsung menyesuaikan posisi tubuhnya, tangan kirinya memegang pisau survival, sementara tangan kanannya bersiap mengeksekusi sistem skill Silent Dash yang ia dapat dua bab lalu.
“Raka… jaraknya makin deket.”
Raka akhirnya menoleh sedikit. Dan di situlah ia melihatnya—empat bayangan berjalan pelan menembus kabut. Namun cara mereka bergerak bukan seperti zombie biasa. Lebih… tenang. Lebih terkendali.
Alya mencicit kecil. “Itu bukan zombie biasa, kan?”
Raka menggeleng. “Bukan. Gerakannya terlalu rapi. Mereka… seperti sedang mengamati kita.”
Suasana semakin mencekam. Setiap tetes hujan seolah berdentum keras saat menyentuh aspal. Empat sosok itu terus mendekat, siluet mereka makin jelas.
Raka mengangkat dagunya, melangkah maju satu langkah. “Berhenti!” teriaknya. “Kalau kalian masih manusia, tunjukkan tangan kalian!”
Tidak ada jawaban.
Empat sosok itu berhenti bersamaan, ujung kaki mereka seolah terbiasa mengikuti komando. Mereka menunduk sedikit, lalu…
Mendongak cepat—mata mereka merah menyala seperti bara.
Alya tersentak. “Itu… Varian?!”
Raka mengencangkan genggaman di pedangnya. “Bukan varian biasa. Postur mereka… masih terlalu manusia.”
Empat makhluk itu membuka mulut bersamaan. Suara geraman rendah keluar, seperti logam beradu dengan batu.
Tanpa aba-aba, satu dari mereka melompat ke depan dengan kecepatan menakutkan. Raka refleks mengayunkan pedangnya—logam biru menyala itu membelah udara dan—
TRAAANG!
Makhluk itu menangkis serangan Raka menggunakan… lengannya. Ya, lengan telanjang, tapi keras seperti baja.
Raka terperanjat. “Apa—?!”
Makhluk itu mendorong Raka ke belakang, membuatnya terpental beberapa langkah. Sementara itu, dua makhluk lain mendekati Alya, mengitari sisi kanan dan kirinya.
Alya mengatur napas, lalu—SHUUUT!—menghilang sekejap menggunakan skill Silent Dash, muncul di belakang salah satu makhluk. Ia menusuk lehernya tanpa ragu.
CRAAAK!
Pisau itu masuk, tapi seolah hanya menembus kulit tipis. Makhluk itu menoleh perlahan, seolah tak merasakan sakit sama sekali.
“Apa-apaan ini…” Alya mundur selangkah, wajahnya pucat.
Makhluk itu menggeram, lalu mengayunkan lengannya ke arah Alya. Gerakannya cepat—terlalu cepat. Alya tak sempat menutup jarak.
Namun Raka datang dari samping, menebas lengan makhluk itu dengan pedang sistem.
SLAAAASH!
Kali ini potongannya bersih. Lengan makhluk itu terpisah, terjatuh ke tanah dengan suara lengket. Bara merah dari mata makhluk itu meredup sedikit.
“Target mereka… kita,” gumam Raka. “Dan mereka tidak seperti zombie biasa.”
Alya mengamati luka potongnya. “Raka… lihat deh. Di dalam tubuh mereka… ada semacam logam?”
Benar. Dari lengan putus itu terlihat bagian dalam yang bukan daging, melainkan semacam plat besi tipis tercampur jaringan.
Raka menelan ludah. “Mereka… setengah zombie, setengah—entahlah—eksperimen?”
Tiga makhluk lainnya mulai bergerak bersamaan, seperti menerima sinyal dari satu sumber. Mereka menunduk, bahu mereka naik, lalu…
Mereka berlari serentak.
“Bersiap!” teriak Raka.
Pertarungan pun pecah.
Salah satu makhluk melompat ke arah Raka dari sisi kiri. Raka menunduk dan mengayunkan pedangnya ke arah kakinya.
SLAAASH!
Dua kaki makhluk itu terpotong. Tapi alih-alih tumbang, makhluk itu merangkak dengan kecepatan tinggi, tangan-tangannya berusaha mencakar wajah Raka.
Raka memundurkan tubuhnya dan menendang makhluk itu kuat-kuat hingga terpental.
