NovelToon NovelToon
Senja Garda

Senja Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mengubah Takdir / Action / Dosen / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Daniel Wijaya

Siang hari, Aditya Wiranagara adalah definisi kesempurnaan: Dosen sejarah yang karismatik, pewaris konglomerat triliunan rupiah, dan idola kampus.

Tapi malam hari? Dia hanyalah samsak tinju bagi monster-monster kuno.

Di balik jas mahalnya, tubuh Adit penuh memar dan bau minyak urut. Dia adalah SENJA GARDA. Penjaga terakhir yang berdiri di ambang batas antara dunia modern dan dunia mistis Nusantara.

Bersenjatakan keris berteknologi tinggi dan bantuan adiknya yang jenius (tapi menyebalkan), Adit harus berpacu melawan waktu.

Ketika Topeng Batara Kala dicuri, Adit harus memilih: Menyelamatkan Nusantara dari kiamat supranatural, atau datang tepat waktu untuk mengajar kelas pagi.

“Menjadi pahlawan itu mudah. Menjadi dosen saat tulang rusukmu retak? Itu baru neraka.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daniel Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JATUH TEMPO

Waktu: 21.45 WIB. 

Lokasi: Gerbong Kargo, Kereta Taksaka Malam.

Angin malam yang masuk saat pintu dibuka tadi hanyalah permulaan. Begitu Aditya dan Fajar melangkah masuk dan menutup pintu baja berat itu di belakang mereka, suhu udara turun drastis.

Bukan dingin karena AC sentral. Ini adalah dingin yang menusuk sampai ke sumsum tulang, jenis dingin yang membuat uap napas terlihat putih di udara dan membuat bulu kuduk berdiri tegak seperti tentara apel pagi.

Gerbong kargo ini gelap, hanya diterangi oleh deretan lampu neon panjang di langit-langit yang berkedip-kedip sekarat (zzzt... zzzt...). Efek strobe alami itu membuat tumpukan paket JNE, kardus mie instan, dan sepeda motor yang dipaketkan di sana terlihat seperti bayangan monster yang bergerak-gerak.

"Anjir, dingin banget," bisik Fajar, giginya bergemeletuk. Dia merapatkan jaket denimnya. "AC-nya bocor apa gimana?"

"Bukan AC," jawab Aditya pelan, tangannya bergerak ke punggung, menggenggam tabung logam di balik hoodie-nya. "Ini dingin mayat. Ektoplasma padat. Kita masuk ke sarang."

Aditya memindai ruangan dengan waspada. Matanya terkunci pada satu area kosong di tengah lorong kargo yang diapit tumpukan peti kemas.

Di sana, duduk sesosok pria di atas sebuah peti kayu jati panjang yang dibungkus kain hitam.

Pria itu—Joko—memakai kemeja batik murah yang kancingnya salah pasang dan celana bahan yang kependekan. Kakinya bergoyang-goyang santai, tidak menyentuh lantai.

Di tangannya, dia memegang segepok uang kertas kuno yang lusuh.

"Satu lunas... dua lunas... tiga menunggak..."

Suaranya bergema. Bibirnya yang pucat dan kering tidak bergerak, tapi suara itu langsung bergaung di dalam batok kepala Aditya dan Fajar, seperti bisikan setan yang menumpang lewat di telinga.

Fajar membeku, kakinya lemas. "Dit... muka dia..."

"Sst," desis Aditya. "Jangan tatap lakbannya."

Joko berhenti menghitung. Dia mendongak pelan.

Wajahnya abu-abu pucat, bertekstur rapuh seperti kertas koran basah yang mau hancur. Dan di tempat seharusnya ada mata, hanya ada lakban hitam tebal yang ditempel menyilang.

Kepalanya berputar pelan ke arah mereka—putaran yang terlalu jauh, miring 90 derajat ke kanan dengan bunyi krek-krek-krek tulang leher yang patah.

"Ada bau..." suara Joko mendesis, nadanya naik satu oktaf. "Bau darah mahal... dan bau... tinta murah."

Jari telunjuknya yang memiliki kuku hitam sepanjang sepuluh senti terangkat, menunjuk Aditya, lalu beralih ke Fajar.

"Kalian mau bayar cicilan? Atau mau nambah utang?"

