Kehidupan Aira yang mulanya penuh bahagia tiba-tiba mulai terbalik sejak papanya menikah lagi.
Lukanya diiris kian dalam dari orang terkasihnya. Malvino Algara, pacarnya itu ternyata palsu.
" Pa ... Aira butuh papa. "
" Angel juga butuh papa. Dia ngga punya papa yang menyayanginya, Aira. "
****
" Vin ... Aku sakit liat kamu sama dia. "
" Ngga usah lebai. Dulu lo udah dapat semuanya. Jangan berpikir kalo semuanya harus berpusat ke lo, Ra. "
" Kenapa kamu berubah? "
" Berubah? Gue ngga berubah. Ini gue yang sesungguhnya. Ekspetasi lo aja yang berlebihan. "
****
" Ra ... Apapun yang terjadi. Gue tetap ada disamping lo. "
" Makasih, Alin. "
****
" Putusin. Jangan paksain hubungan kalian. Malvino itu brengsek. Lupain. Banyak cowok yang tulus suka sama lo. Gue bakal lindungin lo."
" Makasih, Rean. "
****
" Alvin ... Aku cape. Kalau aku pergi dari kamu. Kamu bakal kehilangan ngga? "
" Engga sama sekali. "
" Termasuk kalo aku mati? "
" Hm. Itu lebih bagus. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sutia Pristika Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aira dan cinta pertama
" Ini pa, universitas dan jurusan yang bakal Aira ambil nanti setelah lulus."
Aira memberikan selembar kertas berwarna putih ke sang papa. Tertera nama sebuah Universitas ternama di Jakarta dan beberapa jajaran program studi di sana.
Abimanyu meraih kertas itu. Fokusnya teralihkan menuju satu titik ke arah satu program studi yang sudah dilingkari tinta warna merah.
" UI? Prodi Psikologi?" Tanya Abimanyu setelah sekian lama terdiam.
" Yes, papa."
" Why? Kenapa ga kuliah di luar negeri aja? Di Oxford? Or Yonsei? Papa akan biayain kamu sayang".
" Dari Aira kelas 10. Aira emang udah bertekad pengen ngelanjutin kuliah Aira nanti di dalam negeri aja pa. Ini bukan soal universitasnya. Aira cuma pengen selalu dekat sama papa." Jelas Aira kemudian
" Oke ... Dan kenapa milih buat ambil prodi Psikologi? " Tanya Abimanyu lagi.
Sengaja ia bertanya seperti itu. Ingin tau apa jawaban dari putrinya ini.
" Suatu saat, Aira pengen jadi manusia yang bermanfaat untuk manusia lain. Dengan belajar tentang psikologi, Aira bisa tau dan lebih memahami perilaku manusia. Aira akan bantu orang-orang yang punya banyak luka di hidupnya. Memulihkan mental yang hancur. Membantu mereka menghadapi trauma. Dan Menanam harapan agar mereka tetap tegar menjalani hidup. "
Aira menjawabnya dengan jelas dan lugas. Nada suaranya terdengar sangat bersemangat dan meyakinkan.
Abimanyu yang sejak tadi menyimak mulai tersenyum lebar. Tatapannya menyorot akan kekaguman yang besar. Kepalanya pun ikut mengangguk-angguk.
Slurp!
Ia menyeruput kopinya. Asap dari gelas menerpa kulit wajahnya. Tangan kiri memegang piring di bawah gelas. Dan kembali tangan kanannya mendekatkan gelas ke mulut. Menyeruput sekali lagi.
Perlahan tangannya meletakkan segelas kopi itu di atas taplak meja. Punggungnya di sandarkan ke belakang sofa. Kedua tangannya saling melipat di dada.
" Kalau sudah begitu. Papa setuju. Papa akan mendukung apapun pilihan kamu. So proud of you sayang "
" Really, pa? Ya Allah. Thank you so much papa." Ujar Aira haru.
" Yeah, of course sweety. Everything for you "
Aira langsung menghambur ke pelukan Abimanyu. Tubuh pria itu sedikit terdorong dengan tubrukan itu. Ia mendekap erat tubuh mungil anaknya. Menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri.
