NovelToon NovelToon
Surga Lain Pernikahanku

Surga Lain Pernikahanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

"Apa yang sebenarnya membuat Mas enggan menyentuhku? Mas bahkan selalu menghindar jika aku membicarakan hal itu. Apapun jawaban Mas, aku akan berusaha ikhlas. Setidaknya Mas bicara. Jangan diam seolah-olah hubungan kita itu normal seperti pasangan suami istri yang lain.”

Banyu mengangkat wajahnya. Tanpa bicara apapun, ia segera meraih jas yang ia letakkan di kursi makan lalu melangkah pergi meninggalkan Haura.

***
Pernikahan yang Haura harapkan bisa mendatangkan kebahagiaan itu nyatanya tidak seindah yang gadis itu harapkan. Banyu, lelaki yang enam bulan ini menjadi suaminya nyatanya masih enggan memberikan nafkah batin kepadanya. Lelaki itu terus menghindarinya jika gadis itu mengungkit masalah itu.
Tentu saja itu menjadi pertanyaan besar untuk Haura. Apalagi saat perdebatan mereka, Haura tidak sengaja menemukan sebuah kalung indah berinisial 'H'.

Apakah itu untuk dirinya? Atau apakah kalung itu menjadi jalan jawaban atas pertanyaan besarnya selama i

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LUNCH BOX YANG TAK DIINGINKAN

Matahari pagi menyelinap malu-malu ke arah dapur yang didominasi warna putih-cream tersebut, membuat suasana pagi terasa lebih tenang dan syahdu. Di dapur itulah Haura dengan senyum hangat serta mata penuh ketelitian sedang menghiasi bekal di lunch box. Sederhana sebenernya. Namun, sejak ia menikah tiga bulan yang lalu, membuat bekal lalu menghiasnya menjadi salah satu kegiatan favoritnya. 

“Mau dihias bagaimanapun, rasa makanannya sama saja. Kalau tidak lauknya keasinan ya nasinya yang kelembekan.” Banyu-sang suami muncul sambil memasang jam tangannya. 

Pria itu sudah berpenampilan rapi siap untuk pergi ke kantor.

Senyum Haura semakin sumringah menyadari kehadiran suaminya di ruang makan. Tidak adanya dinding pembatas antara dapur dan ruang makanan, membuat Haura leluasa memandangi suami tampannya itu.

“Hari ini aku buatin nasi daun jeruk dan ayam kalasan, Mas. Udah aku cicipin. Rasanya dijamin enak,” kata Haura dengan rasa bangga. 

Banyu-sang suami hanya tersenyum sinis. Matanya menatap Haura dengan kesan meremehkan. “Lidah kamu sama lidah saya itu berbeda. Enak di kamu belum tentu enak di saya.” Banyu kemudian duduk di kursi makan, siap-siap untuk menikmati kopi hitam yang selalu terhidang di meja makan setiap pagi. 

“Kali ini enggak, Mas. Aku jamin rasanya enak.” Haura masih memasang wajah yang begitu cerah. 

“Ya terserah kamu. Asal jangan paksa saya untuk bawa masakan aneh kamu itu ke kantor.” 

Bukan Haura namanya kalau langsung menyerah dengan beragam perkataan ketus dan penolakan Banyu. Wanita berambut hitam legam itu bahkan langsung membawa tas bekal yang sudah ia siapkan ke meja makan. Tepat di dekat Banyu.

Wanita itu hanya menampilkan cengiran khasnya saat tatapan tidak suka Banyu layangkan kepadanya. “Dibawa ya, Mas Airku. Kalau enggak dibawa aku laporin ke Mama Aliya,” ancam Haura membuat Banyu melotot kepadanya. 

“Jangan macam-macam ya kamu,” desis Banyu menatap Haura tajam. “Kamu seharusnya bersikap dewasa. Bukannya selalu mengadu kepada Mama.”

Haura mengangkat bahu tidak peduli. Meskipun setiap kata yang keluar dari mulut Banyu itu pedas untuk di dengar, Haura akan berusaha mengabaikan itu. Lagipula ia sendiri tidak mengerti mengapa Banyuadjie Nugraha yang terkenal pendiam dan dingin itu ternyata sangat cerewet saat bersamanya. Sifatnya berbanding terbalik dengan Banyu yang ada di kantor.

“Baru masalah bekal saja Mas langsung takut aku ngadu ke Mama. Bagaimana kalau aku ngadu ke Mama terkait kita yang belum pernah-”

“Jangan pernah ungkit itu, Haura!” Mata Banyu semakin menyorot tajam sosok Haura yang masih berdiri di dekatnya. Lelaki itu kemudian berdiri dengan rahang mengetat. Mulutnya terkatup.

“Mati kau, Haura! Kau sudah membuat air yang tenang mengeluarkan riaknya.” Batin Haura.

“Kamu pergi sendiri. Saya ada kerjaan pagi ini.” Banyu segera meraih tas bekal berwarna hitam itu. “Jangan pernah mengungkit masalah itu lagi. Seharusnya kamu tahu itu adalah masalah kamar kita. Berhenti bersikap kekanak-kanakan.” Pria itu langsung pergi meninggalkan Haura yang masih terdiam menyaksikan punggung tegap pria itu.

Sesaat kemudian tubuhnya luruh begitu saja di kursi makan. Satu tangannya mengepal di atas meja sementara tangan yang lainnya memukul-mukul dada yang begitu mencekik dirinya. Rasa sesak dan sakit itu sangat menyiksa dirinya. Ia mencoba untuk menahan air mata yang memaksa untuk keluar. 

Lalu ia segera mengangkat wajahnya, mengipas-ngipaskan matanya agar air mata itu tidak jadi keluar. “Ayo dong, Ra, kendalikan air matamu ini. Jangan sampai jebol. Sebentar lagi kamu harus ke kantor.” Sembari mengipas-ngipaskan tangannya ia juga mencoba mengatur napasnya.

Beberapa menit kemudian, saat ia merasa sudah lebih lega, ia segera beranjak berdiri. Namun, matanya tiba-tiba melihat gelas kopi yang yang hanya Banyu minum sedikit tadi. Lelaki itu tidak pernah menyisakan kopi seperti ini sebelumnya. Haura tahu perkataaannya itu membuat hati Banyu menjadi buruk. Akan tetapi, fakta bahwa ia belum pernah disentuh Banyu dan cibiran pria itu  yang mengatakan dirinya kekanak-kanakan membuat Haura sengaja membalas perkataan Banyu.

Tiba-tiba ponsel yang berada di saku apronnya bergetar. Haura segera meraih ponselnya itu. Sebuah pesan dari Ullya masuk.

Ra buruan datang. Tadi ada pesan dari Pak Daffa, katanya Pak Banyu minta laporan final Green House yang kemarin belum sempat kita selesaikan. 

Belum sempat Haura membalas, Ullya kembali mengirimkan pesan padanya.

Katanya ditunggu jam 10 ini.

Mata Haura reflek melihat jam dinding yang terpajang manis di ruang makan. Tinggal lima belas menit lagi sebelum jam kantor dimulai. Haura menghela napasnya. Pertengkaran kecil tadi pagi membuat Haura rasanya malas untuk bekerja. Apalagi ia harus berhadapan lagi dengan Banyu nanti di kantor. 

“Nasib… nasib. Dikira menikah dengan bos akan menyenangkan seperti di novel-novel atau drakor, ternyata aslinya tidak seindah itu.” Haura berjalan gontai menuju kamarnya. Membayangkan wajah kaku dan mata tajam Banyu membuat Haura seketika ingin menghilang dari bumi sejenak. 

“Semangat! Semangat Haura. Buktikan ke Mas Air kalau kamu bisa diandalkan dan dibanggakan.” Tiba-tiba suntikan semangat itu memasuki dirinya. “Pak Banyu yang terhormat, I'm coming!” 

...***...

Haura terus menunduk seolah lantai ruangan Banyu itu lebih menarik untuknya lihat. Ruangan yang rapi dengan aroma pinus itu seharusnya bisa menenangkan degup jantung Haura yang terus berirama tidak teratur sejak tadi. Air Conditioner yang membuat sejuk ruangan itu bahkan ikut serta membuat Haura panas dingin.

Di depannya Banyu memeriksa laporannya dari halaman per halaman dengan seksama. Sesekali Haura menatap Banyu yang raut wajahnya penuh keseriusan. Degup jantungnya semakin berdebar kencang. Jemarinya saling bertaut seakan sedang menyemangati satu sama lain.

“Kamu pikir rencana Green House ini hanya bercanda ya?” tanya Banyu dengan nada rendah. Namun, itulah yang membuat Haura semakin takut mengangkat wajahnya menatap Banyu langsung.

“Lihat saya, Haura.” Lagi, Banyu mengingatkan Haura dengan suara rendah tetapi begitu tegas. Pria itu kemudian menutup laporan Haura dengan kasar. 

“Kamu tahu kata hi-jau dalam proyek baru ini bukan hanya sekedar pelengkap agar klien tertarik. Itu adalah komitmen kita, Haura. Seharusnya kamu tahu branding hijau  yang yang kita tawarkan tidak sesederhana itu.”