Aditya maju selangkah, menutupi Fajar di belakangnya. Dia menekan tombol di tabung logamnya.

KLAK-ZING!

Tombak lipat titanium itu memanjang dalam sekejap mata. Ujung mata kerisnya menyala biru redup, membelah kegelapan gerbong yang suram.

"Aku mau ambil paket yang kamu dudukin, Joko," kata Aditya tenang, suaranya dimodulasi masker menjadi lebih berat. "Kontrak pengirimannya batal demi hukum. Paket itu ilegal. Serahkan, dan akan ku bantu kamu lunasin urusan di neraka."

Joko tertawa. Tawa yang terdengar seperti koin-koin logam diaduk dalam kaleng.

Mulutnya robek melebar sampai ke telinga, memperlihatkan deretan gigi yang bukan gigi manusia, melainkan staples besi berkarat yang tajam.

"Retur barang kena denda nyawa, Mas..."

Joko melompat turun dari peti.

Saat kakinya menyentuh lantai, tubuhnya memanjang. Tulang-tulangnya bergeser. Lengan dan kakinya menjadi kurus dan panjang, melar seperti karet yang ditarik paksa.

Dia tidak berdiri. Dia merayap. Dia menempel ke dinding gerbong kargo seperti cicak raksasa, lalu merambat naik ke langit-langit besi dengan kecepatan yang membuat pusing.

"Dan saya sedang butuh bonus akhir bulan!"

Joko menerjang dari atas langit-langit.

"Fajar, sembunyi!" teriak Aditya.

Aditya menjatuhkan diri berguling ke samping kanan.

SRAK!

Kuku panjang Joko menghantam lantai baja tempat Aditya berdiri sedetik yang lalu. Besi tebal itu tergores dalam seolah terbuat dari mentega. Percikan api muncrat.

"Lambat..." ejek Joko dari kegelapan.

Hantu itu melompat lagi, memantul di antara tumpukan kardus paket dengan kelincahan yang menyalahi gravitasi.

Aditya kesulitan mengikuti gerakannya. Rusuknya yang retak membatasi mobilitasnya. Setiap kali dia memutar pinggang untuk menangkis, rasanya seperti ada pisau panas yang diputar di dadanya.

"Sialan," batin Aditya sambil menangkis serangan cakar Joko dengan gagang tombaknya. TRANG!

"Kenapa hantu di Indonesia staminanya bagus-bagus? Apa mereka minum suplemen di akhirat? Kenapa tidak ada hantu yang encok?"

Joko menyambar dari arah kiri. Tangannya yang melar seperti tentakel mencoba meraih leher Aditya.

Aditya menebas dengan tombaknya.

SRET.

Ujung keris berhasil menggores lengan Joko. Asap hitam keluar dari lukanya, berbau kabel gosong. Tapi Joko tidak peduli. Dia malah menyeringai.

Dari lengan bajunya yang kedodoran, meluncur keluar sebuah Rantai Besi berkarat yang ujungnya dikaitkan dengan koin-koin tajam.

CTAR!

Rantai itu menyabet kaki Aditya, melilitnya kuat.

"Dapat," desis Joko.

Dia menarik rantai itu. Aditya kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembab.

Sebelum Aditya sempat memotong rantai itu, Joko sudah berada di atasnya. Hantu itu menjatuhkan diri dari langit-langit, menindih dada Aditya dengan berat yang tidak masuk akal.

Tangan kurus Joko mencengkeram leher Aditya.

"Wiranagara..." air liur hitam menetes dari mulut staplesnya, jatuh ke visor masker Aditya, mendesis seperti asam. "Darahmu manis. Berapa harga nyawamu di pasaran gelap? Bisa buat lunasin utang berapa nasabah?"

Aditya tersedak. Oksigen terhenti. Dia mencoba memukul wajah Joko, tapi hantu itu seperti karet, pukulannya membal.

Pandangan Aditya mulai menggelap.

"Hebat," pikir Aditya, sarkasme adalah pertahanan terakhirnya. "Dicekik setan kredit di gerbong kargo kereta api ekonomi. Cara mati yang sangat tidak elit. Arya pasti akan menertawakan hasil autopsiku."

Fajar, yang bersembunyi di balik tumpukan kardus, melihat temannya sekarat. Dia tidak punya senjata. Dia tidak punya api.

