Yuan Sheng, kultivator terkuat yang pernah ada, bosan dengan puncak kesuksesan yang hampa. Tak ada tantangan, tak ada saingan. Kehidupannya yang abadi terasa seperti penjara emas. Maka, ia memilih jalan yang tak terduga: reinkarnasi, bukan ke dunia kultivasi yang familiar, melainkan ke Bumi, dunia modern yang penuh misteri dan tantangan tak terduga! Saksikan petualangan epik Yuan Sheng saat ia memulai perjalanan baru, menukar pedang dan jubahnya dengan teknologi dan dinamika kehidupan manusia. Mampukah ia menaklukkan dunia yang sama sekali berbeda ini? Kejutan demi kejutan menanti dalam kisah penuh aksi, intrik, dan transformasi luar biasa ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wibuu Sejatii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1.8 : Mengajarkan Teknik Jarum akupuntur 18 Jalan menuju ke langit
Wu Yuan yang baru saja membereskan dua orang bawahan Ho Koklai akhirnya menatap dingin Ho Koklai, hingga membuat tubuh Ho Koklai menggigil ketakutan.
Semua murid yang berada di dalam kelas terkejut melihat kejadian itu, mereka tidak menyangka kalau Wu Yuan memiliki kekuatan yang sangat mengerikan bagi mereka.
“Bagaimana Wu Yuan menjadi begitu kuat?”
“Aku juga heran, biasanya Wu Yuan sangat kalem, kenapa hari ini dia tampaknya sangat berbeda.”
Bahkan beberapa murid wanita menjadi lebih memujanya.
“Wuihh… Wu Yuan memang pria pujaan ku, dia bukan saja pria yang memiliki otak yang encer, tapi dia juga adalah pria yang kuat, aku sangat mencintai mu Wu Yuan.”
“Wu Yuan aku bersedia menjadi istrimu.”
Baru saja Wu Yuan akan bertindak, tiba-tiba dari pintu kelas, masuk seorang guru wanita tua memakai kacamata berumur sekitar lima puluhan tahun, yang merupakan seorang guru mata pelajaran sejarah.
Guru yang bernama Ibu Guru Fu Waning mengerutkan dahinya, karena melihat dua orang muridnya yang berbadan paling besar malah tergeletak di lantai dan berteriak kesakitan sambil memegangi tangannya.
“Kalian berdua, apa yang telah terjadi, mengapa kalian tergeletak di lantai, cepat berdiri…!!!”
Dua orang murid yang kesakitan sambil memegangi tangan itu berusaha berdiri dan memegangi tangan mereka dengan satu tangan yang lain, lalu sambil meringis kesakitan keduanya melaporkan perbuatan Wu Yuan.
“Bu guru, Wu Yuan telah memukul kami dan lihatlah, tangan kami bengkak, ini adalah perbuatan Wu Yuan.”
Mendengar keterangan itu, Guru Fu Waning menatap Wu Yuan dan ekspresinya sedikit heran, tapi baru saja dia akan memarahi Wu Yuan, banyak murid wanita yang menjadi saksi tadi langsung merespon, mereka berteriak dan memarahi dua orang murid itu dan melaporkan kejadian yang sesungguhnya kepada Guru Fu Waning.
“Bu Guru, Wu Yuan tidak bersalah, kedua orang itulah yang bersalah, mereka berdua diperintahkan oleh Ho Koklai untuk melukai Wu Yuan, untung saja Wu Yuan bisa membela diri, dia menahan pukulan kedua orang itu dan membuat keduanya kesakitan.”
Guru Fu Waning menatap Ho Koklai, Ho Koklai yang mendengar tuduhan para gadis di kelasnya tidak berani menatap wajah Ibu Guru, dia hanya bisa menundukkan kepalanya, dan di dalam hati, dia mengutuk para gadis di kelasnya.
“Sialan para gadis-gadis itu, awas saja mereka, aku akan membuat perhitungan dengan mereka.”
“Ho Koklai…!!! Apakah yang dikatakan oleh teman-temanmu itu adalah benar…!!”
Ho Koklai tidak berani menjawab pertanyaan gurunya, dan gurunya lalu menatap dua orang yang masih meringis kesakitan.
“Hei… Kalian berdua… Apakah benar yang dikatakan para murid wanita itu…!!!”
Kedua orang murid yang merupakan anggota dari Ho Koklai juga tidak berani menjawab pertanyaan guru mereka, hingga membuat Guru Fu Waning menjadi berang.
“Kalian, pergi ke kantor guru, aku akan mengurus kalian terlebih dahulu…!!!”
Ibu Guru Fu Waning akhirnya menggiring ketiga murid nakal itu menuju kantor kepala sekolah. Setelah itu dia melaporkan perbuatan ketiganya kepada kepala sekolah, kepala sekolah menatap Guru Fu Waning dan menganggukkan kepala, lalu berkata.