" Aira sayang banget sama papa "
" Me too . Sayang banget sama Aira. "
Keduanya tertawa bahagia. Bahkan Siti yang sedang mencuci piring menghentikan sejenak aktivitasnya. Ia menuju ke pintu tengah yang langsung menghubungkan ke ruang keluarga.
Siti mendekat sedikit ke pilar batu di samping kulkas. Mengintip ke arah papa dan anaknya itu. Ikut merasa senang dengan pemandangan sekarang ini.
Tak mau nanti terciduk mengintip, Ia segera kembali menuju wastafel. Tak mau berlama-lama disana. Ujung-ujungnya nanti ia jadi perusak momen saja.
Kembali ia nyalakan keran air. Membilas satu persatu sisa piring cuciannya tadi. Siti melakukannya dengan hati riang. Senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang jatuh cinta.
***
" Pa, itu nanti si Rajo Langit bakal nyolong kitab empat dari si Karina. "
" Apa iya? Tau dari mana kamu? Ini itu sinetron Aira, bukan drama korea seperti yang kamu tonton di hp setiap hari itu. Durasi di tv ga bisa di cepatin." Kata Abimanyu menahan gemas.
" Ih papa. Aira tau lah. Sinetron ini kan udah pernah tayang. Karena hari ini ulang tahun RCTI, Sinetronnya di tayang ulang. Jadi, Aira masih hafal lah alur ceritanya."
Aira berujar serius ke sang papa. Bahkan raut wajahnya pun begitu meyakinkan. Namun, di mata Abimanyu ini menggemaskan. Ia terkekeh.
" Iya deh. Papa percaya. Kali ini, papa kalah sama kamu. "
" Aira Kaisara, gitu lo ...."
Kembali tawa mereka mengudara. Setelah perbincangan tentang rencana kuliah Aira tadi. Mereka memutuskan untuk nonton tv bareng. Awalnya Abimanyu mau nonton film action di channel favoritnya. Tapi, Aira malah mau nonton sinetron katanya.
Tau kan jika Abimanyu tak pernah bisa menolak permintaan putrinya itu? Akhirnya ia menurut saja.
Ia duduk santai. Melihat ke jari-jari tangan Aira yang sedang menekan tombol remot. Mencari channel tempat sinetron yang ingin dia tonton. Nah, berakhirlah keduanya nonton bareng sinetron 7 manusia harimau yang diperankan oleh Samuel Zylgwyn dan Ochi Roshdiana sebagai pemeran utama.
Hei lihatlah! Bahkan Aira sampai hafal betul nama-nama pemeran dan nama yang diperankan dalam sinetron legend ini.
***
Tawa mereka mulai mereda. Posisi keduanya masih sama seperti tadi. Aira yang bersandar penuh ke dada Abimanyu. Dan Abimanyu yang merengkuh bahu Aira sambil sesekali mengecup puncak kepalanya.
" Pa ... Aira pengen selamanya kayak gini."
" You mean? "
" Hmm ... Aira pengen kita sama-sama terus. Aira ga tau kedepannya akan gimana. Tapi, Aira harap papa ga bakal berubah dan tetap sayang ke Aira. Kayak sekarang."
Abimanyu membisu. Ucapan putrinya ini menembus jantungnya. Tepukan tangannya di punggung Aira memelan. Meraih dagu gadis itu untuk menghadap ke arahnya.
" Sweety ... Papa ga akan kemana-mana. Apapun kondisinya, papa juga ga akan pernah berubah. Papa akan tetap sayang sama kamu. "
" Promise me, pa? "
" Sure. I'm promise, princess. "
Aira menatap Abimanyu haru. Dalam hatinya gaduh mendoakan yang terbaik untuk cinta pertamanya ini. Tak perlu ia ragukan kasih sayang pria itu. Selama ini, sosok itu lah yang selalu ada untuknya. Mengurus dan membesarkannya sampai sekarang. Merawat, menjaga, memupuknya penuh cinta dan kasih sayang.
" Pa, mama perginya udah lama. Kenapa papa ga coba buat buka hati ke wanita lain? "
Spontan bola mata Abimanyu melebar. Tentu terkejut dengan pertanyaan barusan.
