"aku...aku hamil Rayan !!" teriak frustasi seorang gadis
" bagaimana bisa laa" kaget pemuda di depannya.
Laluna putri 19 tahun gadis desa yatim piatu yang tinggal bersama neneknya sejak kecil.
Rayyan Aditya 22 tahun mahasiswa semester akhir anak orang berada asal kota.
Alvino Mahendra 30 tahun CEO perusahaan besar AM grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rizkysonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.
.
.
.
Malam itu terasa begitu berat bagi Luna. Langit gelap tanpa bintang, seolah ikut menyembunyikan luka yang menyesakkan di dadanya. Di setiap hembusan napas, ada rasa bersalah yang tak bisa diucapkan. Hatinya remuk, bukan hanya karena penyesalan, tapi juga karena tatapan marah dan kecewa dari orang yang paling ia sayangi di dunia ini—nenek Lasmi.
Tangannya gemetar, matanya basah. Semua kenangan masa kecilnya bersama sang nenek terbayang satu per satu—tawa, pelukan, dan kasih sayang yang kini terasa jauh, nyaris tak tersentuh lagi.
Ia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Yang keluar hanya isakan lirih, dan air mata yang tak kunjung berhenti jatuh.
Di hadapannya, nenek Lasmi duduk dengan mata yang memerah, bukan hanya karena amarah, tapi juga karena luka yang dalam di hatinya. Antara ingin memeluk, namun terlalu kecewa untuk melakukannya.
Sejak tadi siang nek lasmi baru keluar lagi dari kamarnya, begitu pula dengan Luna yang masih belum beranjak, dia duduk di kursi tempat tadi nek Lasmi duduk, ia hanya mengisi perut nya dengan air yang ada di meja.
" sampai kapan kamu diam seperti itu?" nek Lasmi membuka pembicaraan dengan nada yang masih sama, jutek dan keras
" jawab Luna.... Siapa bapak dari bayi kamu itu?" Luna masih diam menunduk tak berani menatap nek Lasmi
" apa si Rayyan anak kota itu? Hanya dia yang dekat dengan kamu" Luna mengangguk pelan. dan itu membuat nek Lasmi seperti di sambar petir walau ia sudah bisa menebak nya tapi melihat pengakuan dari Luna membuat nek Lasmi kembali mengeluarkan air mata nya
"apa dia memaksa mu?" berharap Luna mengangguk lagi.. Tapi apa yang nek lasmi lihat Luna menggelengkan kepalanya nek Lasmi benar-benar hancur dibuat nya
" sebelum dia pergi apa dia tau kamu sedang mengandung?" nek lasmi berusaha menahan emosi nya
" tidak nek... Kak Rayyan tidak tau, tapi dia berjanji akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu sama Luna nek" untuk pertama kalinya Luna membuka suara
" dia berjanji akan bertanggung jawab bila terjadi sesuatu dengan kamu? Bila tidak???
kamu mudah sekali percaya dengan kata-kata nya Luna"
" maafkan Luna nek.." Luna kembali menunduk dengan air mata yang tak berhenti turun
" sekarang apa rencana mu? Kamu sudah memberi tahu kepada nya? Nenek lihat kamu selalu menghubungi nya"
" kak Rayyan sudah dua hari tak bisa di hubungi nek" cicit Luna takut
phuuhhh... Nek Lasmi menarik nafas panjang guna meredakan amarahnya.. Ia tau Luna polos dan lugu dan itu yang nek lasmi takutkan, Luna terperdaya laki-laki, sekarang nek lasmi bingung apa yang harus dilakukan.
" apa kamu tau alamat rumahnya dikota?" tanya nek Lasmi pelan, ia sadar mau bagaimana pun Luna adalah cucunya, satu satunya yang dia miliki di dunia ini
Luna mengangguk yakin
" tau nek waktu kak Rayyan pergi ia memberikan sebuah alamat, kata nya biar aku yakin kalau kak Rayyan cinta aku nek"
" sudah lah gak usah bilang cinta depan nenek, nenek benci mendengar nya, mana ada cinta yang merusak orang yang dicintai nya"
Luna tau dia salah, ia tidak berani menatap nek Lasmi,
" nek... Sebenarnya ini bukan hanya salah kak Rayyan nek... Tapi aku juga salah, kita sama-sama salah nek, nenek jangan menyalahkan kak Rayyan ya"
" kamu masih bisa membelanya? sementara sekarang bagaimana? Dia tidak bisa dihubungi kan, mana yang katanya mau tanggung jawab?" suara nek lasmi meninggi lagi setelah tadi agak reda, ia sungguh kecewa dengan Luna yang masih membela Rayyan
" baik nya kamu makan. Setelah itu istrahat lah, jangan kamu siksa anak yang ada dalam perut mu itu, besok kita bicara lagi, dan jangan ganggu nenek" nek Lasmi beranjak dari duduknya, ia masuk ke kamar dan mengunci pintu nya.
Didalam kamar nek Lasmi terduduk di lantai sambil menangis sejadi-jadinya, ia meratapi nasib cucunya itu, SE kecewanya Seorang nenek tetap tidak akan menghilangkan rasa sayang nya pada sang cucu, ia begitu sedih mengingat Luna yang tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya.
.
.
****************
.
.
Malam ini sunyi terasa lebih berat. Di antara suara jangkrik dan angin yang menelusup lewat jendela, hanya rasa bersalah dan rindu yang menumpuk di dada. Nenek menatap tanpa kata, kecewa yang tak terucap lebih menyakitkan daripada kemarahan. Sementara dia, orang yang seharusnya menenangkan, justru hilang tanpa kabar—meninggalkan di antara luka dan penyesalan.
Pagi pagi seperti biasa Luna muntah muntah walau tak ada yang keluar dari mulutnya karena dari kemarin ia tidak makan, semalam hanya beberapa keping biskuit yang masuk ke perut luna.
" nenek buatkan teh hangat lun, coba di minum agar mendingan mual nya" keluar dari kamar mandi Luna melihat nek Lasmi yang telah menyiapkan teh untuk nya
" makasih nek" Luna tau nek Lasmi masih kecewa tapi nenek nya itu masih peduli padanya dan itu cukup membuat luna tenang
" jadi bagaimana apa Rayyan sudah bisa dihubungi?" kembali nek lasmi bertanya
" belum nek.. Seperti nya Luna mau menyusul saja ke kota"
" baik lah kalau itu keputusan mu, besok kita pergi, nenek tidak mau kamu hanya pergi sendiri "
" apa nenek tidak repot? Luna bisa sendiri kok"
" gak usah kamu tanyakan kondisi nenek.. setelah apa yang kamu lakukan itu masih ingat kamu tentang kondisi nenek mu ini"
" maafkan luna nek" hanya itu yang bisa Luna katakan
" sudahlah gak ada gunanya kamu meminta maaf, gak bisa balikan keadaan kan?"
" tapi nenek mau kan memaafkan Luna?.. Luna gak tenang nek sebelum mendengar maaf dari nenek "
" ya nenek memaafkan mu. Asal laki-laki itu bener mau tanggung jawab "
" pasti kak Rayyan mau tanggung jawab kok nek "
" kita lihat saja nanti.. istrahat lah nenek ke kebun dulu, besok kita berangkat ke kota"
Walau nek lasmi berkata pedas, Luna tau ia masih memikirkan nya da selalu sayang padanya.
Luna kembali menghubungi Rayyan tapi masih tidak bisa, sebenarnya ia kecewa tapi mau bagaimana lagi, hati kecilnya masih begitu mencintai Rayyan..
" semoga alamat yang kak Rayyan berikan itu benar"
" sebenarnya kamu kemana sih kak"
" kok tega banget sama aku"
"bagaimana kalau kak Rayyan tidak mau mengakui anak ini?"
" bagaimana tanggapan keluarga nya?"
Luna terus bertanya sendiri sambil mundar mandir di depan rumah, ia bingung apa yang harus dilakukan kalau benar Rayyan tidak mau tanggung jawab
.
.
.
Bagaimana ceritanya, tolong koreksinya ya biar author semangat🤗
Jangan lupa like dan komen dan vote ya...
Selamat membaca 😍😍