Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Continue the Adventure
Meninggalkan Lucius City yang hangat dan tertata rapi, mereka bertiga kembali menaiki kuda mereka. Lyra, yang sudah siap dengan jubah tebal dan perlengkapan lengkap, memimpin jalan.
Petualangan kali ini akan jauh berbeda. Kerajaan Hamel City terletak di dataran tinggi di utara, sebuah wilayah yang dikenal dengan iklimnya yang ekstrem dan salju abadi. Perjalanan yang membentang di depan mereka tidak hanya panjang, tetapi juga akan menguji daya tahan mereka terhadap dingin yang menusuk tulang.
"Hamel City, ya," gumam Sabre, menarik tudung jubahnya lebih erat. "Aku hampir lupa betapa dinginnya di sana. Aku harap Ratu kita itu sudah menyiapkan perapian untuk kita."
"Jangan cengeng," timpal Lyra tanpa menoleh. "Anggap saja ini adalah pelatihan ketahanan musim dingin yang terlambat dari Akademi. Kita tidak punya waktu untuk mengeluh."
Di depan mereka terbentang jalan yang menanjak, secara bertahap meninggalkan warna hijau Lucius City dan bergerak menuju lanskap yang memutih. Setiap langkah kuda mereka kini terasa lebih lambat dan berat, menandakan bahwa tantangan sesungguhnya dari perjalanan panjang yang bersalju ini baru saja dimulai. Mereka harus berjuang melawan cuaca, medan yang sulit, dan mungkin juga makhluk-makhluk yang beradaptasi dengan dingin, demi mencapai sahabat mereka di Hamel City.
.
.
.Perjalanan menuju Hamel City yang berselimut salju terasa brutal. Dinginnya udara menyerang, dan medan yang licin menuntut konsentrasi penuh. Namun, di tengah kesulitan ini, kehadiran Lyra menambah dimensi baru dalam kerja tim mereka.
Saat mereka harus membersihkan jalur pegunungan dari Demon yang tubuhnya berselimut es, gaya bertarung mereka menunjukkan kontras yang menarik, mengingatkan pada hari-hari mereka bertanding di Aula Latihan Academy Animers.
Indra, dengan Pedang Kerajaannya yang Sakral dan Suci, bergerak dengan kekuatan dan aura murni. Setiap ayunan pedangnya memancarkan cahaya suci yang mampu membakar kulit Demon yang beku, melenyapkan kegelapan secara langsung. Gerakannya adalah representasi dari 'Kekuatan Murni' yang selalu ia banggakan.
Di sampingnya, Sabre beraksi dengan Longsword yang dilapisi Sihir. Ia lebih strategis; pedangnya diselimuti oleh aura biru terang dari Sihir Angin atau Petir. Sabre bergerak cepat, menggunakan sihirnya untuk melumpuhkan atau memanipulasi lingkungan, seperti menjebak Demon dengan badai es kecil sebelum memberikan tebasan presisi.
Sementara itu, Lyra adalah yang paling mematikan dan efisien. Dia akan menahan barisan depan dengan pedangnya, lalu dengan cepat beralih, mengeluarkan berbagai jenis senapan dari balik jubahnya. Suara tembakan Lyra memecah keheningan pegunungan, proyektilnya yang berenergi menembus Demon dari jarak jauh dengan akurasi yang tidak manusiawi.
"Lyra!" teriak Indra saat Demon besar muncul di depan. "Jangan membidik kepalaku seperti saat ujian tembak dulu!"
Lyra hanya tertawa kecil, tidak menoleh. "Kau bergerak lambat, Indra! Tapi, gerakanmu itu! Aku ingat kau melakukan 'Ayunan Cahaya Terakhir' itu untuk mendapatkan nilai B minus di kelas Master Orion!" Ia lalu mengalihkan fokusnya, menembakkan peluru yang sangat cepat dan akurat untuk melumpuhkan Demon di belakang Indra.
Mereka juga terus membantu orang-orang. Mereka mengawal karavan yang terjebak badai salju, mengusir makhluk liar yang mengancam pemukiman terpencil, dan membagi perbekalan yang mereka bawa. Dalam setiap tindakan, baik dalam pertarungan yang mematikan maupun dalam kebaikan yang tulus, mereka secara tidak langsung mengulang pelajaran dari Academy Animers: bahwa kekuatan sejati terletak pada aliansi dan loyalitas yang mereka bagikan, bukan hanya pada senjata atau sihir.
Meskipun Lyra masih memiliki motivasi tersembunyi untuk mencari 'kejahatan' untuk dibasmi, kerja samanya dengan Indra dan Sabre terasa mulus, mengingatkan mereka bahwa ikatan persahabatan mereka tetap menjadi kekuatan paling besar di dunia yang semakin tidak stabil ini.
Perjalanan yang menyiksa melalui wilayah bersalju menuju Hamel City menjadi medan latihan tak terduga bagi trio tersebut. Di tengah badai salju dan serangan Demon yang semakin sering, mereka bertiga kembali ke ritme bertarung yang telah mereka bentuk sejak masa-masa di Akademi Animers.
