wanita dengan dendamnya dan pria dengan rahasia kelam.
"huhuhuh, sungguh sial saya bertemu dengan wanita seperti kamu," ucapnya seraya menutup wajahnya sambil menangis.
wanita yang tidur bersamanya menatapnya dengan tak percaya,"bapak serius nangis, pak, yang harus nangis itu saya, kan bapak ambil keperawanan saya,"ujarnya tak percaya apa yang di lihatnya.
"kan kamu yang memaksa saya tidur bersama kamu, saya sudah menjaga punya saya, agar tetap suci, tapi dalam semalam kamu mengambil kesucian saya, huhuhuhu,"omelnya panjang lebar seraya menangis, dan tidur membelakangi wanita yang syok melihat reaksinya.
" tapi bapak suka kan, buktinya ngak tidur semalam,"ucapnya, membuat pria yang membelakanginya itu, sedang menahan malu dengan wajah memerah."lagian sok nolak cinta saya, jadinya kan perjaka bapak saya ambil aja,"lanjutnya dengan senyuman bangga, berhasil mengambil keperjakaan pria yang menolaknya.
"saya tidak akan bertanggung jawab," ucapnya membuat wanita di sampingnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon liyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
wanita rapuh?
Meneer menaruh pistol di dahi Dinda membuat tubuh Dinda bergetar hebat dan ia teriak tanpa sengaja, saat pelatuk di tarik.
Novan sendiri membulatkan matanya, "Meneer apa yang kamu lakukan!" bentak Novan dengan mata membulat.
Meneer menatap tajam Novan namun sekian detik dia tertawa pelan dan menarik pistolnya, "hahaha ayolah, aku hanya bercanda sayang, " ujarnya menepuk pelan bahu Novan dengan tatapan lembut.
"maksud kamu apa kayak gitu! kamu mau menakuti- nakuti adikku!" bentaknya lagi, seketika tawa pelan itu menjadi tawa sinis.
"apa kamu bilang, aku kan udah bilang aku bercanda, " katanya dengan soft spoken.
Novan sangat ingin muntah, seandainya dulu ia tidak menanda tangani perjanjian sialan itu, mungkin Novan akan bahagia dengan adiknya tanpa bayang-bayangan Meneer di hidup mereka.
"hmm kamu marah ya, maaf yah, calon adik ipar, " panggilnya, tubuh Dinda bergetar hebat, saat Meneer menyentuh tangannya.
Novan segera melepaskan tangan Meneer dari Dinda, "kalau begitu,aku pergi dulu yah, " ucapnya membelai pipi Novan.
Meneer pergi dengan ketiga antek-anteknya dan Hendra.
"kamu ngak papa?" tanya Novan memegang bahu Dinda.
"en-engak, hah, aku, ngak papa, " ucapnya, namun reaksi tubuhnya berbeda.
"tenang Dinda, tarik nafas pelan dan hembuskan secara perlahan, " instruksi Novan, mengusap lengan Dinda dengan lembut.
Dinda melakukannya dan mengulangnya selama 3 kali, barulah dirinya tenang, "udah mendingan, " tanya Novan.
"hmm, udah, " gumam Dinda.
dan kebetulan Athera dan Bima baru sampai, "kalian udah mau pergi?" tanya Athera, namun reaksi Dinda membuatnya mengerutkan kening, "lo kenapa Dinda? muka lo pucat banget, segitunya, lo ngerasa kehilangan," Athera memeluk Dinda dan mengelus punggungnya dengan sayang, Dinda tertegun tapi menikmati.
"gue ngak papa kok, ada kakak gue juga disini, "ujar Dinda menatap Novan yang tersenyum simpul.
" apa kabar Novan, selamat ya, kalian sebentar lagi menikah, "ujar Bima pada Novan.
Novan melirik Dinda dan kembali menatap Bima, " makasih Bima, kamu juga, jangan sendirian terus, menikahlah, "ucap Novan yang hanya di jawab dengan senyuman dan anggukan.
" gue cuman sebentar, ngak papa kan kalian tunggu?"tanya Athera.
"iya ngak papa, kita tunggu kok, " jawabnya.
Athera duduk di sisi makam Nessa, "Nessa, gue minta maaf soal kejadian waktu itu, kita berantem gara-gara pak Bima, gue juga ngak nyangka, itu jadi pertemuan pertama dan terakhir kita, dan kita bertemu lagi di saat lo menampung beban berat," Athera menelan ludahnya, matanya berlinang air mata, mengingat ucapan Sonya dan Fika, bagaimana Nessa selama ini menderita.
"gue bakalan kasih lo ke adilan sama kakak gue, kalian harus bisa tenang disana, setelah melihat iblis itu menderita, " batin Athera, air matanya mengalir di pipi mulusnya, membuat make upnya luntur.
"Athera, make up lo luntur, plus ngkrek, " ujar Dinda, yang langsung di senggol lengannya oleh Novan.
Sedangkan Bima menahan tawa dengan perut yang terus bergetar, Athera segera mengambil cermin di tasnya, "iiih kok ngekrek sih, mana casion nya mahal lagi, " Ujarnya.
"biar ngak ngekrek, pakai skinific aja Athera, ini nyaman dan ngak luntur, sekalian juga ngak bikin ngekrek, lo bisa pakai warna shade ini, ini cocok banget buat lo, " ucapnya memberikan skinific berwarna biru.
"kemasannya aja udah secantik ini, kalau gitu gue mau make up dulu, wah, sekali soep, langsung hilangin bruntusan dan bekas jerawat, "katanya dengan mata berbinar.
