NovelToon NovelToon
HIGANBANA NO FUKUSHU

HIGANBANA NO FUKUSHU

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Dokter / Bullying dan Balas Dendam / Sugar daddy
Popularitas:190
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Setelah orang tuanya bunuh diri akibat penipuan kejam Agate, pemimpin mafia, hidup siswi SMA dan atlet kendo, Akari Otsuki, hancur. Merasa keadilan tak mungkin, Akari bersumpah membalas dendam. Ia mengambil Katana ayahnya dan meninggalkan shinai-nya. Akari mulai memburu setiap mafia dan yakuza di kota, mengupas jaringan kejahatan selapis demi selapis, demi menemukan Agate. Dendam ini adalah bunga Higanbana yang mematikan, menariknya menjauh dari dirinya yang dulu dan menuju kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Farewell...

Beberapa minggu kemudian, jenazah Ayah dan Ibu Akari dikremasi setelah proses identifikasi dan autopsi yang panjang. Akari menghadiri upacara pemakaman yang sederhana. Karena kematian tragis dan mencurigakan yang melibatkan kehilangan organ, biaya pemakaman terpaksa dibiayai oleh pemerintah.

​Akari datang dengan pakaian serba hitam, wajahnya terlihat kurus dan pucat. Ia tidak lagi menangis, seolah-olah semua air matanya telah kering. Di ruangan upacara itu, Akari hanya duduk termenung di sisi peti kedua orang tuanya, menatap kosong. Ia menolak ditemani oleh siapa pun; isolasi yang ia rasakan di sekolah kini menjadi kehidupannya yang baru.

​Ada banyak teman Ayah dan Ibunya yang datang. Mereka adalah para pelanggan setia, pemilik toko di sekitar restoran, dan rekan kerja lama orang tuanya. Mereka semua terkejut dan sedih atas kepergian pasangan yang baik hati itu.

​Satu per satu, mereka datang menenangkan Akari, mencoba meraih bahunya, dan mengucapkan kata-kata belasungkawa. Akari hanya mengangguk kecil, tubuhnya kaku, tidak bisa merasakan kehangatan simpati mereka.

​Hingga tiba saatnya upacara kremasi.

​Ketika peti itu didorong masuk dan api mulai menyala, Akari melihat asap tipis membumbung tinggi. Itu adalah akhir yang mutlak. Tidak ada lagi tawa, tidak ada lagi pelukan, tidak ada lagi kebohongan manis yang melindunginya. Orang tuanya benar-benar telah menjadi abu.

​Pada momen terakhir yang mengerikan itu, tangis Akari yang sempat tertahan meledak kembali. Ia ambruk ke lantai, menangis kembali dengan histeris, menyadari bahwa ia tidak akan pernah lagi bisa memperbaiki kesalahannya atau mengucapkan terima kasih terakhir.

​Namun, tangisan kali ini berbeda. Di tengah isakan, ada tekad dingin yang terbentuk. Di abu orang tuanya, Akari bersumpah untuk membalas dendam. Api kremasi yang melahap jasad orang tuanya adalah api yang sama yang kini menyala di hatinya, membakar Akari Otsuki menjadi pembalas dendam Agate.

Upacara kremasi telah usai. Akari kini memegang dua vas keramik yang cantik di tangannya. Vas itu berisi abu jenazah Ayah dan Ibunya—sisa terakhir dari orang yang paling ia cintai. Akari membawa pulang vas itu ke rumah yang sunyi dan meletakkannya di sudut ruang tamu, di mana mereka bisa "mengawasi" dirinya.

​Beberapa minggu kemudian, setelah duka yang mendalam mereda menjadi kemarahan yang membatu, Akari memutuskan untuk mencoba jalur hukum untuk terakhir kalinya. Ia tahu polisi menyepelekan kasus itu sebagai "bunuh diri ganda yang aneh."

​Akari datang ke kantor polisi. Dengan suara yang tenang namun penuh otoritas, ia meminta agar kasus kematian kedua orang tuanya diusut tuntas sebagai pembunuhan terencana, menunjuk pada fakta hilangnya organ dan utang yang mencekik.

​Jawaban dari kepolisian sama seperti yang ia duga: nihil. Mereka bersikeras bahwa bukti mengarah pada kasus suicide-for-insurance yang keji.

​Akari tidak menyerah.

​"Baik," ujarnya dingin. "Jika kalian tidak bisa membantu, saya minta berkas-berkas kasusnya saja. Saya akan mencari tahu sendiri."

​Namun, Akari hanya diberi tatapan simpati kosong. Polisi tidak mengizinkan Akari memilikinya, karena ia masih di bawah umur dan kasus itu dianggap terlalu sensitif.

​Akari menyadari, sistem hukum telah gagal total. Kekuatan dan korupsi Agate menjangkau bahkan ke ranah hukum.

​Ia keluar dari kantor polisi, berjalan di lobi yang ramai dengan langkah lesu, membawa rasa frustrasi dan kemarahan yang membara. Ia bingung harus kemana lagi. Semua jalan yang sah telah tertutup baginya. Satu-satunya jalan yang tersisa adalah jalan yang gelap.

