Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 8 Rumah Baru
Di kantor Yusuf sedang berpikir sebaiknya dirinya memiliki rumah sendiri agar ia bebas mengendalikan Aira dan juga pernikahannya tanpa campur tangan papanya. dengan begitu Yusuf juga akan leluasa untuk menjalin hubungan dengan Diandra toh Aira tidak akan peduli. gadis itu tidak berhak untuk melarang nya menjalin kasih dengan Diandra.
Siang ini juga Yusuf bertekad untuk pindah rumah. ia sengaja meminta asistennya untuk mencari rumah di kawasan elit yang jaraknya cukup jauh dari rumah kedua orang tuanya.
Yusuf menelpon Aira terlebih dahulu, tadi pagi Aira pamit akan keluar rumah menemui temannya. ia harus mengajak Aira untuk bicara dengan papa agar papa memberi izin mereka pindah rumah.
"Halo Assalamualaikum" terdengar suara Aira di telepon.
"Kau dimana? aku ada perlu dengan mu?" tanya Yusuf dengan nada dingin.
"Di pusat perbelanjaan mas"
"Tunggu disana aku akan menjemput mu"
"Tapi mas..."
Yusuf mematikan telepon ia tidak peduli Aira belum selesai bicara. Yusuf merapikan jasnya dan bergegas pergi untuk menjemput Aira di pusat perbelanjaan.
***
Aira sedang duduk di food court menikmati makan siang dengan Aline sahabatnya. Aline dulu sempat menjadi siswi di pondok pesantren milik kyai Umar karena itu Aira dan Aline cukup dekat.
"Siapa yang menelpon?" tanya Aline begitu melihat perubahan mimik wajah Aira.
"Mas Yusuf"
"Suami mu?" jelas Aline.
Aira menatap hampa pada Aline, ia ingin menyebut Yusuf sebagai suaminya tapi pria itu tidak pernah mengakui dirinya sebagai istri.
"Mau apa dia?" tanya Aline gemas, Aline sudah mendengar perlakuan Yusuf pada Aira. ia jadi ikut kesal.
"Mau menjemput ku, katanya ada urusan dan aku harus ikut dengannya"
"Yasudah kalau begitu turuti saja suamimu, besok kita bisa bertemu lagi disini. aku akan bawakan lowongan pekerjaan yang kau minta" kata Aline.
Aira mengangguk menurut saja pada sahabatnya. keduanya berpelukan lalu Aline pamit pulang sebelum Yusuf datang.
Aira duduk seorang diri sekarang di food court sembari memainkan ponselnya. tiba-tiba ada seorang pria yang mendekat ke arahnya.
"Hai, apa kau sendirian? maksudku semua meja penuh dan aku buru-buru untuk makan siang karena harus kembali ke kantor, jika kau tidak keberatan boleh aku duduk disini?" seorang pemuda dengan kemeja rapi dan dasi terlihat menyapa Aira sembari membawa nampan berisi makan siangnya.
"Ah tapi..." Aira ragu,
sudahlah lagipula mas Yusuf juga tidak akan peduli jika aku duduk satu meja dengan orang ini. pikir Aira.
"Silahkan, saya juga mau pergi sedang menunggu jemputan" jawab Aira.
Dengan senyum cerah pemuda itu duduk di hadapan Aira dipisahkan ukuran meja yang bulat dan lebar. Aira tidak berani memandang ke arah pria muda itu, ia memalingkan wajahnya.
"Masih lama jemputannya?" pemuda itu bertanya di sela mengunyah makanannya.
Aira mengangguk samar melihat kejauhan siapa tahu Yusuf datang.
"Maaf ya saya jadi membuat mu risih" kata pemuda itu lagi, pemuda itu berusaha makan dengan cepat agar ia juga segera pergi dari hadapan Aira. ia nampak tidak enak karena sudah mengganggu Aira.
"Oh tidak apa-apa" kata Aira sembari menunduk dan tersenyum kecil.
Di kejauhan sepasang mata menatap tajam ke arah Aira dengan seorang pemuda. ia menghentikan langkahnya mengamati dulu sebentar sebelum ia menghampiri Aira.
"Mas..?" Aira langsung berdiri dari duduknya begitu Yusuf datang.
Yusuf menatap sekilas ke arah pemuda yang sedang menikmati makanan.
Dasar pembohong! dia bilang temannya perempuan lalu kenapa yang duduk disini adalah seorang pria? batin Yusuf.
Yusuf tidak bicara sepatah katapun ia langsung berjalan pergi dan Aira mengikuti langkahnya dari belakang.
Tidak ada percakapan sampai di dalam mobil. keduanya hanya saling diam seperti orang asing. Aira melempar pandangan ke luar kaca mobil menatap jalanan yang disinari terik matahari. sementara Yusuf diam saja dan fokus mengemudikan mobilnya.
Saat mobil sudah dekat dengan rumah papa Ibrahim, Yusuf menghentikan dan menepi sejenak.
"Aku sudah membeli sebuah rumah, mulai hari ini kau ikut tinggal bersamaku di rumah yang baru. jika nanti papa melarang kita pindah maka tugas mu adalah meyakinkan papa agar memberi izin kita untuk pindah rumah! kau mengerti?"
Aira terdiam mencerna ucapan Yusuf. ia sendiri terkejut saat Yusuf mengutarakan ingin pindah rumah. entah rencana apa lagi yang pria itu buat.
Aira tidak punya pilihan, ia mengangguk patuh. lagi pula tinggal di rumah keluarga suaminya begitu membuatnya tidak nyaman dan tersiksa. mungkin jika Aira ikut tinggal bersama Yusuf ia pikir ia tidak akan terlalu tersiksa secara mental karena tidak perlu bersandiwara setiap hari di depan papa mertuanya.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong