NovelToon NovelToon
Pertukaran Jiwa: CEO Kejam Menjadi Istri Teraniaya

Pertukaran Jiwa: CEO Kejam Menjadi Istri Teraniaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Romansa / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:49.6k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Rachel sering mendapatkan siksaan dan fitnah keji dari keluarga Salvador. Aiden yang merupakan suami Rachel turut ambil dalam kesengsaraan yang menimpanya.

Suatu hari ketika keduanya bertengkar hebat di bawah guyuran hujan badai, sebuah papan reklame tumbang menimpa mobil mereka. Begitu keduanya tersadar, jiwa mereka tertukar.

Jiwa Aiden yang terperangkap dalam tubuh Rachel membuatnya tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada sang istri selama tiga tahun ini. Begitu juga dengan Rachel, jadi mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh suaminya.

Ikuti keseruan kisah mereka yang bikin kalian kesal, tertawa, tegang, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Bab 29

Siapa sangka, Xavier dan Thomas benar-benar ikut duduk di meja yang sama bersama Rachel, Aiden, dan Maximilian. Situasi itu membuat Rachel seakan menelan duri dalam daging. Perutnya yang baru pulih dari rasa sakit mendadak terasa melilit kembali, kali ini bukan karena siklus bulanan, melainkan karena cemas.

Ia menggeser kakinya pelan di bawah meja, lalu menyenggol kaki Aiden dengan cukup keras. Sentuhan itu bukan lagi isyarat halus, tapi hampir seperti peringatan keras.

Aiden menoleh cepat, matanya menatap tajam, seakan bertanya, Ada apa lagi sekarang?

Tatapan Rachel membalas dengan lirikan ke kanan-kiri, penuh tekanan. Ia menggertakkan giginya pelan, berusaha menahan diri agar tidak bicara terbuka. Namun akhirnya ia menggerakkan bibirnya nyaris tanpa suara, "Usir temanmu, cepat! Nanti mereka bisa ngomong apa saja tentangmu di depan Maximilian."

Aiden berusaha tetap tenang, meski dadanya sedikit berdebar. Ia membalas dengan gerakan mulut yang nyaris tak terlihat. "Hei, sekarang ini kamu yang dikenal sama mereka. Masa aku yang harus suruh mereka pergi?"

Rachel mendengus dalam hati. Situasi ini baginya seperti bom waktu. Keringat dingin muncul di pelipisnya meski ruangan restoran itu terasa sejuk.

Maximilian yang duduk berseberangan rupanya tidak melewatkan perubahan kecil itu. Pria itu menatap dengan sorot tajam namun dingin, seperti sedang mengamati pasangan suami-istri keluarga Salvador.

"Kalian kenapa?" tanya Maximilian, nada suaranya datar tapi penuh selidik.

Rachel tercekat. Lidahnya mendadak kelu. Namun sebelum ia sempat membuka suara, Aiden tiba-tiba menjawab.

"E, itu …."

Rachel spontan melotot pada suaminya. Lebih tepatnya pada tubuh Aiden yang kini ditempatinya. Cara Aiden bicara barusan persis gaya perempuan, membuat situasi hampir terbongkar.

Untunglah Aiden cepat meralat dengan nada pria. "Rachel baru ingat kalau dia sudah punya janji," katanya lebih mantap, berusaha menutup celah.

"Oh begitu?" Maximilian mengangguk singkat. "Kalau begitu, kalian boleh pergi duluan."

Meskipun Maximilian mencoba terdengar biasa saja, sorot matanya jelas menyimpan kekecewaan sekaligus rasa curiga yang lebih tebal.

Tanpa membuang waktu, Aiden meraih tangan Rachel dan berdiri. Rachel pun segera menarik Xavier dan Thomas ikut bersamanya. Ia tak akan membiarkan Maximilian duduk berlama-lama dengan kedua sahabat lama itu. Jika terlalu lama, bisa saja banyak cerita masa lalu yang keluar tanpa filter.

Dari kursinya, Maximilian menatap punggung mereka yang menjauh. Matanya menyipit, pikirannya berputar cepat. "Ada sesuatu yang disembunyikan pasangan Salvador. Dan aku akan mencari tahu apa itu."

Dengan tenang, ia meraih ponsel di sakunya, lalu mengirim pesan singkat pada orang kepercayaannya. Perintahnya jelas.

[Gali informasi tentang Rachel sedalam-dalamnya.]

Begitu berada di luar restoran, Xavier menatap mereka bingung. "Kenapa kamu menarik tangan kita berdua?" tanyanya, nada suaranya masih penuh tanda tanya.

Rachel tersenyum canggung, lalu menoleh ke Aiden, seolah meminta bantuan. Namun Aiden hanya menatap lurus ke depannya, menyerahkan urusan pada Rachel. Akhirnya ia menarik napas panjang, mencoba menguasai keadaan.

"Aku mau minta tolong sama kalian," katanya pelan.

"Minta tolong apa?" Thomas ikut menimpali, wajahnya serius. Ia memang selalu siap jika menyangkut urusan sahabatnya.

Rachel diam sebentar. Aiden mendekat, lalu berbisik cepat di telinganya, "Katakan hadiah untuk Miss Martha."

Rachel segera mengulang, "Tolong kirimkan hadiah untuk Miss Martha. Hari ini ulang tahunnya yang ke-53."

Xavier dan Thomas saling pandang. Keduanya seperti terbawa ke masa lalu.

"Miss Martha? Guru TK kita dulu?" Xavier bersuara, matanya melebar. "Rupanya kamu masih menjalin hubungan dengan guru-guru kita sewaktu sekolah."