“Ibu Fu Waning silahkan kembali ke kelas, biar aku yang mengurus ketiga siswa nakal ini.”
“Baik pak, saya permisi.”
Di ruang kepala sekolah, Ho Koklai dimarahi oleh kepala sekolah, kepala sekolah yang bernama Chong Xhu adalah paman dari Tuan Muda Chong Kaisan, akhirnya Ho Koklai mengatakan yang sebenarnya kepada kepala sekolah bahwa perbuatannya adalah atas suruhan dari Tuan Muda Chong Kaisan.
Kepala sekolah Chong Xhu akhirnya hanya bisa menggerutu, karena Chong Kaisan adalah anak dari abang sepupunya.
“Sialan..!! Dasar Kaisan anak bengal.” Kepala sekolah menatap ketiganya lagi dan memerintahkan ketiganya untuk berdiri di tengah lapangan olahraga, namun memberi perintah tambahan.
“Kalian berdua pergi ke ruang perawatan luka dan obati luka kalian, sedangkan kamu Ho Koklai, kamu berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran berakhir.”
Ho Koklai tidak berani membantah perintah dari kepala sekolah, bagaimanapun juga kepala sekolah adalah paman dari Tuan Muda Chong Kaisan.
Setelah pulang sekolah, Wu Yuan dengan santai seperti tidak merasa bersalah berjalan menuju pintu gerbang sekolah untuk menunggu Tabib Lo Jing. Tapi baru saja dia sampai di pintu gerbang sekolah, Tabib Lo Jing segera memanggilnya.
“Tuan Muda Wu Yuan.”
“Ehh… Ya Tabib Lo Jing, mari kita pergi ke tempatmu.”
“Mari mari Tuan Muda Wu Yuan.”
Tabib Lo Jing membawa Wu Yuan menuju ke sebuah mobil yang lumayan bagus, keduanyapun memasuki mobil dan pergi menuju ke tengah kota Fongkai.
Mobil berhenti di sebuah klinik yang diberi nama Klinik Tabib Lo Jing, klinik ini tampak ramai pengunjung. Luas bangunan klinik cukup lumayan, setara dengan dua ruko dijadikan satu, di dalamnya tertata dengan rapi berbagai tanaman herbal yang telah kering, di sana juga terdapat rak-rak laci yang penuh dengan berbagai tanaman herbal kering.
“Mari silahkan Tuan Muda masuk ke dalam klinik kecil ku.” Tabib Lo Jing membawa Wu Yuan memasuki kantornya dan menghidangkan teh terbaik untuk Wu Yuan.
“Guru, silahkan diminum tehnya.”
“Hmm… Klinikmu lumayan luas, tidak heran kamu menjadi tabib terbaik di kota Fongkai ini.”
“Tidak berani, tidak berani, murid tidak berani mengklaim sebagai tabib terbaik apalagi di sini ada Guru Wu Yuan.”
Tabib Lo Jing tidak berani menerima klaim itu karena di sini terdapat Wu Yuan, biasanya kalau terhadap orang lain, Tabib Lo Jing akan bangga ketika seseorang memujinya.
“Baiklah… coba kamu berikan kepada ku sebuah buku, agar aku bisa menuliskan teknik akupuntur Delapan Belas Jalan Menuju Langit.”
Tabib Lo Jing yang sudah mempersiapkan buku serta kuas dan tinta pun menyerahkannya kepada Wu Yuan.
“Ini guru, silahkan dilihat, apakah buku ini sesuai dan bisa digunakan?”
Wu Yuan menganggukkan kepalanya dan tersenyum, kemudian dia berkata.
“Baiklah, buku ini sangat bagus, tapi sebelumnya, aku ingin memintamu untuk menyediakan beberapa herbal untuk ku, apakah boleh?”
“Boleh boleh, silahkan guru catat di kertas putih ini, murid akan mengumpulkannya untuk guru.”
Kembali Tabib Lo Jing memberikan selembar kertas putih kepada Wu Yuan, tanpa malu-malu lagi, Wu Yuan menuliskan dua puluh lima macam resep obat herbal.
“Tolong kamu kumpulkan semua bahan obat ini, dan aku akan menuliskan buku ini.”
“Baik guru, silahkan, murid akan pergi mengumpulkan bahan herbal yang guru inginkan.”
Tabib Lo Jing akhirnya keluar dari kantornya dan memanggil karyawannya untuk mengumpulkan semua bahan yang diminta oleh Wu Yuan, karena semua bahannya adalah bahan umum, hanya ada lima bahan yang sedikit langka, dan semuanya tersedia di kliniknya, maka itu Tabib Lo Jing segera memerintahkan anggotanya untuk mengambilkan bahan herbal itu.
