NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:146
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Boleh Seenaknya

"Harus kemana aku ini....sibuk sekali mereka semua kelihatannya. Aku menunggu di sini sebentar." Jani duduk di kursi tunggu.

Dia baru ingat kalau tidak punya kontak Calvin di ponselnya. Dia hanya tahu Calvin bekerja di sini seperti kop surat yang Jani baca semalam di laporan yang dirinya ambilkan.

Duduk tidak menyelesaikan masalah, dirinya semakin gugup dan kemarahannya juga semakin besar. Jani memberanikan diri berjalan ke depan resepsionis.

"Ada yang bisa dibantu?" Tanya seorang wanita tinggi putih, yang sangat cantik.

"Ehhh....saya ingin bertemu Pak Calvin Darian Avelio." Resepsionis menatap Jani dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Apa sebelumnya sudah membuat janji dengan Pak Calvin?" Jani menggeleng. "Mohon maaf Kak, jika belum membuat janji saya tidak bisa mengkonfirmasi ke beliau."

"Tapi ini penting Kak." Pinta Jani memelas.

"Maaf Kak, kami belum bisa membantu Kak." Tolaknya dengan sopan.

"Tolong Kak, tolong bilang Pak Calvin Anjani ingin bicara Kak." Dia hanya diam tidak mau merespon Jani lagi. "Kak tolong Kak."

"Vin...itu bukannya Jani?" Calvin yang sedang berjalan baru saja keluar dari lift tersentak. Dia benar-benar Jani, matanya tidak salah lihat.

"Jani...." Semua orang terdiam melihat Calvin berjalan menghampiri Jani yang juga terkejut melihat Calvin datang.

"Sedang apa di sini?"

Jani menelan salivanya susah payah. Isi kepalanya kembali berantakan ingin melampiaskan amarahnya.

"Aaaa.....ehhhhh....Kak Calvin tidak boleh seenaknya." Teriak Jani yang membuat semua orang memalingkan pandangannya dari mereka berdua. Tidak ada yang berani memperhatikan mereka.

"Ada apa?" Tanya Calvin bingung.

“Kak Calvin tidak boleh jadi orang jahat, Jani sudah mempertaruhkan hidup Jani mengambil semua keputusan ini.” Suaranya mulai bergetar, Calvin tau Jani sedang menahan diri untuk tidak menangis.

“Pelan-pelan Jan.” Pinta Calvin yang juga belum paham dengan maksud Jani.

"Aku tau Jani tidak berhak protes, tapi Kak Calvin sudah keterlaluan. Jani tidak mau jika harus pindah ke kampus lain. Semua ini tidak pernah Kak Calvin bicarakan pada Jani sebelumnya." Suara Jani terdengar begitu lantang.

Calvin yang sebelumnya tidak pernah menghadapi situasi seperti ini sedikit kebingungan, kesadarannya kembali setelah mendengar suara tangis Jani. Calvin sedikit mendekat dengan tatapan matanya yang begitu tajam mengintimidasi.

"Kau ke sini karena ingin protes?" Jani mengangguk ragu-ragu. “Dari mana kau tau aku ada di sini?” Jani diam membisu. Sekujur tubuhnya gemetar menyesali kebodohannya yang datang tanpa persiapan seperti ini.

"Kau sudah makan?" Tanya Calvin khawatir melihat wajah Jani pucat. "Ikut aku." Calvin menarik tangan Jani.

"Undur semua meeting ku hari ini." Ucap Calvin pada sekretarisnya yang berdiri berdampingan dengan Langit sambil berjalan tanpa menoleh.

“Baik Pak.” Jawab nya pelan. Semua orang menghela nafas lega setelah Calvin menghilang masuk kedalam lift khususnya.

"Kok Nona Jani bisa ke sini Kak?" Langit mengedikkan bahunya. Dirinya juga tidak tahu menahu masalah apa yang sedang terjadi.

Lift menuju ruangan Calvin terkunci. Itu tandanya dia tidak ingin di ganggu siapa pun.

"Kita biarkan saja dulu Kak, mungkin Pak Calvin bisa menghandle sendiri."

Jani deg degan, sesekali mencuri pandang pada Calvin yang sedang mengirim pesan pada seseorang di ponselnya yang tidak bisa dirinya hubungi.

"Silahkan bicara Jani." Calvin sudah meletakkan ponselnya dan menatap Jani yang terus menunduk.

"Ak...aku tidak mau pindah kampus." Jani bicara pelan, air matanya masih belum berhenti.

"Aku tidak mau bicara sambil melihatmu menangis seperti ini." Calvin menyodorkan sapu tangannya pada Jani. "Seka air matamu dan bicara baik-baik."

Jani menurut, dia menyeka air matanya perlahan. "Minum dulu, kau tampak sangat lusuh Jani." Jani menyeka keningnya juga yang berkeringat.

"Sudah bisa bicara baik-baik?" Jani mengangguk.

"Jani ingin tetap kuliah di tempat lama Kak, Jani tidak ingin pindah."