Tapi matanya menangkap sesuatu. Di sebelahnya, ada sebuah sepeda motor matic baru yang siap dikirim. Motor itu dibungkus rapat dengan Terpal Biru Tebal dan diikat jaring kargo.

Fajar tidak berpikir panjang. Dia menarik ujung terpal itu sekuat tenaga, merobek ikatannya.

"WOI! MUKA LO JELEK!" teriak Fajar.

Fajar mengibaskan terpal biru yang berat dan lebar itu seperti jala nelayan, melemparkannya tepat ke arah Joko ang sedang menindih Aditya.

WUUUSH!

Terpal tebal itu mendarat sempurna, menutupi seluruh tubuh Joko.

“ARGH! GELAP!” Joko meraung kaget.

Bagi hantu yang mengandalkan sensor visual, terpal tebal yang tiba-tiba menutupi seluruh tubuh adalah disorientasi total.

Cengkeraman di leher Aditya melonggar. Joko sedang sibuk merobek terpal.

Aditya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menghirup napas rakus, lalu menendang dada Joko dengan kedua kakinya.

Dia bangkit, mengaktifkan mode listrik di sarung tangan taktisnya.

"Terima kasih, Fajar," seru Aditya parau. "Sekarang, mundur!"

Aditya melompat, melakukan tendangan memutar di udara. Tumit sepatunya yang dialiri listrik 50.000 volt menghantam rahang Joko.

BZZZTT!

DUAGH!

Tubuh Joko terpental melayang, menabrak dinding gerbong sampai penyok. Dia jatuh merosot ke lantai, tubuhnya diselimuti terpal robek dan kejang-kejang.

"Selesai?" tanya Fajar, mendekat perlahan tetap menjaga jarak.

Aditya berdiri waspada, tombaknya terarah ke tubuh Joko yang tergeletak.

"Belum," kata Aditya pelan. "Hantu sekelas ini nggak mati cuma karena disetrum."

Benar saja.

Dari robekan terpal, terdengar suara kekehan rendah.

"Hehehe... hehehe..."

Tubuh Joko yang kurus mulai bergelembung. Kulit abu-abunya bergerak-gerak seolah ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam. Kemeja batiknya robek.

"Bunga..." suara Joko berubah menjadi ganda, berat dan mengerikan. "Bunga... berbunga..."

Aditya memundurkan langkahnya.

"Fajar, cari pegangan," perintah Aditya. "Dia masuk Fase Dua. Tagihannya baru saja naik."

1
Kustri
💪💪💪
👉👉👉
Santi Seminar
lanjutt
Kustri
sambil menyelam minum☕
Kustri
maju teros, ojo mundur Dit, kepalang tanggung, yakin!!!
Kustri
jgn lewatkan, ini karya👍👍👍
luar biasa!!!
Santi Seminar
suka ceritamu thor
Santi Seminar
jodoh kayaknya😍
Kustri
seh kepikiran wedok'an sg duel ro adit ng gudang tua... sopo yo thor, kawan po lawan🤔
tak kirimi☕semangat💪
Kustri
☕nggo pa tio sg meh begadang
💪💪💪thor
Kustri
hahaaa dpt😉 g bs tidur pa dosen
jodoh ya thor🤭
Kustri
apa kau tersepona hai wanita cantik...

makhluk luar angkasa, bukan makhluk halus🤭
Santi Seminar
wow
Kustri
oowh jembatan merah di mimpi adit ternyata di palembang
💪💪💪adit
Kustri
ckckckk... seru tenan!!!
Kustri
serius mocone deg"an
tp yakin sg bener tetep menang
Kustri
☕tak imbuhi dit💪
Kustri
☕ngopi sik dit, bn nambah kekuatanmu💪
Kustri
gempa lokal
was", deg"an, penasaran iki dadi 1
💪💪💪dit
Kustri
3 raksasa lawan 1 manusia...ngeri" sedap
jar, ojo lali kameramu di on ke
💪💪💪 dit
Kustri
pusaka legend sll ada💪
Daniel Wijaya: Betul banget Kak! Nusantara kita emang gudangnya pusaka sakti. Sayang kalau nggak diangkat jadi cerita! 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!