NovelToon NovelToon
DENDAM GUNDIK

DENDAM GUNDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Kumpulan Cerita Horror / Dendam Kesumat / Balas dendam pengganti
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“ARRRGGGHHH! PANAAS! SAAKIIITT!”

Sekar Arum tak pernah membayangkan, setelah dipaksa menjadi gundik demi melunasi hutang orang tuanya, ia justru mengalami siksaan mengerikan dari para perempuan yang iri dan haus kuasa.

Namun, di saat dirinya berada di ambang hidup dan mati, sosok gaib mendekatinya—seorang sinden dari masa lalu yang menyimpan dendam serupa.

Arum akhirnya kembali dan menggemparkan semua orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia kembali dengan membawa semua dendam untuk dibalas hingga tuntas.

Namun, mampukah Sekar Arum menumbangkan musuhnya yang memiliki kuasa?

Atau justru ia akan kembali terjerat dalam luka dan nestapa yang lebih dalam dari sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DG 8

10 tahun silam.

Langit pekat di malam itu gelap menggantung tanpa bulan. Sesekali cahaya kilat memancar tanpa suara, seolah turut menunjukkan amarah atas kejadian keji yang terjadi di tepi Danau Wening Ilang.

Tubuh Larasmi, wanita muda dengan perut buncit yang tengah mengandung enam bulan, hasil benih Juragan Karta—diseret kasar dari kereta kuda tua. Pakaiannya compang-camping, rambut panjangnya acak-acakan, dan darah mengering di pelipisnya. Napas gundik istimewa Juragan masih tersisa, meski sangat lemah.

“Buang dia sekarang sebelum orang-orang tau! Pastikan tubuhnya tak bisa timbul ke permukaan air!” bentak Nyai Lastri dari atas kereta, matanya menyala benci. “Hapus semua jejaknya!”

Madun, sang ajudan setia—mengangkat tubuh Larasmi, menyeretnya ke tepian danau. Lalu, dengan bersusah payah ia mengambil batu berukuran sangat besar, mengikatnya dengan kain jarik ke tubuh belakang Larasmi. Kemudian tanpa ragu, ia mendorong tubuh lemah itu ke air danau yang dingin.

BYUR!

Tubuh itu tak segera tenggelam. Larasmi mengambang sesaat, menggeliat dalam sisa kesadarannya. Matanya menatap ke langit malam yang tak berbintang.

Darah segar rembes dari celah area sensitif nya. Ia mengejan, mengeluarkan janin yang belum waktunya lahir.

Dengan suara parau dan penuh murka, ia mengangkat tangan ke langit.

“Demi darah yang mengalir dari rahimku, demi bayiku yang mati tak berdosa—aku bersumpah ... mata dibayar mata ... gigi dibayar gigi, dan ... darah dibayar darah ... Kalian semua—yang menyaksikan dan membiarkan malam ini terjadi, akan ku buat merangkak di ujung ajal!”

Setelah kata-kata kutukan itu keluar, kilat langsung menyambar salah satu pepohonan hingga ambruk.

Madun berlari tergesa-gesa ke kereta kuda, dan memacunya dengan cepat pula.

Tubuh Larasmi pun terhisap ke dalam danau, diiringi kabut dingin yang menjalar ke daratan. Dan sejak malam itulah, rumah besar Juragan Karta tak pernah benar-benar tenang.

.

.

Beberapa Hari Setelah Kematian Larasmi, Nyai Lastri sering menjerit di tengah malam. Tubuhnya berkeringat dingin saat terbangun dari mimpi buruk. Kadang ia melihat bayangan perempuan berambut panjang duduk di sudut kamar. Kadang terdengar suara gamelan mengalun lirih dari halaman belakang, padahal tak ada siapa pun di sana.

Madun—pelayan setianya—berusaha menenangkan, tapi teror itu semakin menjadi. Cermin-cermin pecah sendiri, lampu minyak menyala lalu padam, dan ayam-ayam mati dengan leher terpuntir.

Akhirnya, dengan panik, Nyai Lastri memerintahkan Madun, “cari dukun sakti! Aku tak mau rumah ini menjadi rumah berhantu!”

Madun pun pergi, menyusuri desa-desa terpencil hingga akhirnya kembali dengan seorang pria tua berpakaian serba hitam yang memiliki sorot mata menyeramkan, yakni ; Mbah Sosro.

.

.

Di malam Jumat Kliwon berikutnya, di gudang tua tempat Larasmi pernah disiksa, Mbah Sosro melakukan ritual pemanggilan dan penyegelan. Sebuah lingkaran dari darah ayam cemani dibentuk di tengah ruangan. Di dalam lingkaran, ia menempatkan selendang bekas Larasmi, serpihan rambutnya, tusuk konde favoritnya dan sebuah cermin kecil berbingkai emas.

Mbah Sosro duduk bersila, membaca mantra-mantra dalam bahasa Kawi yang kuno.

Udara di dalam gudang mendadak dingin, pelita bergetar seperti hendak padam. Dan tiba-tiba, dari dalam cermin, muncul bayangan wajah Larasmi. Wajahnya pucat, namun matanya membara.

“Jangan ikut campur urusan ku dengan para iblis itu, atau kau akan menyesal ...!” peringat Larasmi dengan suara lirih dan mata penuh amarah.