" Kenapa kamu nanya gitu? "
" Bukan nya apa-apa pa. Aira cuma mau papa bahagia. Papa selalu membahagiakan Aira dengan macam-macam cara. Sampai papa lupa membahagiakan diri sendiri "
" Papa udah cukup bahagia dengan kamu. "
" Ih, papa. Papa itu butuh sosok seorang istri. Pendamping hidup. Yang bisa temani papa sampai tua."
" Loh? Jadi menurut kamu, sekarang papa masih remaja?" Olok Abimanyu.
" Papa .. Bercanda mulu. "
" Iya .. Iya .. Oke. Papa serius. Papa masih menghargai keberadaan mendiang mama kamu. Bagi papa, meskipun dia tak terlihat. Tapi, dia ada disini. Bareng kita."
Sorot mata Abimanyu menerawang jauh. Kembali menyeruput kopi yang tinggal setengah.
" Aira ga maksa. Kalau memang papa belum mau menjalin hubungan baru atau membangun rumah tangga lagi. Tapi, satu hal yang harus papa tau. Aira bakal selalu dukung papa, seperti papa yang selalu dukung pilihan Aira. "
" Thank you so much, sayang. "
" Always, papa."
Aira hanya tersenyum lebar. Apa yang dilakukannya ini sudah benar. Bagaimana pun, Abimanyu berhak melanjutkan kehidupannya. Papanya itu harus bahagia juga.
Suasana haru itu buyar ketika bunyi dentingan dari ponsel milik sang papa berbunyi.
Abimanyu buru-buru merogoh benda persegi panjang dari saku samping celananya. Menghidupkan layarnya. Tampak satu pesan dari aplikasi warna hijau. Aira yang posisinya masih dekat dengan Abimanyu, mengintip sedikit ke arah lookscreen yang menyala.
" Dari siapa, pa?" Tanyanya.
Ia sangat penasaran kali ini. Sebab, tak biasanya Abimanyu langsung cepat-cepat menjauhkan ponselnya dari pandangan Aira. Seperti menyimpan sesuatu.
" Bukan dari siapa-siapa, sweety. "
" Beneran? Papa ga bohong kan? " Tanya Aira dengan nada seolah tak percaya.
" Iya benar. Emang kenapa papa harus bohong?
Aira hanya mendengus kecil. Mata bulatnya menyipit. Abimanyu sudah seperti patung. Diam dan kaku. Hanya mata saja yang berkedip pelan.
Aira mendekat kan wajahnya ke mata sang papa. Mencari kebohongan didalamnya. Pupil mata cokelat Abimanyu bergetar kecil. Nafasnya tertahan sejenak.
" Oke deh. Aira percaya. " Putus Aira kemudian.
Helaan nafas kasar Abimanyu terdengar. Lega sekali rasanya. Ia seperti pencuri yang takut di tangkap saja.
" Yaudah, pa. Aira mau ke kamar dulu ya. Ada PR tadi di sekolah. Aira mau ngerjain dulu. "
" Sure, princess. Kapan-kapan kita quality time lagi. "
Aira kemudian bangkit dari sofa. Hendak menuju ke kamarnya. Perlahan ia memutari ujung sofa.
Merasa ketidakhadiran sang anak. Abimanyu segera memeriksa ponselnya. Mengklik aplikasi WhatsApp. Muncul 1 chat masuk di barisan chat paling atas.
Saras
✉️ Mas, lagi apa? Pasti lagi ngomongin aku kan? Soalnya telinga kanan aku berdengung nih.
✉️ Cie ketahuan lagi mikirin aku
✉️ Kapan-kapan ketemuan lagi, ya?
Bibir Abimanyu perlahan tertarik menjadi sebuah senyum lebar. Tapi, sesaat hampir melompat kaget karena bahunya ditepuk oleh seseorang. Ia menoleh ke belakang. Aira masih disana ternyata. Bahkan tangan yang menepuk bahu nya ini adalah tangan milik gadis itu.
" Papa yakin ga lagi jatuh cinta?" Bisik Aira di telinga nya.
Detik itu juga, Abimanyu merasa ingin menceburkan dirinya ke Sungai Nil.