Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.
suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.
apa yang menanti anzu didalam portal?
ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.
ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap
(Di dalam kerajaan Celestia)
“APA?!” suara raja menggema di ruang takhta. “KAU DAPAT INFORMASI ITU DARI SIAPA?!”
“Hamba mendapatkannya dari kepala desa Glimmer, Yang Mulia,” jawab Ksatria Tristan, menunduk hormat.
“Kalau begitu, bawa orang itu ke sini. Sekarang juga!”
“Baik, Yang Mulia.”
...----------------...
Keesokan paginya, di desa Glimmer.
“YANG MULIA TRISTAN DATANG!” teriak salah satu prajurit dari kejauhan.
Warga desa mulai keluar dari rumah. Desas-desus pun langsung menyebar.
“Kenapa Ksatria Tristan datang ke sini? Ini kan bukan hari pungutan pajak!” bisik salah seorang warga.
Tristan turun dari kudanya dengan langkah mantap.
“Cepat panggil anak baru itu. Perintah raja. Kalau tidak kalian patuhi, kalian semua akan dihukum.”
Suasana desa seketika tegang. Tak seorang pun berani membantah.
Para warga langsung berpencar, mencari sosok yang dimaksud—Anzu.
...----------------...
Di sisi lain, Lucas yang mendengar percakapan itu langsung berlari sekencang mungkin ke arah kebun. Nafasnya terengah, matanya panik.
“ANZU! CEPAT LARIII!!!” teriaknya.
Anzu menoleh, bingung.
“Lucas? Ada apa sih, kenapa kau panik begitu?”
Lucas hampir tersungkur saking buru-burunya. “Nanti kujelaskan, sekarang lari dulu! Mereka nyari kau, cepat sebelum terlambat!”
“Hah? Tapi kenapa aku harus—”
“ITU DIA! ANAK ITU DI SANA! TANGKAP!!!” teriak warga dari kejauhan.
Lucas mendorong Anzu. “Kau lihat?! Sekarang LARI, ANZU!”
“B-baik!”
Anzu langsung kabur ke arah hutan. Lucas berusaha menipu warga dengan menunjuk arah lain.
“Dia lari ke sebelah timur! Cepat kejar!”
Warga segera berhamburan mengejar ke arah yang salah.
Lucas menarik napas lega, tapi belum sadar kalau di jalur lain—ayahnya sudah menunggu Anzu.
Anzu berlari, dadanya naik turun. “Sebenarnya kenapa mereka mengejarku?” gumamnya.
“Tunggu, Anzu! Kemari!” panggil seseorang dari depan.
“Paman? Kenapa Paman di sini?”
“Tak usah banyak tanya. Aku akan bawa kau ke tempat aman,” jawab sang ayah Lucas dengan wajah serius.
Anzu mengangguk lega. “Terima kasih, Paman.”
Namun di tengah perjalanan, sesuatu terasa janggal.
“Paman, ini sebenarnya mau—mmpphh—!”
Mulut Anzu ditutup. Ia tak sempat melawan.
“Diam. Ikuti saja,” ujar sang pria pelan, lalu meneteskan cairan bius ke mulut Anzu.
Tubuh Anzu limbung. Pandangannya gelap.
Sesaat kemudian, pria itu menyerahkan tubuh pingsan Anzu ke Ksatria Tristan.
“Kerja bagus, Kepala Desa. Raja akan menghargai kesetiaanmu.”
Tristan melempar sekantong uang ke arah pria itu.
“Te-terima kasih, Yang Mulia…” jawabnya dengan nada campur malu dan lega.
...----------------...
Sementara itu, Lucas masih berlari di arah lain, tak tahu bahwa temannya sudah tertangkap.
“Semoga kau baik-baik saja, Anzu…” gumamnya.
Ia terus mencari, tapi suara teriakannya hanya menggema di antara pepohonan. Tak ada jawaban.
“Anzu…?”
Hening.
Akhirnya Lucas pulang, berharap Anzu bersembunyi di rumah. Namun saat tiba—yang ada hanyalah kesunyian.
Ia memeriksa tiap ruangan. Tak ada siapa pun.
Sampai akhirnya ia masuk ke kamar ayahnya. Di atas meja, tergeletak sekantong uang.
Lucas terpaku. Tangannya gemetar.
“...Ayah,” panggilnya lirih. “Apa ini?”
Sang ayah terdiam. Tak berani menatap anaknya.
“Jangan bilang… kau yang menyerahkan Anzu?”
Diam lagi.
“KENAPA?!” teriak Lucas. “KARENA UANG, HAH?! JAWAB AKU, AYAH!”
“Iya! Lalu kenapa?!” akhirnya sang ayah berteriak balik. “Kalau tidak, kita bisa mati kelaparan! Anak itu bukan siapa-siapa, Lucas! Dia cuma orang asing!”
Lucas menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. “Orang asing? Dia itu sahabatku…”
“Dia tidak bisa memberi kita makan!” bentak ayahnya lagi.
Lucas menggertakkan gigi. “Kau dulu yang bilang, kita harus menolong orang yang kesusahan. Tapi sekarang… kau menjualnya demi sekantong koin?”
Sang ayah menunduk. “Ini… berbeda.”
Lucas menghela napas dalam, lalu melangkah keluar.
“Lucas, tunggu! Kau mau ke mana?!”
Namun Lucas tidak menoleh.
Langkahnya penuh amarah dan kecewa.
...----------------...
(Di kerajaan Celestia)
Anzu perlahan membuka mata. “Ugh… di mana ini?”
Tangan dan kakinya terikat. Ia berusaha melepaskan diri, tapi percuma.
“Hey! Lepaskan aku! Kalian mau bawa aku ke mana?!”
Salah satu ksatria menatap dingin. “Diam. Kau akan bertemu seseorang.”
Pintu besar di hadapan mereka terbuka. Dua ksatria mendorong Anzu masuk dan menjatuhkannya ke lantai marmer.
“Ugh, aduh! Dasar kasar banget, kalian!”
Dari singgasana tinggi, terdengar suara berat. “Jadi ini bocah yang membuat keributan itu.”
Anzu mendongak. “Siapa kau?”
Seorang ksatria menegurnya. “Jaga mulutmu di hadapan raja!”
Pria berwajah tegas itu bangkit dari singgasananya. “Aku Raja Celestia, Rodrigo Emmilion.”
Anzu terdiam. “ra-raja…?”
Raja menatapnya dengan dingin. “Sekarang, katakan padaku—siapa sebenarnya kau, dan dari mana asalmu?”
Suasana ruang takhta menjadi senyap.
Anzu hanya bisa menatap lantai, sementara bayangan para ksatria menjulang di sekelilingnya.
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