​Saat Akari berada di ambang pintu, bersiap melangkah ke takdirnya yang baru, sebuah suara wanita memanggilnya dari belakang, terdengar jelas di tengah keramaian.

​"Akari Otsuki?"

​Akari menoleh.

Akari menoleh, matanya yang merah dan dingin kini bertemu dengan seorang wanita berambut pirang yang rapi, mengenakan setelan jas hitam yang elegan dan kacamata berbingkai merah. Ia memancarkan aura profesionalisme yang tajam.

​Wanita tersebut, dengan senyum tipis dan tulus, mendekat.

​"Akari Otsuki?"

​Wanita itu memberi isyarat ke samping.

​"Mari kita bicara sebentar," ajaknya lembut.

​Mereka akhirnya duduk di sebuah kafetaria kecil di dekat lobi kepolisian. Wanita itu meletakkan ID card-nya di meja, memperkenalkan diri: Namida Araya, Kepala Detektif Kepolisian Shirayuki.

​"Aku pelanggan Ayah dan Ibumu. Aku sering mampir ke restoran kalian untuk shoyu ramen," jelas Araya, suaranya dipenuhi rasa iba. "Aku turut berduka sedalam-dalamnya atas kematian kedua orang tuamu, Akari."

​Mendengar nama orang tuanya disebut dengan kehangatan, mata Akari sedikit melunak, tetapi kekecewaannya pada institusi kepolisian masih kuat.

​"Terima kasih, Araya-san," jawab Akari datar. Ia lalu menatap detektif itu lurus-lurus. "Ini bukan kasus bunuh diri," tegas Akari. "Mereka dibunuh. Itu ulah Agate."

​Namida Araya tidak menyangkal, tidak tersentak. Ia hanya tersenyum dengan pengertian. Ia mengulurkan tangan dan mengelus kepala Akari dengan lembut, sebuah sentuhan yang terasa asing namun menghibur.

​"Aku tahu, Akari. Aku tahu," ucap Araya pelan. "Aku sudah meneliti berkas kasus mereka. Aku tahu ada yang tidak beres, tetapi ada tangan-tangan kotor di kepolisian ini yang menghalangi penyelidikan, terutama yang berkaitan dengan nama 'Agate'."

​Araya memandang Akari dengan mata serius.

​"Aku akan membantumu, Akari. Tapi tidak di dalam jalur hukum. Kita akan mencari keadilan di luar sana."

​Untuk pertama kalinya sejak tragedi itu, Akari menemukan secercah harapan. Ia tidak lagi sendirian.

Saat Akari masih mencerna tawaran bantuan Namida Araya, pintu kafetaria terbuka, dan dua orang dengan pakaian rapi dan formal bergegas masuk. Mereka adalah tim Araya, yang juga bekerja di kepolisian tetapi tidak terikat pada korupsi Agate.

​Pria itu, yang terlihat tampan dengan mantel panjangnya, segera meletakkan berkas tebal di atas meja. Wajahnya menunjukkan frustrasi.

​"Araya-san, aku sudah mencoba mencari informasi yang kau minta," lapor sang pria itu, sedikit terengah-engah. "Tapi para polisi di gudang berkas berusaha menghalangiku. Mereka bilang berkas Otsuki hilang, tapi aku tahu mereka menyembunyikannya."

​Sementara itu, sang wanita, yang berambut teal cerah, memberikan flash drive.

​"Aku berhasil mengakses ruang IT," jelas sang wanita. "Tapi itu sulit sekali. Data terkait pinjaman AgateX sengaja dipersulit dan dienkripsi. Rasanya seperti ada firewall yang sengaja dibuat untuk Agate."

​Araya mendengarkan dengan tenang, mengangguk, membenarkan dugaan Akari bahwa semua jalan keadilan formal telah diblokir.

​Araya kemudian berbalik kepada Akari dan tersenyum, lalu menunjuk ke kedua rekannya.

​"Akari, ini tim kecilku. Kami bekerja di balik layar, mencari kebenaran yang ditutup-tutupi." Ia menunjuk pria itu. "Pria ini namanya Akihisa. Dia spesialis di lapangan dan pelacak. Dan wanita ini bernama Miku. Dia adalah hacker dan ahli IT kami."

​Setelah memperkenalkan mereka, Araya menatap Akari dengan ekspresi lembut namun tegas.

​"Akihisa, Miku. Ini Akari Otsuki, putri dari Tuan dan Nyonya Otsuki. Mulai sekarang, dia akan menjadi bagian dari tim ini."

​Araya kembali menatap Akari, menekankan kata-katanya.

​"Akari," katanya dengan suara mantap, "Aku tahu apa yang ada di hatimu. Tapi ingat, ini bukan tentang balas dendam. Dendam hanya akan membuatmu sama kotornya dengan mereka. Kita melakukan ini untuk menegakkan keadilan bagi orang tuamu dan semua korban Agate yang lain."

​Meskipun Araya berbicara tentang keadilan, Akari tahu di lubuk hatinya bahwa keadilan hanya akan tercapai ketika Agate jatuh. Dengan sekutu yang kuat di sisinya, Akari akhirnya memiliki jalan untuk melangkah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!