Saat mereka berhadapan dengan segerombolan Demon Es yang berusaha menjebak mereka di celah gunung, sinergi mereka bersinar:
Indra, memimpin di garis depan, memutar Pedang Kerajaannya yang Sakral dan Suci. Setiap tebasan menciptakan gelombang energi suci yang membakar dan melumpuhkan Demon-Demon yang sensitif terhadap cahaya murni. "Ingat, Sabre! Jangan hanya bertahan! Serang!" seru Indra, mengacu pada kritik yang selalu ia lontarkan saat sesi latihan duel mereka.
Sabre menjawab sambil memutar Longsword-nya yang dilapisi Sihir Angin. Pedangnya menciptakan pusaran kecil yang mengganggu formasi musuh. "Aku tidak hanya bertahan, aku mencari celah, Indra! Kau masih terburu-buru! Ingatlah Master Zyon selalu bilang, 'Kekuatan tanpa kendali adalah kehancuran'!" Sabre kemudian melontarkan mantra es cepat yang membekukan kaki Demon yang hendak menyerang Lyra dari samping.
Lyra adalah penyeimbang brutal mereka. Setelah Lyra menembus barisan depan dengan pedangnya untuk menciptakan jarak, ia segera mundur beberapa langkah. Ia menarik salah satu senapan besarnya dan melepaskan rentetan tembakan presisi tinggi. Peluru berenergi menembus Demon yang berhasil dihentikan oleh Sabre. "Kalian berdua terlalu berisik!" seru Lyra, suaranya tenang meskipun di tengah rentetan tembakan. "Tapi aku akui, timing kalian saat ini nyaris sesempurna nilai A yang aku dapatkan di ujian akhir."
Di antara pertarungan itu, mereka juga meluangkan waktu untuk membantu. Mereka menemukan sekelompok penambang yang terjebak longsor salju; Indra dan Sabre menggunakan kekuatan fisik dan sihir untuk membersihkan puing-puing, sementara Lyra menggunakan senapan khusus untuk membuat sinyal darurat ke pos penjaga terdekat. Mereka mengawal pengembara yang tersesat kembali ke jalur yang benar, membagikan selimut tebal dan ramuan penghangat yang disiapkan Lyra.
Momen-momen di medan perang dan di jalur pengawalan ini mengingatkan mereka bahwa aliansi mereka tidak hanya didasarkan pada kepentingan politik. Aliansi mereka dibangun di atas keterampilan, kepercayaan, dan persahabatan yang teruji, yang kini menjadi harapan satu-satunya bagi Semesta Animers.
Saat kuda mereka terus berpacu melintasi lanskap salju yang membeku menuju Hamel City, perjalanan mereka menjadi serangkaian aksi penyelamatan dan kilas balik nostalgia.
Di satu titik, mereka menemukan sebuah rumah pertanian kecil yang sedang dikepung oleh Demon liar yang terbiasa hidup di iklim dingin. Mereka segera turun tangan.
"Ingat teknik 'Cincin Pelindung Cahaya' itu, Indra?" seru Sabre, sambil mengarahkan pedangnya. Ia menggunakan sihirnya untuk menciptakan perisai berbentuk kubah di sekitar rumah pertanian, melindungi para penghuni. "Kau selalu gagal menyempurnakannya di kelas Pertahanan Sihir!"
Indra mendengus, Pedang Sucinya berkelebat menghantam Demon yang mencoba menerobos sihir Sabre. "Itu karena aku fokus pada teknik menyerang, bodoh! Cincin Pelindungku sekarang berbentuk penghancuran, seperti ini!" Ia melepaskan ledakan energi suci yang memukul mundur beberapa Demon sekaligus.
Sementara kedua pria itu beradu mulut dan beraksi, Lyra berdiri di titik yang lebih tinggi, mengawasi pergerakan musuh yang tersisa. Ia tidak berteriak atau memberi arahan; ia hanya bertindak. Senapan laras panjangnya diangkat, dan dalam sekejap, tembakan-tembakan akurat melumpuhkan titik lemah Demon-Demon yang tersisa di sayap kanan.
"Kalian masih mengobrol seperti di kafetaria Akademi," komentar Lyra datar, berjalan mendekat setelah musuh terakhir tumbang. "Tapi kerjasamanya sudah lebih baik, aku akui. Paling tidak, kalian tidak perlu lagi dihukum membersihkan seluruh gudang senjata hanya karena salah perhitungan saat duel."
Di lain waktu, mereka bertemu dengan karavan pengungsi yang kehilangan arah karena badai salju. Lyra dengan pengetahuannya yang mendetail tentang navigasi dan medan, segera menyusun rute teraman. Indra dan Sabre memastikan keamanan jalur dengan membersihkan sisa-sisa Demon, sekaligus memberikan semangat dan makanan hangat yang mereka miliki kepada para pengungsi.
Setiap tindakan membantu orang lain dalam perjalanan ini bukan sekadar tugas, melainkan penegasan. Hal itu membuktikan bahwa persahabatan mereka, yang ditempa melalui pelajaran, lelucon, dan pertarungan di Akademi Animers, kini menjadi kekuatan yang paling dibutuhkan untuk menahan keruntuhan Semesta Animers.