NovelToon NovelToon
Dari Putri Terbuang Jadi Permaisuri

Dari Putri Terbuang Jadi Permaisuri

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib / Chicklit
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.

Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.

Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengamatan Ling Xi

Di kediaman keluarga Ling, Ling Xi diliputi kepanikan. Juan Li sang kekasih tiba-tiba datang berkunjung tanpa diundang. Padahal Ling Xi sedang ingin bermalas-malasan. Tanpa menunda, A Mei sang pelayan setianya segera membantunya mandi berendam di air kelopak bunga dan wewangian. Meski A Mei kurang setuju dengan hubungan mereka, ia tetap melayani Ling Xi dengan loyal sebab itu sudah menjadi tugasnya.

Kini Ling Xi tampil cantik dan harum. Sebelum menemui Juan Li, ia ingin menunjukkan lukisannya terlebih dahulu pada sang ayah yang kebetulan sedang berada di rumah. "Ayah, lihatlah, ini lukisan kota yang kubuat. Kalau Ayah ingin, akan kujelaskan detailnya," ujar Ling Xi.

Sang ayah menatap sekilas. Senyum miring tersungging di bibirnya melihat lukisan yang tampak seperti buatan amatir. Ia mengambil lukisan itu, membuat senyum Ling Xi merekah. Namun senyum itu seketika sirna saat sang ayah meletakkan lukisan itu begitu saja dan kembali sibuk, seakan-akan apa yang dibuat Ling Xi tidaklah penting.

"Ayah sepertinya sibuk," gumam Ling Xi.

"Ayah tidak ada waktu untuk melihat-lihat karyamu yang begini-begini saja," balas ayahnya. "Xi'er, di usiamu sekarang, jangan hanya bermain. Ini salah Ayah juga karena terlalu memanjakanmu saat kecil, hingga kau tidak bisa berpikir maju seperti sekarang."

Sebenarnya sang ayah adalah sosok yang baik, hanya saja ia jengah dengan Ling Xi yang tidak memiliki kemajuan membanggakan. Terlebih ada Xiu Ying, putri sambungnya yang selalu menjadi kebanggaan. Tanpa sadar sang ayah lebih menaruh perhatian pada Xiu Ying.

Saat Ling Xi hendak kembali berbicara, ibu tirinya menahan dengan lembut. "Xi'er, ayahmu hanya sedang banyak pekerjaan. Jika sudah senggang, Ibu akan bicara pelan-pelan padanya agar ia mau melihat karyamu. Bagi Ibu, ini sungguh mengagumkan."

"Mengagumkan?" tanya Ling Xi.

"Iya, sungguh mengagumkan," jawab sang ibu tiri lembut.

Sang ayah berdecak. "Jangan berlebihan. Apanya yang mengagumkan? Seharusnya kau didik Ling Xi agar bisa maju seperti Xiu Ying. Pujianmu hanya akan membuatnya besar kepala dan semakin malas."

Ibu tirinya berusaha menenangkan suaminya, namun sang ayah bergegas pergi meninggalkan Ling Xi dan istrinya tersebut.

"Aku permisi, mau menemui Jian Li di taman belakang." Ling Xi ikut berpamitan pada ibu tirinya setelah ayahnya pergi. Ibu tirinya mengangguk seraya tersenyum amat manis.

Setelah punggung Ling Xi hilang di balik pembatas, pelayan setia sang nyonya langsung bersuara, "Nyonya Luo, anda sungguh mengagumkan."

Luo menyahut, "Kau mengerti rupanya apa yang mengagumkan." Senyum miring terlukis di bibirnya saat ia menyerahkan gulungan lukisan milik Ling Xi pada pelayannya.

"Nyonya, lukisan ini mau diapakan?"

"Buang saja. Kau dengar sendiri tadi, suamiku tidak sudi melihatnya." Luo menepuk-nepuk telapak tangannya, seakan-akan baru saja memegang debu kotoran. Sandiwara menjadi ibu tiri yang penuh pengertian betapa mengagumkan.

Sementara pelayan pribadi Luo memegang lukisan Ling Xi tak jauh berbeda dengan sang majikan. Seperti sedang memegang kotoraan,

...****...

"Jian Li!" seru Ling Xi ketika langkahnya menginjak paviliun bambu di taman belakang.

Jian Li menoleh, menyambut sekenanya. "Ling Xi, duduklah di sini. Kudengar kau akan membawa kecapi?"

"Maaf sudah menunggu lama, kau datang tidak mengabarkan terlebih dahulu padaku." kata Ling Xi duduk di samping Jian Li.

"Tidak apa-apa." Jian Li kembali menatap ke arah Xiu Ying yang tengah memetik guqin di sisi kolam teratai. Melodi yang mengalir dari jemarinya sungguh merdu, bagai air terjun yang mengalir menuruni tebing. Orang yang melihatnya pasti terpukau.

Ling Xi melihat pandangan mata Jian Li begitu penuh kekaguman terhadap Xiu Ying. "Kak Xiu Ying memang hebat, bisa ini itu. Dan ia juga sangat cantik." Seru Ling Xi.

"Iya, sangat cantik...Tidak," potong Jian Li segera. "Ia memang hebat dan juga cantik. Aku datang ke sini karena ada yang mau aku sampaikan padamu. Untuk beberapa saat ke depan, aku akan sibuk. Ada kepentingan di keluargaku."

Belum sempat Ling Xi membalas, Xiu Ying yang telah selesai dengan musiknya bangkit dan berjalan menghampiri mereka.