" mereka tahu ngak sih, ini kuburan bukan acara TV, "bisik Novan heran.
" hmp pffftt, bisa-bisanya iklan pas lagi berduka, "bisik balik Bima, mereka berdua menahan tawa dengan menunduk dan menutup mulut mereka sendiri.
" Nessa lo yang tenang yah disana,"kata Athera dan akhirnya berdiri, "kalian berdua kenapa nangis, jangan sedih-sedih, entar Nessanya ikut sedih loh, " lanjut nya semakin membuat pundak dan perut keduanya bergetar hebat.
Novan sampai menghirup udara dalam-dalam agar tak kelepasan ketawa, mereka mendongak dengan mata berair dan wajah memerah, mulut mereka kembung.
"itu mereka nahan ketawa Athera, bukan nangis," ujar Dinda, ketawa mereka seketika pecah.
Dinda dan Athera terpaku melihat manusia pendiam nan datar itu ketawa lepas, mereka saling pandang dengan heran.
"kalian emang ketawain apa an sih, aneh banget," ucap Athera heran.
"heemm betul tuh, kalian ketawain apa sih?" tanya Dinda heran.
mereka berdua saling tatap dan tertawa, "hahahhahhaaa!".
" hah, sudah lah ayo, kita kerumah om,van kita ketemu lain waktu, "ujarnya bertos ala pria.
"kalian hati-hati di jalan, " ucap Novan.
mereka akhirnya berpisah dan menuju tujuan masing-masing.
namun dari kejauhan sosok mata-mata Meneer mengawasi mereka.
di ruangan yang temaram, Meneer sedang menonton televisi, dirinya menatap heran kedua pria yang tertawa tadi, "dia bahkan tak pernah tertawa selepas itu, saat bersamaku, " gumamnya.
Matanya menatap tajam ke arah layar, menampilkan dinda dan Athera yang di rangkul oleh kedua pria, yang ingin dimilikinya.
"setidaknya, kamu memiliki salah satunya, " ucap Scory,ikut duduk di sofa sangat dekat dengan Meneer.
Scory mengendus-ngendus leher jenjang milik Meneer, "kau taruh bibirmu di leherku, kubuat kau menjadi karyaku selanjutnya, " ujarnya menoleh ke arah Scory yang terpaku.
Scory memundurkan wajahnya dan memberi jarak di antara mereka, "saya hanya bercanda saja, " alibinya.
"bagaimana dengan Sonya?" tanya Meneer.
"seperti biasa, dia menjadi pemuas nafsuku, dan lagi, dia tidak se enak adikmu, " katanya di akhiri kekehan.
tatapan datar Meneer yang melihat layar semakin dingin, "dia bukan adikku, dan lagi, jangan kau sebut namanya," ucapnya dinging.
Scory mengambil minuman kaleng di depannya, ia memiringkan wajahnya, "saya heran, kenapa kamu membenci adikmu Meneer, padahal dia adik yang penurut, bahkan dirinya tak pernah berniat melaporkan kebusukanmu ke polisi, " ucap Scory melepaskan segel penutup kaleng dan meminumnya.
Meneer melirik Scory dengan sinis, "kamu hanya pesuruh ku, bukan sahabat ku, saya adalah majikan kamu, maka dari itu, jangan tanyakan sesuatu yang melewati batasan mu sebagai bawahan saya, ingat hutangmu belum lunas, dan sekalipun lunas, kamu akan tetap menjadi pesuruh ku, jangan bermimpi akan menjadi sahabat saya, atau teman seumur hidup, "katanya dengan tatapan tajam nan menusuk, Scory mengepalkan tanganya, kaleng di tangannya remuk.
Scory membanting kaleng itu, menimbulkan suara nyaring dan tatapannya tak kalah tajam dari Meneer, dirinya mengukung Meneer di sofa, Meneer sama sekali tak gentar bahkan aura psikopat nya mulai keluar, tangannya bergetar, matanya memerah.
"harus dengan cara apa! agar kau melihatku sebagai sosok yang mencintaimu! bukan pesuruh!" tekannya dengan tatapan tajam.
keduanya sama-sama menatap dengan tatapan tajam, "kembali ke posisi mu, atau kau akan hmmmmppttt, " Scory mencium Meneer dengan brutal, Meneer memukul bahu Scory beberapa kali.
setelah Meneer di rasa akan kehabisan nafas, barulah Scory melepaskan pangutannya, "saya tahu, kamu wanita rapuh yang pura-pura kuat dengan menjadi iblis, " ucapnya dengan mata sayup.
Mata Meneer tetap menatapnya dengan tajam, satu tamparan mendarat dengan keras di pipi Scory membuat kepalanya menoleh, Scory menekan pipinya yang kena tampar dengan lidahnya.
"pria brengsek seperti kamu, ngak usah sok tahu tentang kehidupanku!" bentaknya, mendorong keras tubuh Scory hingga terjungkal ke belakang.
"ingatlah posisi mu!" lanjutnya, meninggalkan Scory yang mengusap wajahnya dengan gusar.
*******
disisi lain Dinda merasa aneh dengan perlakuan kakaknya sangat hangat, "Dinda setelah kakak menikah, berjanjilah untuk hidup bahagia, dan jangan pernah menemui kakak lagi, " ucapnya menatap sendu mata Dinda, yang bertanya-tanya.
"maksud kakak apa?"tanya Dinda
Novan menghentikan mobilnya, " jangan tanya apapun, ikuti saja ucapan kakak, "ujarnya memeluk Dinda yang terpaku.