Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dih, Aku kenapa?
Emang iya sih duduk di bale-bale itu paling enak. Adem, angin nya sepoi-sepoi" kata Juna.
" Iya. Terus gimana keadaan kamu. Paman udah kabarin Papi Mami kamu. Abisnya mereka telpon mulu. Kamu tau kan. gimana Mami kamu itu. Kalo belom dengar kabar yang jelas tentang kamu maka mamimu gak akan tenang" kata Pak Lurah Hadi.
"He he he, pasti kuping Paman panas tuh dengerin ocehan Mami" Juna tertawa membayangkan Maminya yang cerewet itu. Pamannya ini biar di segani di kampung Swadaya ini, tapi gak bagi Mami Dina. Pak Lurah Hadi tetaplah adik laki-laki yang ia sayangi.
"Jangan dibilang lagi Jun. Paman sampe jauhin ponselnya dari telinga paman. Suara Mamimu nembus tujuh benua...hahahaha." kata Pak Lurah Hadi tertawa mengingat kakak perempuan yang ia sayangi itu.
"Saya permisi sebentar ke belakang yah, Pak Lurah." kata Ayah Beny.
"Iya silahkan Pak Beny" Kata Pak Lurah, dan Juna cuma menganggukkan kepalanya saja.
Di dapur Ibu Marni, Cia, Rina dan Rino lagi sibuk membereskan dapur. Setiap malam mereka pasti langsung membersihkan Ruang makan dan dapur agar enak paginya bangun tinggal masak-masak aja.
"Cia, tolong buatkan minum buat Pak Lurah sama Mang Tejo" kata Ayah Beny.
"Oh Ada Pak Lurah Toh" tanya Ibu Marni.
"Iya, jenguk Nak Juna" jawab Ayah Beny. Cia langsung mengambil gelas dan membuat kopi buat Pak Lurah dan Mang Tejo. Sedangkan Ayah Beny gak mau minum kopi malam-malam kayak gini. Ayah Beny takut gak bisa tidur. Sedangkan Juna lagi dalam proses pengobatan jadi gak minum kopi.
Beberapa saat kemudian Cia membawa nampan berisi dua gelas kopi dan dua gelas air putih dan sepiring kue. Dia meletakkan di atas meja "Silahkan dinikmati Pak Lurah. Maaf cuma ini yang ada" kata Cia mempersilahkan.
"Ini aja udah cukup kok Neng. Makasih" kata Pak Lurah.
"Ini Mang Tejo di luar aja nih?" kata Cia.
"Panggil aja Neng" jawab Pak Lurah Hadi.
Kemudian Cia keluar dan memanggil Mang Tejo "Mang, masuk yuk, ngopi-ngopi dulu" kata Cia.
"Oh Ngopi yah" tanya Mang Tejo.
"Iya, kata Pak Lurah masuk aja ke dalam" kata Cia.
"Oke Neng" jawab Mang Tejo kemudian berdiri dan berjalan masuk ke dalam.
"Sini, Mang ngopi dulu" kata Ayah Beny.
"Iya Pak, Makasih" jawab Mang Tejo kemudian duduk di kursi kayu usang milik Ayah Beny. Pak Lurah dan Mang Tejo menyeruput kopi buatan Cia.
"Sruuup, Kopi buatan Neng Cia memang terbaik" Kata Mang Tejo.
"Kuenya boleh di makan gak Pak?" Kata Mang Tejo lagi.
"Ya Bolehlah Mang. Silahkan di makan" kata Ayah Beny.
"Tumben Mang Tejo pake nanya, biasanya langsung diembat aja apa yang ada di depan mata" kata Pak Lurah Hadi.
"Hehehehe Pak Lurah, jangan buka kartu dong" kata Mang Tejo sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Gak buka kartu kok, cuma menjelaskan aja" kata Pak Lurah lagi. Ayah Beny dan Juna pun tertawa mendengarkan perkataan Pak Lurah.
"Rencananya kamu berapa lama di sini Jun?" tanya Pak Lurah.
"Di sini, dimana maksudnya Paman?" Juna balik bertanya.
"Rencananya kamu mau liburan disini berapa lama? Kata Pak Lurah.
"Rencana awalnya sih cuma seminggu aja Paman. Tapi kayaknya bisa lewat beberapa hari" Jawab Juna. "Kenapa Paman?" tanya Juna.
"Itu Mami kamu, katanya mau nyusul ke sini kalo kamu masih lama" kata Pak Lurah.
"Ah si Mami. Ngapain pake acara nyusul segala. Aku permisi sebentar yah mau nelpon Mami" kata Juna. Pak Lurah, Ayah Beny dan Mang Tejo menganggukkan kepalanya.
Kemudian Juna berjalan ke luar, dia mengambil ponselnya dan menelpon Maminya. "Hallo Mi, " kata Juna ketika sambungan telponnya di jawab oleh Mami Dina, Maminya Juna.
"Juna, kamu baik-baik aja kan? Waktu denger berita kamu terluka, Mami sama Papi mau ke situ tapi Papi masih ada urusan kerja yang gak bisa ditinggalkan. Jadi rencananya Besok pagi Papi sama Mami mau ke situ" Kata Mami Dina panjang lebar. Padahal Juna belom ngomong apa-apa.