Rachel hampir saja menjawab spontan, namun lagi-lagi ia mendapat cubitan kecil di pahanya dari Aiden. Ia menahan rasa sakit itu sambil tersenyum kaku.

"Sebenarnya sudah lama tidak bertemu. Hanya saja belakangan ini aku sering kepikiran dia," kata Rachel penuh alasan.

Thomas menatap lekat, penuh selidik. "Apa kamu enggak bisa datang sendiri ke rumahnya?"

Rachel menggeleng, menurunkan suara agar terdengar meyakinkan. "Sebenarnya aku ingin. Tapi pekerjaanku sedang padat, dan aku masih harus rajin cek-up kesehatan. Jadi untuk saat ini aku titip lewat kalian saja."

Xavier mengangguk pelan, wajahnya melunak. "Baiklah. Kita akan antarkan kadomu ke Miss Martha." Nada suaranya tulus, tampak iba pada Rachel yang menurutnya sedang dalam kondisi rapuh.

Thomas tersenyum lebar, mencoba mencairkan suasana. "Tapi lain kali, kamu harus traktir kita. Anggap saja balasan kecil."

"Oke," jawab Aiden singkat, kali ini dengan nada serius yang membuat Thomas tertawa lepas.

Mereka akhirnya berpisah menuju mobil masing-masing. Rachel dan Aiden berjalan cepat menuju mobil hitam yang terparkir dekat pintu keluar restoran.

Sementara itu, Xavier dan Thomas harus berjalan agak jauh karena mobil mereka terparkir di sisi lain jalan. Dalam perjalanan, keduanya sempat bercakap-cakap.

"Apa aku bilang? Rachel sekarang terlihat berubah," ucap Xavier pelan, nada suaranya penuh keraguan.

"Benar," sahut Thomas, menatap ke arah Rachel yang semakin menjauh. "Aku baru sadar, pertemuan kemarin rasanya dingin sekali. Padahal dulu dia orangnya hangat, ramah, dan selalu bicara lembut. Sekarang seperti … ada yang berbeda."

Xavier mengangguk setuju. Perasaan aneh itu membuatnya makin penasaran.

Ada yang mereka tidak sadari, yaitu Maximilian ternyata ikut berjalan keluar beberapa menit kemudian. Ia berada cukup dekat untuk mendengar percakapan mereka. Kedua alisnya terangkat sedikit, ekspresi wajahnya tetap datar, tapi dalam hatinya muncul keyakinan. "Rupanya Rachel Salvador menyimpan sesuatu yang besar.'

Sementara itu, di kediaman Salvador, suasana sama sekali berbeda. Nenek Hilda duduk di kursi goyang tuanya, wajahnya serius. Di sampingnya, Hillary mondar-mandir tak sabar.

"Bagaimana, Grandma? Di mana Casandra sekarang?" tanya Hillary dengan nada mendesak.

"Saat ini Casandra berada di kaki bukit Greenwoody. Baru dua hari dia di sana," jawab Nenek Hilda perlahan, suaranya dalam.

Hillary terbelalak. "Greenwoody? Itu jauh sekali! Perjalanan darat butuh lima jam."

"Sebaiknya kita berangkat sekarang, agar sampai sebelum malam," kata Nenek Hilda tegas, matanya menyorot tajam.

"Baiklah!" Hillary langsung berlari ke kamarnya untuk bersiap. Jantungnya berdetak cepat, antara takut dan penuh harap.

Di benaknya hanya ada satu keinginan: melihat Aiden kembali seperti dulu. Pria yanh dingin, acuh, dan selalu memihaknya. Beberapa hari terakhir ia merasa hidup bagai neraka. Rachel yang dulu mudah diinjak, kini justru mendapat perhatian penuh dari Aiden.

Hillary mengepalkan tangannya kuat. "Aku akan buat Aiden lepas dari Rachel. Aku akan pastikan Rachel tidak lagi berada di sisinya."

Nenek Hilda yang menatap ke arah jendela pun menggumam pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri, "Casandra satu-satunya harapan. Kalau benar Rachel menggunakan ilmu hitam, hanya Casandra yang bisa menghapus pengaruhnya."

1
Aisyah Suyuti
menarik
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak santi smg kak santi slalu sehat
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali 👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
semoga lekas sembuh kak 🙏
Hasanah Purwokerto
Smg lekas sembuh kakak,,semañgat sehat...💪💪💪💪
Annie Tandaua
semoga cepat pulih Thor..
Nar Sih
ya allah ,semoga cpt sembuh kak
Etty Rohaeti
lekas pulih kembali kak
Sukhana Ana lestari
Cepat sehat ttp semangat othorkuh.. 😘😘😘😘😘😘
Sukhana Ana lestari
Syafakallaahu La ba'san thohuroo In Syaa Allaah Aamiin 🤲..💪💪💪😘😘😘
Ita rahmawati
selalu menunggu thor dn semoga cepet sehat ya 🤗🤗
Marya Dina
semoga lekas sembuh thor sehat seperti sedia kala..

ttp semangattt d
Koesbandiana
syafakillah Mak Santi suki...😘
Cindy
semoga cepet sehat lagi kak
EkaYulianti
semoga cepat sembuh
Esther Lestari
semoga cepat sehat kembali
sabar menunggu update nya
Tutuk Isnawati
lekas sehat thor
Sumiati Babel
semoga cepat sembuh dan melanjutan episode selanjutnya ditunggu...
sryharty
semoga cepet sehat lagi ya ka,,
Semangatt
Tasmiyati Yati
kalau rahasia mereka terbongkar oleh Casandra malah membuat kelakuan hilary jadi ketahuan ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!