Gadis yang tidak pernah bahagia di hidup nya satu kali saja pun tidak pernah
Di rumah?di sekolah? sama saja! tidak ada yang mau membahagiakan dirinya
bahkan seolah olah dunia ikut mendukung ketidakberdayaan diri nya,semua...SEMUA SAMA SAJA!! tidak ada yang peduli ! Tidak ada yang mengasihani diri nya, punya keluarga namun seperti hidup sebatangkara
MAURA ZAFINA AMORA, gadis yang mencoba untuk mencari secercah kebahagiaan walupun mustahil bagi diri nya
"Gue ada di sini karna gue masih hidup" Fina mengulas senyum kecil pada sudut bibir nya.
"Tapi gue bisa bikin lo sembuh"
Fina menggeleng pelan dengan senyuman manis nya. "Gua sendiri aja gak pernah bisa, apa yang bikin lo yakin banget bisa nyembuhin gua??"
"Hidup gua udah terlalu rumit dan sial, jangan terlalu deket sama gua atau lo juga bakalan rusak, ini juga demi diri lo sendiri"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alwayscoklat_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
taman belakang sekolah
"Gua gak perlu di kasianin. Gua udah biasa kek gini. Lain kali, gak usah cari gue..gua gak mau ngerepotin kalian berdua. Tapi untuk sekarang, makasih yah udah nyari gue hehe"
Rey dan Arkan sontak menatap Fina bersamaan.
"Gue gak kenal lo berdua, tapi setidaknya barusan gue ngerasa ada sesuatu yang selama ini gak pernah gue rasain. Alasan apa yang bikin kalian berdua nyari gue, gua tetap akan berterima kasih ke kalian berdua." ucap Fina membuat keduanya terdiam.
Itu mungkin kalimat yang simple, tapi mereka berdua tau apa yang Fina sampaikan punya makna yang begitu dalam.
"Kok lo ngomong nya gitu sih?!" Tanya Rey, mencoba untuk sedikit mencairkan suasana.
"Ngomong kayak gimana? Gua kan berterima kasih sama kalian." balas Fina.
Rey pun menggelengkan kepala nya. "Gak usah di bahas lah." jawab nya.
Ada sedikit getaran di hati nya, entah kenapa. Rey pun tak tau.
"Lain kali lo gak bisa ngilang gini aja, lo bahkan gak masuk sejak istirahat tadi. Kita udah nyari lo kemana mana Fina. Untung lo gak kenapa napa." ucap Arkan membuat Fina menatap ke arah nya.
Fina menampilkan senyum kecilnya yang sontak membuat arkan terdiam.
"Makanya gue ngomong makasih. Gue gak pernah di cariin siapapun. Ini firts time orang nyari gue hehe" ucap nya dengan cengengesan.
tapi beda dengan arkan yang terpaku. Jangan tanya bagaimana perasaan nya. INI KALI PERTAMA ARKAN MELIHAT SENYUM FINA YANG TAMPAK BEGITU MANIS.
Rasanya arkan terseret masuk ke dalam senyuman itu. dan arkan pun terjebak.
"Halo??" Fina melambaikan tangan nya ke arah arkan yang termenung menatap ke arah nya. dan itu membuat arkan sontak kembali ke alam sadar nya.
"Hah? Ah..iya" ucap nya gelagapan.
Rey terkikik kecil, meskipun dia diam, dia memperhatikan semua yang terjadi di antara mereka. Cukup lucu melihat seorang Arkan yang punya wajah cukup tampan dan di kenal banyak orang dengan jiwa aktif ini gelagapan hanya karna sebuah senyuman kecil dari Fina.
"Lo kenapa?" tanya Fina yang di jawab gelengan cepat oleh Arkan.
"gapapa" jawab nya.
Fina pun menganggukan kepala nya, tidak ingin ambil pusing dengan bertanya lanjut kepada arkan.
Fina mengubah posisi nya, kembali berjongkok di hadapan kolam kecil yang berisi ikan ikan kecil di sana. Lalu ia menarik lengan baju nya dan mencelupkan tangan nya ke dalam sana.
Dan itu semua tak luput dari pandangan Rey dan juga Arkan yang memperhatikan Fina.
"Udah sore, gue harus pulang. Kalian gak pulang?" tanya fina, sedikit menggosok kecil sela jemari nya di dalam air itu lalu kembali mengangkat tangan nya.
Rey dan arkan yang melihat itu menatap sebuah kejanggalan. Tanpa Fina sadari, Kedua laki laki di belakang nya melotot melihat lengan sebelah kiri Fina.
Di sana terpampang jelas luka goresan yang cukup banyak membuat kedua nya saling menatap. Namun Arkan dan Rey sama sama diam dan tidak bertanya.