"Sungguh? Aku melakukan semua ini karena ingin memberikan yang terbaik untuk mu."

"Tapi Jani tidak ingin memulai dari awal Kak, Jani ingin melanjutkan kehidupan Jani juga Kak."

"Apa ini yang terbaik? Apa kau tidak akan menyesal menolak pemberian ku ini?" Jani mengangguk.

"Aku akan urus semuanya, besok kau bisa kembali ke kampus lama mu." Jani tersenyum bahagia, ternyata semudah ini bicara dengan Kak Calvin. Kak Calvin masih mau mendengarkan permintaanya.

"Jani masih ingin bicara hal lain?" Jani menggeleng. Kalau begitu aku minta mereka bawakan makanan mu sekarang.

"Jani sudah sarapan Kak."

"Kau memuntahkan semua sarapan mu di kampus. Sekarang kau harus makan lagi, tunggu saja dan jangan protes lagi. Aku tidak suka." Ucap Calvin sedikit tegas kali ini.

“Jani mau ke toilet Kak.” Calvin mengangguk. Di ruangannya memang ada toilet.

Brukkkkk.....

Jani yang baru mau membuka pintu kamar mandi tersentak kaget tubuhnya di tarik cukup keras oleh tangan Calvin.

"Kak....." Teriak Jani yang melihat wajah Calvin begitu tegang.

"Kenapa kaki mu?" Calvin berjongkok menatap jempol Jani yang lebam dan sedikit berdarah. "Jani....kenapa kaki mu bisa terluka?!" Nadanya sudah terdengar marah.

"Ja...Jani terbentur trotoar Kak." Jawabnya sambil meremas jemarinya sendiri. “Tidak sengaja Kak.”

"Kenapa tidak hati-hati Jani. Aku tidak suka melihat wanitaku terluka seperti ini. Kau harus menjaga dirimu dengan baik!." Marah Calvin yang membuat Jani takut.

"Maaf Kak." Jawab Jani pelan.

"Lain kali aku akan menghukum mu jika terluka seperti ini lagi." Jani tidak Berani bersuara, dirinya memang ceroboh.

Ini marah atau perhatian? Kenapa nadanya marah tapi wajahnya terlihat sangat khawatir padaku.

Bicara dalam hati.

Jani menuruti semua perintah Calvin yang terlihat marah dan khawatir padanya. Sekarang Dia sedang melawan rasa kantuknya yang tidak tertahankan sambil memainkan ponsel jelek kesayangannya.

Sementara Calvin sedang kesal menyalahkan dirinya sendiri melihat Jani terluka, kaki nya sampai memar dan sedikit bengkak. Menganggap dirinya tidak becus mengawasi Jani sampai harus terluka seperti ini.

Pintu ruangan Calvin di ketuk pelan, Calvin segera membuka pintu dengan memencet tombol di bawah mejanya karena ruangannya terkunci sejak Jani masuk.

"Siapa yang terluka?" Tanya dokter Bianca pelan. Calvin memang sebelumnya meminta dirinya untuk bicara pelan-pelan.

"Lihatlah, kakinya terluka. Memar dan bengkak seperti ini Bi." Wajah Calvin terlihat sangat sedih.

"Lucu sekali dia tertidur begini. Seperti anak kucing di rumahku."

"Jangan bercanda Bi, dia pasti kesakitan."

"Jangan lebay, lukanya tidak berbahaya. Aku kasih obat juga akan segera pulih Vin."

"Tetap saja ini keteledoran ku sampai Jani terluka Bi."

"Stop yah, terluka bukan berarti Jani tidak menyayangi dirinya sendiri atau ingin menyakitimu. Dia gadis yang baik seperti yang Langit ceritakan. Dia tidak akan berulah seperti wanita-wanita mu sebelumnya."

“Jangan bicarakan sampah-sampah itu Bi. Aku muak mendengarnya.”

“Maka jangan pancing emosiku untuk membicarakan mereka lagi.”

“Setelah ini bawa Jani pulang dan perhatikan dia dengan baik. Sering-sering diskusi dan jangan suka mengambil keputusan sebelah pihak seperti hari ini, Jani sepertinya tidak suka tidak di libatkan dalam semua keputusan mu.”

“Akan aku coba, aku hanya perlu berlatih. Aku masih sangat asing ada Jani di hidup ku.”

“Kau sudah mengambilnya, kau harus bertanggung jawab penuh atas hidupnya Vin.”

“Tentu saja.”

Calvin menatap wajah Jani yang begitu damai, bahagia karena merasa punya tujuan hidup saat ini. Langkah nya semakin matang untuk terus menjadi yang terbaik dalam semua hal. Ada Jani, wanita yang sudah Calvin bawa masuk ke dalam kehidupannya yang sangat kosong.

Wanita yang menjadi tempat Calvin pulang meski rasa cinta dalam dirinya belum sepenuhnya terlihat. Masih samar karena keduanya baru saling mengenal dua hari lalu setelah pernikahan. Dirinya memang sedikit gila menikahi wanita yang seluk beluknya tidak dirinya tahu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!