Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
"Aku akan menghukummu dengan sebuah pernikahan. Akan kubuat hari-harimu seperti berada di dalam neraka" ucap Axel.
"Hari-hariku seperti di neraka sejak aku menikahi pria kejam itu" Shapire mencoba menahan air mata yang sejak tadi berontak ingin keluar dari tempatnya.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Martin merutuki kebodohannya yang tidak sempat bercermin sehingga ia tidak melihat apabila bekas lipstik Ratu tertinggal di bibirnya. Martin bergegas menghapus bekas lipstik yang menempel, namun ia masih belum menjawab pertanyaan Axel.
"Kau mencium seseorang Martin? Tidak mungkin kau memakai lipstik kan? Dan tidak mungkin juga kau mencium pelayan di rumahku." Axel memicingkan kedua matanya menatap asisten sekaligus sahabatnya ini dengan tatapan curiga. "Kau mencium Ratu Adhitama, Martin?"
"Mengapa kau berpikiran seperti itu?" tanya Martin langsung dengan cepat menyalakan mesin mobilnya.
Kendaraan beroda empat itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Axel. Martin tidak bisa lepas dari pertanyaan Axel, ingin rasanya ia melarikan diri karena ketahuan olehnya.
"Hanya Ratu satu-satunya wanita single yang hadir semalam, wah! Aku masih tidak menyangka kalian berciuman ketika aku menunggumu" Axel tersenyum menyeringai.
"Maafkan aku, Tuan!" ucap Martin.
"Tidak masalah, kau seorang pria. Kau pasti membutuhkan wanita disisimu."
Martin merasa lega Axel tidak marah dengannya, pengaruh Shapire sangat kuat. Pria menyebalkan ini sudah tidak sering marah-marah lagi, ia kini bersikap lebih tenang. Seolah harinya yang kelabu kini sudah berwarna. Apa ini yang dinamakan the power of love?
"Jangan lupa juga Martin kau masih berhutang kesalahan padaku!" ucap Axel dengan sorot mata tajam.
"Kesalahan apa? Aku tidak paham." Baru saja ia merasa lega Axel tidak mempermasalahkan kejadian tadi pagi, namun Axel malah mengingatkan dosa lainnya. Martin mengkerutkan keningnya mengingat kesalahan apa yang ia perbuat.
"Kau menerima investasi onta sialan itu! Kau tahu aku tidak ingin berurusan dengannya, aku tidak bisa membunuh pria yang berusaha mendekati istriku karena aku memiliki hutang budi dengannya," cerocos Axel kembali kesal apabila mengingat Felix.
"Maafkan aku lupa apabila kalian sekarang seperti kucing dan anjing," ejek Martin.
Martin tersenyum sinis, "Kau masih menyimpan dendam itu? Aku tidak tahu kalau kau masih mengingatnya."
Axel memandang Martin dengan mata tajam, "Aku tidak akan pernah melupakan kesalahanmu itu. Kau tahu betapa sulitnya aku menghadapi situasi itu karena Felix."
Martin menghela napas, "Aku tahu, aku tidak bisa membantah bahwa aku salah. Tapi aku berharap kau bisa memaafkan aku."
Axel menggelengkan kepala, "Kau harus mendapatkan hukuman Martin Angelo."
Martin hanya bisa tersenyum, ia tahu sahabatnya ini tidak pernah bersungguh-sungguh apabila ingin menghukumnya.
"Sepertinya kau mulai mencintai Shapire, tapi kau tidak menyadarinya Axel. Kau bahkan takut Shapire direbut pria lain." Martin tersenyum sambil menolong sendiri, sementara Axel sibuk dengan pikirannya sambil memandang kearah luar jendela.
"Jam makan siang nanti aku izin keluar ya?" ucap Martin terlihat serius.
"Tidak sabaran sekali kau ingin bertemu dengannya," goda Axel lalu terkekeh.
"Aku ingin berkunjung ke rumah Ibu, sejak kepergian Safia dia selalu mengurung di dalam kamarnya. Bahkan Darwin pun tidak ia perbolehkan masuk" ucap Martin.
Pria itu masih fokus ke menyetir, ia mendapatkan kabar apabila Ibunya Rosa sejak kemarin terus menangis. Pelayan terdekat mereka Bibi Mery memberikan selalu memberikan informasi tentang Ibunya.
Axel teringat sesuatu yang harus diketahui oleh Martin apabila ayah tirinya itu menemui Dad Kaivan beberapa hari yang lalu.
"Kau tahu ayah tirimu itu menemui Daddy beberapa hari yang lalu," cetus Axel.
"Jangan bilang pria itu datang menagih saham yang akan Tuan Kaivan berikan?" tanya Martin.
Martin kesal mendengarnya, pria itu membuatnya malu. Sudah jelas Safia telah tiada namun ia masih berharap dengan saham keluarga Smith. Keluarga Smith menawarkan saham apabila mereka menyetujui Axel dan Safia menikah. Itulah sebabnya Darwin, ayah tiri Martin terus mengejar saham itu.
Axel mengangguk, "Ya, aku juga curiga hal yang sama. Ayah tirimu itu memang tidak punya malu."