Alya, di sisi lain, bertarung dengan dua makhluk sekaligus. Ia bergerak lincah, menghindari serangan brutal mereka yang mengoyak udara. Salah satu makhluk menubruk mobil rusak, menghancurkan pintu dengan satu hantaman.
“Kekuatan mereka ngeri banget!” seru Alya.
“Serang titik mata mereka!” teriak Raka. “Mata itu sumber energinya!”
Alya mengangguk cepat, langsung mengeksekusi rencana. Ia memanjat kap mobil, lalu melompat turun sambil menancapkan pisau tepat ke mata salah satu makhluk.
MLEDUP!
Makhluk itu berhenti bergerak, tubuhnya jatuh lemas seketika.
“BERHASIL!” seru Alya.
Tapi tak lama, makhluk ketiga menerkam Alya dari belakang.
“Alya!!”
Raka berlari, menebas makhluk itu dari samping. Tubuh makhluk itu terguling beberapa meter, menghantam pohon kering begitu keras hingga batangnya retak.
Saat Raka hendak menyusul, makhluk yang pertama—yang kakinya sudah dipotong—menyerang dari bawah, mencengkeram kaki Raka.
GRAAAH!
Raka hampir jatuh. Makhluk itu berusaha menariknya ke bawah. Raka memutar tubuh, menghantam kepala makhluk itu dengan gagang pedang.
TOK!
Lalu ia menebas mata makhluk itu.
MLEDUP!
Tubuh makhluk itu langsung terdiam.
Alya menghampiri Raka dengan napas terengah-engah. “Dua lagi!”
Raka berdiri tegak. “Yang satunya hampir mati. Satunya lagi masih kuat.”
Makhluk terakhir berlari kencang, mengincar Alya. Namun kali ini Raka siap. Ia mengaktifkan skill baru yang didapat dari misi semalam.
> [Skill Activated: Chrono Edge Lv.1]
[Time Acceleration: 2.5 seconds]
Waktu melambat bagi Raka, tapi dunia tetap bergerak normal. Suara hujan terdengar lebih panjang, tetes-tetes air seperti menggantung di udara.
Raka melesat.
Dalam satu gerakan cepat, ia memotong kedua tangan makhluk itu.
SLAAASH! SLAAASH!
Makhluk itu menjerit, tubuhnya berputar tak beraturan. Namun sebelum ia kembali menyerang, Raka menebas tepat ke mata kirinya.
MLEDUP!
Alya menebas mata kanannya.
MLEDUP!
Makhluk itu ambruk, tubuhnya perlahan berhenti bergerak.
Sunyi kembali menyelimuti jalan raya.
Alya duduk di tepi trotoar, menahan napas sambil memegangi lutut. “Makhluk barusan… kita makin lama makin ketemu hal yang nggak wajar.”
Raka mengusap pedangnya, napasnya berat. “Ini bukan mutasi alami. Ada yang membuat mereka seperti ini.”
Alya menatap Raka. “Organisasi itu?”
Raka menatap ke kabut. “Mungkin. Atau sesuatu yang lebih besar.”
Ia melihat tubuh makhluk itu sekali lagi—campuran zombie dan mesin. Seolah seseorang sedang mengembangkan senjata biologis.
Tiba-tiba HUD Raka menyala.
> [Alert: Unknown Signal Detected]
[Source: 120 meters, arah utara]
[Strength: Tinggi]
“Raka… ada apa?”
“Ada sinyal. Sumber kuat. Mungkin… yang mengendalikan mereka.”
Alya menelan ludah. “Kita ke sana?”
Raka mengangguk. “Kalau kita nggak tahu sumbernya, kita nggak akan pernah aman.”
Alya berdiri, mengencangkan pegangan pisaunya. “Kalau gitu… ayo kita akhiri misteri ini.”
Keduanya berjalan menembus kabut, meninggalkan empat tubuh makhluk hybrid itu di belakang. Namun sebelum kabut menelan mereka sepenuhnya…
Salah satu tubuh makhluk yang sudah mati tiba-tiba berkedut. Mata merahnya menyala redup.
Dan suara kecil keluar dari tenggorokannya—bukan geraman, bukan erangan…
Tapi seperti… transmisi.
> “—mereka… mendekat—aktifkan… unit berikutnya—”
Lalu mati total.
Raka tidak mendengarnya.
Alya pun tidak.
Dan kabut semakin pekat.
—Bab 8 Tamat—
semangat thor