"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35: Cahaya di Ujung Lorong Gelap
Pulau Nirwana, Pintu Masuk Laboratorium.
Pukul 14.30 WIB.
Langkah kaki Rian dan timnya bergema di koridor beton yang dingin. Setelah pertarungan melelahkan melawan Sang Jagal di hutan tadi, suasana di dalam laboratorium ini terasa sangat kontras. Tidak ada suara geraman, hanya dengungan mesin pendingin yang bekerja dalam sunyi.
"Kenzo, fokus pada sistem kontrol. Pastikan tidak ada jebakan peledak atau gas beracun," perintah Rian sambil tetap waspada.
"Siap, Bos. Gue udah dapet akses ke jalur cadangan. Sistem keamanan lokal mereka udah berantakan gara-gara makhluk tadi ngamuk sebelum kita dateng," jawab Kenzo, jarinya menari di atas layar tablet.
Mereka melewati barisan tabung inkubasi yang kini sudah pecah. Rian melihat bekas-bekas kegagalan eksperimen Dr. Viktor. Ambisi yang salah arah telah menciptakan monster, tapi Rian di sini untuk memastikan ambisi itu berakhir hari ini.
Setelah melewati beberapa lapis pintu baja, mereka sampai di ruang arsip digital pusat. Sebuah ruangan bundar dengan ribuan lampu indikator server yang berkedip biru.
"Itu dia, Bos. Mainframe utamanya," Kenzo menunjuk sebuah konsol besar di tengah ruangan.
Rian mendekat. Ia meletakkan tangannya di atas konsol tersebut.
"Sistem, ekstraksi seluruh data riset Dr. Viktor. Cari kunci untuk menghentikan mutasi Fase Dua Flu Biru secara permanen."
[SISTEM INITIALIZING...]
[DATA EXTRACTION IN PROGRESS: 1%... 45%... 85%... 100%]
[ANALISIS DITEMUKAN: NEURAL NEUTRALIZER FORMULA]
[Pesan Sistem: Tuan, data ini berisi urutan genetik untuk mematikan kemampuan virus dalam menyerang sistem saraf pusat. Jika kode ini disuntikkan ke dalam produksi VITALITA, efek kegilaan Fase Dua akan berhenti secara instan dan mencegah penyebaran lebih lanjut di seluruh dunia.]
Rian menghela napas lega. Inilah ujung dari perjuangannya melawan epidemi ini. Harapan untuk jutaan orang yang kini sedang ketakutan di luar sana.
Tiba-tiba, layar utama di ruangan itu menyala. Wajah Dr. Viktor muncul dengan latar belakang ruangan gelap yang lain. Ia tampak kaget melihat Rian berhasil masuk sejauh itu.
"Rian... kau pengganggu kecil yang gigih!" Viktor meludah ke arah kamera. "Kau pikir dengan mengambil data itu kau menang? Aku punya ribuan sampel lain!"
"Simpan bualanmu, Viktor," potong Rian dingin. "Dunia sudah tidak butuh kamu. Kamu bicara soal evolusi, tapi kamu sendiri sembunyi di lubang tikus. Bisnis kamu hancur, dan sekarang... senjata kamu sudah tidak berguna."
[PERINGATAN: Protokol Self-Destruct Aktif. Waktu Tersisa: 3 Menit.]
"Ayo lari!" teriak Rian.
Mereka berlari sekuat tenaga melewati lorong-lorong yang mulai bergetar. Tepat saat mereka melompat ke kapal THE SAVIOR dan menjauh dari pantai, sebuah ledakan besar mengguncang Pulau Nirwana. Bagian tengah pulau itu ambles ke dalam laut, menenggelamkan seluruh eksperimen berbahaya Viktor.
Rian berdiri di buritan kapal, menatap asap hitam yang membubung ke langit. Di tangannya, ia menggenggam chip memori yang berisi keselamatan dunia.
[TING!]
[MISI UTAMA SELESAI: THE WORLD'S IMMUNITY]
[Status: SUCCESS (Global Savior)]
[Pencapaian: Menghentikan Fase Dua & Menghancurkan Lab Pusat Genesis.]
[REWARD DITERIMA:]
Poin Kebahagiaan: +100.000 HP
Poin Dominasi: +50.000 DP
ITEM KHUSUS: BLUEPRINT KOTA MASA DEPAN (ARCOLOGY CITY)
TITLE BARU: "THE NEW WORLD ORDER"
[REKAP POIN SAAT INI:]
- Poin Kebahagiaan (HP): 152.450
- Poin Dominasi (DP): 75.000
Rian menatap angka-angka di layar sistemnya. Ia merasa kekuatannya kini bukan lagi sekadar soal uang, melainkan soal kendali atas masa depan umat manusia. Dengan poin sebesar ini dan Blueprint kota impian di tangannya, Rian tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Pak Teguh, Kenzo," panggil Rian.
"Ya, Bos?"
"Besok kita kembali ke Jakarta. Kita bukan cuma mau jualan minuman lagi. Kita bakal bangun peradaban baru yang nggak bisa disentuh sama orang-orang kayak Viktor."
Kapal THE SAVIOR melesat membelah ombak menuju Jakarta, membawa Sang Raja baru yang siap membangun kota suci bagi mereka yang ingin hidup bahagia.