Martin menghela napas, merasa kesal dengan sikap ayah tirinya yang tidak tahu diri. "Safia sudah tiada, tapi dia masih saja berharap mendapatkan saham keluarga Smith. Apa dia tidak tahu diri?" kata Martin, sambil menggertakkan giginya.
Axel diam, tidak tahu apa yang harus dikatakan lagi. Ia hanya mengangguk setuju dengan pendapat Martin.
"Kau tahu Axel? Aku ingin sekali membunuh pria itu, namun ibuku sangat mencintainya. Andai ayah kami ditemukan, ia tidak akan membiarkan semua ini terjadi."
"Apa kau tidak pernah mencari Ayahmu dan saudara kembar Safia?" tanya Axel penasaran.
"Ibu pernah mendapatkan kabar tentang Safira, namun terlambat. Ia ikut terbakar ketika terjadi kebakaran di panti asuhan. Ayah menitipkan Safira di panti asuhan ketika ia dikejar oleh musuh yang mengintainya" ucap Martin terdengar getir ketika ia harus kembali mengingat Safira.
"Sementara Ayah pergi tanpa jejak, entah ia masih hidup atau tidak aku tidak tahu."
Martin terdiam sejenak, mengenang kembali kejadian yang menyakitkan itu. "Aku tidak pernah menyalahkan Ayah, tapi aku tidak bisa tidak merasa sedih ketika memikirkan tentang Safira.
"Kami seharusnya bisa bersama," kata Martin, suaranya terdengar berat dengan emosi. Axel memandang Martin dengan simpati, ia tahu betapa sulitnya Martin menerima kenyataan tentang kehilangan kedua adiknya.
"Aku turut sedih, Martin. Temuilah Ibumu, ia pasti merasa terguncang saat ini" kata Axel, sambil meletakkan tangan pada bahu Martin.
Tiba-tiba saja ketika mereka melewati jalanan sepi, mereka dihadang oleh segerombolan orang bertubuh besar. Axel yakin orang-orang ini adalah orang-orang suruhan Franco, pria ini tidak ada kapoknya menggangu Axel.
"Mereka pasti orang-orang Franco," kata Martin, sambil memegang kemudi dengan lebih erat.
Axel juga memandang gerombolan orang tersebut, ia siap untuk menghadapi mereka jika perlu. "Mereka mengantarkan nyawa ke sini," kata Axel, sambil memandang Martin dengan tatapan tajam. Martin mengangguk, siap untuk menghadapi situasi apa pun yang akan terjadi.
"Biar aku yang melawan mereka, kau hubungi Justin. Aku takut mereka hanya mengecoh, pastikan keluargaku aman!" Axel berkata sebelum ia keluar dari mobil.
Martin dengan cepat menghubungi Justin memastikan Shapire dan keluarga Axel baik-baik saja. Axel dengan cepat melawan mereka, meskipun tanpa senjata Axel dengan cekatan melawan musuh. Setelah memastikan keluarga Axel baik-baik saja Martin keluar dan membantu Axel.
Dengan satu gerakan cepat, Axel menghantam lawan terdekatnya ke tanah. Martin mengikuti dengan gerakan yang sama, mengambil jatuh lawan lainnya. Gerombolan orang itu terkejut dengan kecepatan dan kekuatan Axel dan Martin, tapi mereka tidak menyerah.
"Pengecut!" ucap Axel ketika si botak memukulnya dari belakang.
Axel dan Martin terus melawan, gerakan mereka sinkron dan efektif. Mereka bekerja sama seperti tim yang terlatih, mengambil jatuh lawan demi lawan. Akhirnya, gerombolan orang itu mundur, meninggalkan Axel dan Martin berdiri sebagai pemenang. Axel berhasil mengalahkan semua lawannya dan berdiri tegak, sambil mengatur napasnya.
Martin memandangnya dengan bangga, "Kau benar-benar hebat, Axel."
Axel tersenyum tipis, "Aku harus bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang yang aku cintai."
Cinta? Terdengar sangat aneh kata-kata cinta yang keluar dari mulut pemimpinnya. Pria kejam yang tidak pernah memiliki belas kasih itu kini sangat ingin menjaga orang-orang yang ia cintai. Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju perusahaan.
"Aku bersyukur mereka tidak menyerang keluargamu," ucap Martin sambil kembali fokus menyetir.
"Sepertinya mereka tahu di rumah ada Kaivan Dastell Smith, mereka tidak akan berani menyentuhnya. Kau tahu ayahku memiliki Roy Walker dan The Mouse yang tak terkalahkan."
Martin menatap Axel dengan serius, "Kau tidak ingin mengambil The Mouse selagi pemimpin mereka belum ditemukan Axel?" tanya Martin.
"Kekuatan Black Devil akan semakin kuat apabila bersama dengan The Mouse," sambung Martin.
"Tidak, The Mouse milik Arcell pria jenius itu pasti kembali."
Ratu kok dilawan.. nggak akan bisa.. Selamat berjuang kembali Martin 🤣🤣🤣
pahamm baget kok thorr.... yg peting ke aku tetep pangil sayanggggg .. .. meski sayang mu terjatuhh di mana" dan kemana punn 🤣🤣🤣🤣
bantu doa aja tapi/Facepalm/