Fina kembali membalikan tubuh nya dan berdiri. "Kok ga jawab?" tanya nya lagi, merasa omongan nya tadi tidak mendapatkan respon yang baik dari lawan bicara nya.
"Ini kita mau balik juga. Niat nya kan tadi nyariin lo dulu." jawab Arkan.
fina pun mengangguk, "Kalo gitu gua balik duluan yah, makasii" ucap nya lagi. Entah karna fina memang tidak bisa basa basi dengan orang, entah karna memang fina tak terbiasa berbaur dengan orang lain selama ini.
Selepas mengatakan itu, Fina membalikan tubuh nya dan berjalan menjauh dengan langkah yang pelan. Tampak oleh rey dan arkan langkah Fina tampak lesu dan menghilang di balik koridor meninggalkan 2 laki laki itu dengan keadaan bingung dan diam.
Ada banyak pertanyaan di benar mereka masing masing.
"Itu..."
"Kayak luka barcode ga sih?" Sela Arkan, memotong ucapan Rey yang ingin mengatakan sesuatu juga.
kedua nya saling pandang. "Itu baru loh Ar, keliatan banget," ucap Rey, entah kenapa nada bicara nya berubah menjadi serius.
Arkan meraup wajah nya dengan kasar. merasa begitu frustasi. "kira kira seberapa banyak dia nanggung beban sendirian Rey? luka nya keliatan baru banget sumpah."
Rey mengangguk setuju dengan ucapan Arkan. "kasian anjir, kita susul gak sih?" ucap Rey.
Arkan langsung setuju dan kedua nya reflek berlari mengejar ketinggalan mereka dari langkah Fina.
"Fina tungguin!" teriak Arkan berlari beriringan dengan Rey di koridor sekolah.
Fina yang sedang ada di ambang pintu kelas XI ips 5 pun menghentikan langkah nya dan menatap kedua nya dengan bingung. "Kenapa?" tanya nya.
"Balik bareng aja gapapa, udah sore. Ntar gua anter sampe rumah. Kebetulan gua bawa mobil." ucap Arkan tanpa basa basi.
Sudah cukup berdiam diri memandang Fina tanpa tindakan dari beberapa bulan terakhir ini. Arkan rasa inilah saat nya.
"Lo juga pulang nya jalan kan? Sekalian aja sama kita." ucap Rey menambahkan tawaran nya.
Jujur aja dia merasa iba dengan Fina, terlebih ketika melihat luka di tangan kiri Fina yang kembali mengingatkan nya akan sesuatu.
"Tapi..."
"udah, ayo aja." ucap Arkan terdengar mendesak.
Fina pun menghela nafasnya. "Ngerepotin kalian, gue bisa sendiri kok." ucap nya. Lalu melangkah kan kaki memasuki kelas untuk mengambil tas nya yang masih ada di atas kursi.
Sedangan rey dan arkan berdiri di ambang pintu menunggu fina sambil menyenderkan tubuh mereka.
"Gak repot sama sekali, sekali jalan juga kok." Jawab Arkan lagi.
Gimana pun cara nya, sore ini Dia bertekad untuk pulang bersama dengan Fina.
Fina berjalan mendekat kearah mereka sambil menyandang tas bewarna coklat nya. "sendiri aja lah, lagi pula gue sekalian ada urusan juga." tolak Fina lagi.
Meskipun di landa rasa putus asa, Fina tetap harus memikirkan bagaimana cara agar dia mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang saku. Karna dia tau, kehidupan nya sekarang ada di ambang ambang ketidakstabilan mengingat keputusan orang tua nya pagi tadi. Dan fina tau itu bukan lah keputusan yang main main.
Jelas dari nada papa nya yang begitu serius mengambil keputusan untuk nya. Mau di sesalkan juga tidak akan ada artinya. Lebih baik dia fokus mencari solusi saja.
"gue temenin deh, apapun itu. Pokok nya balik sama kita aja. Bahaya di depan, banyak preman ntar lo kenapa napa." celetuk Arkan lagi.
Fina menghela nafas nya, benar juga apa yang di bilang arkan. Tapi di satu sisi dia merasa enggan untuk pulang bersama 2 laki laki di depan nya ini.
Bukan kah nanti dia akan merepotkan dan membuang buang waktu dari kedua laki laki jangkung di depan nya ini?
"Kalo gitu sampe halte depan aja, gapapa." ucap nya membuat Arkan dan Rey mengangguk setuju.
"Yaudah ayo." ajak rey semangat, begitupun dengan Arkan.
Kedua nya memberi jalan untuk Fina terlebih dahulu. Barulah setelah Fina keluar dari ruang kelas dan melangkah di koridor, rey dan arkan menyusul di belakang langkah kecil gadis itu.