Setelah melihat Tabib Lo Jing pergi, Wu Yuan menuliskan buku tentang jarum akupuntur, teknik Delapan Belas Jalan Menuju Langit. Wu Yuan menjelaskan secara detail semua tata cara penusukan dan juga nama-nama titik akupunturnya di buku tersebut.
Bagi Wu Yuan, teknik ini adalah teknik biasa, dia masih memiliki ratusan teknik yang lebih ampuh daripada teknik milik Dewa Tianxhi. Saat ini, Wu Yuan sendiri tidak tahu, kenapa dia memiliki pengetahuan-pengetahuan tingkat tinggi, karena ingatannya telah tersegel kembali.
Wu Yuan hanya tahu, bahwa di dalam kepalanya telah memiliki ingatan tentang segala macam seni kultivasi, seni pembuatan jimat dan formasi, seni alkemis dan tabib juga seni penempaan senjata. Dia tidak tahu ingatan ini datang dari mana, yang penting saat ini baginya adalah meningkatkan kekuatan kultivasinya.
Saat ini tubuh Wu Yuan juga telah sedikit berbeda, biasanya memang putih kulitnya, tapi kini kulit Wu Yuan tampak lebih putih dan bersinar, juga dia merasa tubuhnya menjadi energik dan tidak mudah lelah, pikirannya juga bertambah baik, baik dalam segi ingatan dan segi menyimpulkan permasalahan.
Setelah membuat buku tentang tusuk jarum akupuntur, Wu Yuan akhirnya terduduk sambil menyesap teh yang disediakan oleh Tabib Lo Jing. Pembuatan buku teknik akupuntur Delapan Belas Jalan Menuju Langit, Wu Yuan hanya membutuhkan waktu satu jam saja. Padahal dia harus melukis tubuh manusia, agar dia bisa memberikan penjelasan yang akurat di dalam bukunya.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya Tabib Lo Jing masuk sambil menenteng sebuah tas yang lumayan besar, tas itu berisi obat herbal yang dipesan Wu Yuan.
“Guru… Apakah saya mengganggu?”
Tabib Lo Jing sangat sopan ketika memasuki ruangannya sendiri karena saat itu di ruangannya terdapat Wu Yuan.
“Tidak… Tidak… Bukunya telah selesai kubuatkan, silahkan kamu lihat, bila ada yang tidak dimengerti, beritahu saya, agar saya bisa memberikan penjelasan.”
Wu Yuan berkata sambil memberikan buku yang telah dibuatnya untuk Tabib Lo Jing, bagaimanapun juga dia ingin ilmu pengobatannya bisa ditularkan kepada orang lain, agar orang lain dapat menyembuhkan orang yang sakit.
“Guru… Ini herbal pesanan guru, aku telah menyiapkan semuanya, coba guru periksa, apakah ada yang kurang?”
Tabib Lo Jing memberikan tas yang penuh dengan tanaman herbal berkualitas terbaik dari kliniknya.
Wu Yuan memeriksa tas yang diberikan oleh Tabib Lo Jing dengan antusias, karena dengan adanya tanaman herbal itu, dia memiliki keyakinan untuk meningkatkan kekuatannya. Begitu juga Tabib Lo Jing, dia juga langsung memeriksa buku yang telah dibuat oleh Wu Yuan untuknya, Tabib Lo Jing sangat bersemangat membuka buku tersebut dan membacanya dengan seksama serta sangat teliti. Wajah Tabib Lo Jing tampak sangat terharu karena sekarang dia bisa mempelajari seni akupuntur yang telah lama punah, tapi setelah beberapa saat membacanya, dahi Tabib Lo Jing berkerut, dia pun bertanya.
“Guru… Apakah aku bisa menggunakan teknik jarum akupuntur Delapan Belas Jalan Menuju Langit? Di sini guru menuliskan bahwa penggunaan jarum perak diharuskan orang yang memiliki energi spiritual di dalam tubuhnya.”
“Ohh…. Ya, di akhir buku aku juga telah menuliskan bagaimana cara mengumpulkan energi spiritual ke dalam tubuh, kamu bisa mempelajarinya dan mengumpulkan energi spiritual di dalam tubuhmu, kemudian kamu bisa gunakan untuk menyembuhkan pasien.”
“Wahhh…. Terimakasih guru… Terimakasih guru, aku akan mempelajarinya dengan baik dan tidak membuat guru malu.”
“Ya… Ya… Ya… Ngomong-ngomong, apakah di sini kamu memiliki tungku alkimia?”
“Ada guru, tapi aku tidak tahu apakah tungku itu memenuhi syarat guru atau tidak, aku juga tidak tahu.”
“Baik, mari kita lihat.”