Juna menggeleng-gelengkan kepalanya dan menipisnya bibirnya. Ia menarik napas mendengar perkataan maminya. "Mami ngapain mau ke sini?" Tanya Juna.
"Lho kok kamu nanya sih Jun. Mami kan khawatir sama kamu. Emang kamu pikir Mami bisa tidur dengan nyenyak waktu Mami dapat kabar tentang kamu yang terluka? Mami gak bisa tidur Jun. Mami ingat banget sama kamu. Makanya besok itu Mami mau ke situ" kata Mami Dina lagi.
"Mami bisa gak ngomongnya hemat. Mami ngomong kayak kereta api 12 gerbong, panjang banget" kata Juna.
Di seberang telpon Mami Dina menipiskan bibirnya. "Ini anak gak paham banget sih sama perasaan orang tua. Juna kamu itu anak Mami Papi satu-satunya. Mami gak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu." kata Mami Dina lagi.
"Mami, Juna gak kenapa-kenapa kok. Juna baik-baik aja. Ini buktinya Juna bisa nelpon Mami. Mami gak usah datang deh. paling sehari dua hari juga Juna udah baik ke Kota." kata Juna.
"Kamu yakin? Luka kamu udah sembuh? Mami mau ketemu sama orang yang sudah melukai kamu" kata Mami Juna lagi.
"Iya Mi, luka aku udah sembuh, berkat Pak Beny sekeluarga. Pak Beny ini terkenal di sini sebagai seorang ahli dalam bidang meracik obat. Malam ini aku disini karena masih ada obat yang harus aku minum. Besok aku udah balik ke rumah Paman. Dan Sehari atau dua hari aku udah balik ke kota. Jadi Mami sama Papi gak usah kemari lagi. Bukannya Mami sama Papi sibuk ya?" kata Juna.
"Iya sih, Mami sama Papi sibuk. Tapi kamu gimana?" kata Mami Dina Ragu.
"Udah Mami urus aja urusan Mami di situ. Besok lusa Juna udah balik. Udah yah Mami, Juna tutup dulu telponnya. Bye Mami, Love U" kata Juna.
Tanpa Juna sadari ternyata Cia tanpa sengaja mendengarkan perkataan penutup Juna pada ibunya. "Ternyata dia udah punya pasangan. Pantesan dia nolak waktu Wulan pengen temenin dia" kata Cia. Berpikir bahwa Juna sedang menelpon kekasihnya. "Yaiyalah, Mas Juna kan Tampan, kaya lagi mana mungkin belum punya kekasih" batin Cia lagi. karena Cia gak tau kalo Juna sedang menelpon Maminya.
"Cia,...mau kemana?" tanya Juna karena begitu dia membalikkan badannya ternyata ada Cia di situ.
"Eh Mas Juna. Gak kemana-mana. Tadi aku cuma abis buang sampah" kata Cia sambil mengangkat keranjang sampah yang udah kosong.
"Oh iya. kirain kamu mau kemana gitu. Biar aku temenin." Kata Juna. "Gak kok Mas. Ini aku mau masuk lagi. Mas Juna gak masuk?" tanya Cia. "Ini mau masuk. Ayok masuk" kata Juna. Kemudian mereka berdua masuk. Juna masuk melalui pintu depan dan Cia masuk melalui pintu belakang.
"Cie cie cie.... yang abis pacaran" kata Rina yang lagi mencuci piring. Dia melihat Kakaknya dan Juga Juna sedang berbicara berdua di halaman.
"Eh Rina, jangan ngomong sembarangan. Siapa yang pacaran? Aku abis buang sampah ini" Kata Cia.
"Ih kakak kok marah-marah. Kan tadi aku liat kakak lagi ngobrol sama Kak Juna di depan" Kata Rina lagi.
"Emangnya kalo orang ngobrol itu artinya pacaran? Lagian Kak Juna itu udah punya pacar jadi kamu jangan ngomong sembarangan, ntar kalo di denger sama Kak Juna gimana?" kata Cia.
"Dari mana kakak tau kalo Kak Juna udah punya pacar?" tanya Rina menyelidiki.
"Tadi kakak denger Kak Juna lagi telponan sama pacarnya. Pake sayang-sayangan." kata Cia.
Rina pun terlihat kecewa "Yahhh gak asik kalo gini" kata Rina lalu ngeloyor pergi ke kamarnya Cia. Karena Kamar Rino ada tamu yang tempatin, jadinya Rina tidur bareng kakanya. Dan Rino tidur di kamarnya Rina. Cia cuma menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan adik perempuannya itu.
"Ada-ada aja sih si Rina" kata Cia. Lalu mencuci tangannya di belakang.
Setelah itu diapun memasuki kamarnya. Tapi begitu dia hendak masuk ke kamarnya Ibu Marni memanggilnya. "Cia, Nak..tolong bersihin tempat tidurnya Rino biar Nak Juna bisa istirahat dengan nyaman" kata Ibu Marni.
"Oh iya bu" kata Cia tanpa protes dan langsung masuk ke kamar Rino untuk membersihkan dan merapikan kamar serta tempat tidur untuk Juna Istirahat.
Cia gak ngerti sejak tadi dia mendengarkan perkataan "Love U" keluar dari bibir Juna untuk seseorang mood Cia jadi rusak. "Dih aku kenapa?" batin Cia sambil merapikan tempat tidur Rino.
Bersambung....