Mbah Sosro menggertakkan gigi. Ia menghentak cermin ke tanah, meletakkan tusuk konde ke dalam bokor, lalu menancapkan keris kecil ke tengah lingkaran darah. Seketika, Larasmi mengerang, merintih kesakitan. Bayangannya di dalam cermin keluar, tersedot cepat masuk ke dalam tusuk konde di dalam bokor. Tentunya diiringi dengan jeritan menyayat hati.

Ritual pun akhirnya selesai. Bokor itu diikat dan disegel dengan mantra dan selendang hijau milik Larasmi.

“Di mana jasadnya?” tanya Mbah Sosro, suaranya berat seperti desir angin yang mengangkut kabut malam.

Madun menoleh ke arah Nyai Lastri. Tatapannya meminta kepastian. Nyai mengangguk pelan—tanda agar ia menjawab sejujurnya, tak perlu menyembunyikan apa pun lagi.

“Kuceburi ke Danau Wening Ilang, Mbah ...,” jawab Madun, setengah berbisik. “Memangnya kenapa?”

Mbah Sosro tak menjawab langsung. Ia hanya menyerahkan bokor berisi roh Larasmi pada Madun. “Ceburkan ini juga. Letakkan tak jauh dari sisi jasadnya. Jangan tanya kenapa—itu sudah syaratnya.”

Nyai Lastri menggigit bibir. Gelisah masih mencengkram hatinya. “Tapi sekarang ... semuanya sudah benar-benar aman, kan, Mbah?”

“Selama bokor ini tidak dibuka atau disentuh oleh gadis perawan yang bernasib sama dengannya, kau akan terus aman. Mengantar roh yang penuh dendam ke alam baka, bukanlah bidang ku. Aku hanya membantu menyegel dan melemahkan sosok itu. Tak bisa membinasakan.” Gumam Mbah Sosro dengan tangan menengadah—meminta imbalannya. “Dan sekarang ... titahkan pada kacungmu untuk menurunkan kayu balok yang akan ia hantam ke belakang kepala ku. Atau, kalian akan benar-benar menyesal.”

Mbah Sosro memberi peringatan dengan sorot mata tajam.

Nyai dan Madun serentak mengerjap. Dengan wajah masam, Nyai Lastri menggeleng pelan ke arah Madun yang sebelumnya sudah diberi perintah untuk menghabisi nyawa Mbah Sosro begitu ritual selesai.

Begitu Mbah Sosro diantar pulang, Nyai Lastri memanggil Madun. Memberinya sebuah perintah.

“Awasi danau itu, Madun. Pastikan tak ada satupun orang yang menjangkaunya. Jika siapapun berani mendekat ... bahkan sampai main di danau itu—habisi saja nyawanya.”

Dan semenjak perintah itu diucapkan, anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sering bermain dan berenang di danau—satu per satu mulai menghilang tanpa jejak. Dalam sekejap, danau itu jadi momok yang ditakuti.

Orang-orang tua percaya, danau itu bukanlah sembarangan danau. Di bawah permukaan airnya, ada dunia lain—dunia yang tidak bisa dijangkau oleh manusia biasa. Meskipun mereka tak benar-benar tau, bahwa orang-orang yang menghilang tiba-tiba itu, semuanya disingkirkan Madun atas perintah Nyai Lastri.

.

.

.

“Siapa sosok perempuan itu? Dan, apa hubungannya dengan kalian berdua?”

*

*

*

1
Sayur segar
kakak author libur ya? aku menunggu dirimu kakak, dimana kah dirimu kakakuuu
Siti Yatmi
junn...suka ya ama arummm ..cieee .salting
vj'z tri
belum beraksi Mpok dah keluar ajj kasih ultimatum 🤭🤭🤭🤭🤭
💕Bunda Iin💕
ini mpo nya junaidi ganggu aj ya😁wong ade nya lgi berusaha jg🤭
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
hahahahaha.. ketawanya nular 😂😂
Mba Ayuu
kayanya udah diambil ngga sih sama Arum waktu itu🥰
Sayur segar
pakai insting alami mbah 🤣
💕Bunda Iin💕: karna cuaca + suasana mendukung😁
total 1 replies
Sayur segar
bener tebakan kami para pembaca budiman 😆
💕Bunda Iin💕: junaudin😂
total 1 replies
istianah istianah
yg di ajak omong si arum ,tapi yg mendengarkan larasmi,😅😅😅😅
istianah istianah
owalah jun" pg tekat mni santek mok intili wong 2 kae ,lawong podo jahate wong 2kae ,nekat mok parani jun"😱😱
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
walah emg bokor nya di ambil ma arum org arum aja tiba2 di pingir danau abis pingsan ya kan
ku rasa bokor itu masih di dasae danau deh
Yuli a
/Joyful//Curse//Joyful//Curse//Joyful//Joyful//Curse//Curse//Joyful/ bokornya udah dihancurin kali ya... atau masih ada di dasar danau dan sulit untuk dijangkau....

atau tusuk konde ya udah nggak ada di dalam bokor lagi...???
💕Bunda Iin💕
jgn sampai ketauan klo itu benar si junaidi
💕Bunda Iin💕
kowe yg mampus madun😡😡😡
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
jun ya
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣selamat mencari harta Karun terpendam dendam nyai ingat harus yang asli gak bisa tipu tipu
Mba Ayuu
bener Arum harus hati-hati karna apess ngga ada di kalender
vj'z tri
mau ke Mbah Jambrong ta nyai 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sayur segar
tolong cabut nyawanya
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
dancukkk... jingan kw.. 🤣🤣🤣🤣

ehh kan si juanidin yg kena tusuk keris
klo sate tusuk daging kambing mah nyosss yaa kann 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!