Banyu melempar laporan itu ke hadapan Haura. “Mengapa zona resapan airnya kamu turunkan jadi 8%? Saya rasa kalau kamu tidak hanya sekedar ikut rapat tiga hari yang lalu, kamu seharusnya ingat bahwa RTH minimum di kawasan hijau yang menjadi syarat mutlak dari investor adalah 10% dari total lahan. Lalu kenapa sekarang jadi begini?” 

Sorot tajam mata Banyu membuat Haura rasanya ingin kabur. Bukan karena ia enggan bertanggungjawab dengan laporan yang memang ia buat tanpa diperiksa itu, tetapi karena ia tidak sanggup berdiri di depan Banyu dalam keadaan yang kurang baik seperti ini. Sisa pertengkaran kecil mereka tadi saja masih menyisakan rasa sakit di hatinya, kini cara pria itu menatapnya seakan siap menerkam Haura hidup-hidup. 

“Jawab saya, Haura! Jelaskan mengapa seperti ini? Laporan apa yang kamu buat? Atau kamu sebenarnya tidak bisa menangani proyek ini?” 

“Maaf, Pak. Salah saya yang tidak mengingat itu saat rapat.” 

Mata Banyu menatap Haura dengan penuh intimidasi. “Kalau kamu memang tidak bisa menangani proyek ini kamu bisa bilang sekarang, saya bisa menunjuk yang lain untuk menangani ini. Saya tidak mau kurang fokusnya kamu membuat proyek ini gagal total.”

Air mata Haura rasanya ingin segera keluar. Namun, itu tidak mungkin ia lakukan saat sedang bersama Banyu. 

Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Haura reflek menoleh ke belakang dan mendapati Hania sudah masuk ke ruangan Banyu. Masuknya Hania membuat suasana mencekam itu menjadi lebih lenggang. Seperti biasa, gaya anggun dan kalemnya Hania membuat suasana hati yang tadi emosi menjadi tenang.

“Ini laporan yang tadi Bapak minta. Sekalian saya lengkapkan dengan daftar biaya yang sudah saya koordinasikan dengan bagian keuangan.” Hania meletakkan laporan itu di meja Banyu lalu ia berdiri di samping Haura.

Banyu meraih dokumen tersebut. Pandangannya lalu tertuju kepada Haura yang masih menunduk. “Kamu bisa keluar, Haura. Saya tunggu revisinya sebelum jam makan siang.” 

Haura mengangkat wajahnya. Keputusan Banyu membuat wanita itu bisa bernapas lega. “Iya. Akan segera saya revisi, Pak.” Haura dengan sigap lalu mengambil alih laporannya dari meja Banyu. Saat matanya bertubrukan dengan mata Hania, dua sudut bibirnya tersenyum ramah. “Duluan ya, Han.” 

Hania tersenyum sembari mengangguk. Senyuman itu teramat menenangkan. Haura rasa kehadiran Hania yang disebut-sebut mampu menenangkan suasana itu benar adanya. Karena gadis berwajah teduh itu, kali ini ia bisa selamat dari amarah Banyu.

Baru saja ia keluar dari ruangan Banyu, Daffa-asisten Banyu tersenyum cerah padanya. Haura pun mengernyitkan dahi karena bingung. 

“Terima kasih ya, Ra.” 

“Terima kasih untuk apa?” tanya Haura heran. 

Daffa kemudian mengeluarkan sesuatu yang sangat Haura kenali. Itu tas bekal miliknya yang kemarin dibawa Banyu. Namun, mengapa ada pada Daffa?

“Ini lunch box yang kemarin.” Daffa menyerahkan tas bekal tersebut kepada Haura.

Haura terdiam. Ia mencoba mencerna kemungkinan yang menghantamnya kuat. “Maksud kamu, setiap hari Pak Banyu selalu memberikan bekal yang saya siapkan itu untuk kamu, ya?” tanya Haura berharap Daffa akan menggeleng cepat. 

Ia sangat berharap kemungkinan buruk itu segera ditepis Daffa. Meski kecil, setidaknya itu bisa membuatnya lega. Namun, pria di hadapannya justru menatapnya bingung. Rasanya Haura benar-benar ingin menghilang seketika.

"Apakah selama ini bekal yang aku siapkan memang selalu Daffa yang makan?" lirihnya dalam hati. Seketika hatinya berasa ditusuk dengan banyak jarum.