"Adik-adikku, bagaimana jika kita bermain bersama?" tawar Xiu Ying dengan senyum cerah. "Kakak akan menari. Ling Xi, kau bisa memainkan kecapi yang kau bawa. Sedangkan Jian Li, kau menjadi penonton setia kami."

"Tapi Kak, aku hanya bisa memainkan lagu rakyat yang sederhana. Itu tidak sebanding dengan tarian Kakak yang elegan."

"Tidak masalah, aku akan mengikutimu."

Kekaguman Jian Li kian membesar melihat bagaimana Xiu Ying begitu mendukung Ling Xi, alih-alih meremehkan musik yang berbeda. Ling Xi mulai memetik dawai kecapinya. Alunan lagu rakyat yang sederhana namun penuh makna memenuhi taman.

Xiu Ying mulai menari. Gerakan-gerakannya mengalir lincah dan bersemangat mengikuti irama kecapi Ling Xi. Ia tidak lagi menari tarian istana yang anggun, tapi tarian bebas yang energik.

Pandangan Jian Li kembali terpaku pada Xiu Ying. Ling Xi melirik Jian Li, yang matanya tidak berkedip sedikit pun. Jari-jemari Ling Xi tetap memetik dawai, tapi alunan yang keluar kini sedikit sumbang karena suasana hatinya panas.

Jian Li tidak melihatku, ia hanya melihat Kak Xiu Ying. Gumam Ling Xi dalam hati.

Seandainya saja saat ini ia yang menari dan Xiu Ying yang memainkan musik, Ling Xi yakin seratus persen Jian Li tetap akan memandang Xiu Ying. Ling Xi terngiang-ngiang kembali perkataan A Mei padanya.

Jika perkataan A Mei benar, lalu mengapa Jian Li malah memilihku menjadi kekasihnya? Ini tidak bisa dibiarkan.

"Ling Xi, kenapa berhenti?" tanya Xiu Ying karena Ling Xi tiba-tiba berhenti memainkan kecapi.

Ling Xi tidak menjawab. Ia hanya menunduk sembari memegangi kepalanya. Lalu...

Bruk!

Ling Xi ambruk. Tubuhnya tergeletak lemas, sepertinya pingsan tak sadarkan diri. Xiu Ying dan Jian Li segera menghampirinya. Wajah Xiu Ying dipenuhi cemas, lalu ia meminta Jian Li untuk membopong Ling Xi ke kamarnya.

Saat Jian Li membopong tubuh Ling Xi, Xiu Ying mengikuti di belakang. Matanya menangkap sekilas kelopak mata Ling Xi yang terbuka, mengintip wajah Jian Li. Senyum tipis terukir di bibir Xiu Ying. Oh, ternyata dia hanya pura-pura, batinnya. Ia pun bersiap untuk memainkan perannya dalam sandiwara ini.

Ketika sampai di kamar, tubuh Ling Xi dibaringkan diatas tempat tidur. Jian Li mencoba membangunkannya dengan menepuk-nepuk pipi Ling Xi perlahan. "Ling Xi, bangunlah. Apa yang terjadi?" Suara Jian Li terdengar penuh kekhawatiran.

Melihat itu, Xiu Ying langsung berujar ke pelayan pribadi Ling Xi.

"A Mei, tolong panggilkan tabib keluarga."

Ling Xi langsung menegang.

.

.

.

Bersambung.

1
〈⎳ FT. Zira
berani gak ngambil sendiri paduka/Joyful//Joyful//Facepalm//Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
negosiasi dulu ya Ling/Facepalm//Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
kaisar kalah telak/Facepalm//Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
kaisar model gini sulitnya melebihi kode cewe gak sih/Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
siap siap cingta dateng yaa/Proud/
Muliana
walaupun gemetar, tapi masih saja mau /Grin//Grin/
Muliana
Kepala pelayan aja, takut /Proud/
Muliana
Beruntung kamu bisa mendengar isi hati orang, jadi sedikit banyak bisa menolong mereka
Biduri 🎖️
jadi nau ngobrak ngabrik dada gtu 😂
nowitsrain
/Facepalm//Facepalm/
aleena
hahaha walaupun gemetar.ttep menjawab
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Dewi Payang
jadi ingat nontin ikln film, rajanya dikit² bunuh owrempuan yg di suruh masuk ke tempatnya, ada satu cewe dari jaman modern yg trnamjgrasi ke jaman Kuno, dia bisa dengar apa yg ada dalan fikiran tu raja, jadi selamtlah dia swperti Ling Xi ini, juga dua perempuan yg masuk bersama dg dia.
Dewi Payang: Ya donk kak, siapa dulu authornya...❤️
Muliana: hihi, iya ...
kayak gak asing gitu, tapi author hebat, bisa mengambil celah, untuk dimasukkan ke novelnya /Heart/
total 9 replies
Dewi Payang
Wajah bertopengnya oasti tampan....
Zenun: yuhuuuu
total 1 replies
Dewi Payang
Kaisarnya Beda memang, biasanya sayembara mencari suami.....🤭
Zenun: ehehehe
total 1 replies
nowitsrain
Hayo, apa hayoo. Ada apa dengan nama Ling Xi
Zenun: hayolooo
total 1 replies
Biduri 🎖️
berani jg kau main-main sm kaisar 🤣
Zenun: beraninya dia ngumpetin pedang Kaisar 😁
total 1 replies
Biduri 🎖️
Oalah kirain berani buka wkkw
Biduri 🎖️
apa tuh
aleena
heemm
Luka api
pasti panas dan sakit
Zenun: pastinya
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
ini namanya kode wanita/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!