*

*

*

Karya baru untuk semangat baru. Terima kasih yang sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya :)

1
Teti Hayati
Gpp, asal si Hania jangan dibiarin menang... /Joyful/
Teti Hayati
Syafakillah ka...
Teti Hayati
Kasian Daffa... ayoolah cepet dibukakan matanya. Biar tau yg kebenaran bagaimana aslinya seorang Hania.
Kenapa Haura...?? yaa karena dia istrinya. lahh kamu siapa.. hanya masa lalu..
Teti Hayati
Good Job mas Air... jangan biarin celah sedikitpun.. Prioritas mu saat ini yaa istrimu, se-urgent apapun kerjaan usahakan gak menomorduakan Haura.
Pilihan yg tepat buat kembaliin projeknya Haura, dg begitu dia gak akan tantrum minta pindah departemen lagi. 😂
Satu buat Hania, emang enak. Udh ditolak terus Haura dipuji-puji lagi. makiin kebakaran gak tuuh... 😂😂
Ninik
wah ternyata hania diem2 licik jg ya mau JD pelakor dia
Teti Hayati
Basmi aja Raa...
kamu cantik jelas terlihat apa adanya.
sedangkan yg jadi bandingan kamu, cerdas kalem, tapi licik.. ada udangnya dibalik bakwan..
Teti Hayati
Khan khan.... mulai aneh2 ni cewek...
Teti Hayati
Nah lho.. khan ada bibit-bibit pelakoor...
gak kebayang gimana kalo Daffa tau tentang ini..
Gak dapet dua-duanya baru nyaho kamu Han.
Teti Hayati: Hayook lahh.. mending Ullya ..
biar nyahoo si Hania ni... 😂
Edelweis Namira: Kita jodohin ke Ullya aja, Kak
total 2 replies
Teti Hayati
Eiiih... ngapain mesti klarifikasi..?? penting bgt kah nama mu terlihat bersih dimata Banyu..??
Yang lain aja slow, ngapain km repot2 jelasin.. yaa kecuali km ada mksud lain..
maaf ya Han, sikap mu bikin saya su'udzon..
Edelweis Namira: Sabar Kak. Si Hania masih mode denial aja itu
total 1 replies
Teti Hayati
Lempar sini sebagian gpp Ra.. 😂
Edelweis Namira: harusnya sih gitu
total 1 replies
Teti Hayati
Rekomended... yuu baca..!!
Novel kedua yg aku baca setelah kemren Arsal-Ayra yg menguras esmosi... mari sekarang kita jadi saksi kisah Haura - Banyu akan bermuara dimana akhirnya. Karena pernihakan bukan berarti akhir kisah sepasang anak manusia. Jika bukan jodohnya mereka bisa saja berpisah, dan kembali mencari tulang pemilik tulang rusuk yang sesungguhnya. Jika sudah jodohnya, mungkin hanya maut yg memisahkan mereka di dunia.
Semangat ka... sukses selalu untuk karyanya.. ❤
Teti Hayati: Aamiin.. doa yg baik in syaaAllah kembali pada yg mendoakan...
Edelweis Namira: Kaaaak makasih banyak lho supportnya. Semoga segala kebaikan menghampiri kamu yaaa.
total 2 replies
Teti Hayati
Lanjuuuut kaka....
Teti Hayati
Kelamaan gamon sih.. jadinya fokus mu bukan ke istri..sampe hal kecil gini aja baru tau sekarang.
Berdoa aja, semoga Haura lupa sama ngambek dan traumanya..
Edelweis Namira: Wkwkwk. secuek itu emang dia.
total 1 replies
Teti Hayati
😂😂😂

Mahalan dikit napa, masa nyogok poligami cuma es kriim.. minimal nawarin saham ke..
Teti Hayati: Hayoook lahh, sampe kere pun gak apa.. biar gak berulah lagi...
Edelweis Namira: Nanti kita suruh Haura mintain uangnya Banyu aja yaaa
total 2 replies
Teti Hayati
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

Baru launching udh ketahuan sumber ghibahnya... anggota lain langsung pada ngaciiir kabuuuur ..
Edelweis Namira: hahahaha
total 1 replies
Teti Hayati
Ngalong up nya ka... 😁
makasih up langsung 2..
kalea rizuky
mending cerai ra laki bejat nganu la istri sebut cwek lain itu fatal lo jangan terbodohi
Teti Hayati
Jangan lupa doanya juga kencengin, karena harapanmu kayaknya terlalu berat..
Edelweis Namira: Iya emang /Proud/
total 1 replies
Teti Hayati
Waaah Kinan... 😂
Teti Hayati
😂😂😂
Good job Ra, saya dukung... ayooo buat Air semakin jatuh dalam penyesalan...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!