Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Seorang Kakek
Danudirja lelaki enam puluh lima tahun pemilik sekaligus pemimpin perusahaan itu beberapa bulan ini menyimpan sedih dan sesal.
Betapa tidak, karena emosi lima belas tahun lalu dia sudah melakukan hal tak terpuji sebagai seorang kakek terhadap cucunya sendiri. Darah daging putri tunggalnya.
Melahirkan tanpa suami memang tak layak. Memiliki anak tanpa suami bagi Yunita putrinya memang sebuah aib keluarga. Tapi memisahkan dan membuang darah daging sendiri itu lebih tidak manusiawi.
Yunita putrinya telah melakukan kesalahan, telah melakukan dosa besar karena berhubungan layaknya suami istri dengan kekasihnya diluar nikah.
Risman lelaki kekasih Yunita putrinya bukanlah lelaki yang diharapkan pendamping putrinya. Dia berharap sang putri akan dapat lelaki sepadan. Bukan Risman yang tak jelas asal usulnya. Lelaki yang hanya seorang biasa.
Harta dan kedudukan membuat Danudirja menolak diam diam hadirnya belahan jiwa sang putri. Bukan itu saja saat putrinya melahirkan dan sempat koma beberapa hari. Maka saat itulah dia dibantu Erwin telah menitipkan putri Yunita ke sebuah panti.
"Kerjamu apa?" Diam diam dulu dia memanggil Risman.
"Saya hanya sebagai karyawan biasa di sebuah pabrik motor. "
"Apa kebanggaanmu sampai menggoda putriku?!"
"Tidak ada yang saya banggakan dalam diri saya. Tapi Saya dan putri Bapak saling jatuh cinta saat kami masih satu kampus, Yunita yunior saya," ujar Risman tenang. Apa yang dikatakannya memang benar adanya. Yunita dan dirinya satu kampus. Jika Yunita mengambil jurusan Ekonomi, dirinya berada pada fakultas tehnik.
"Orang tuamu?"
"Ayah saya sudah tiada sejak saya kecil. Ibu saya seorang janda yang sehari hari mencari uang sebagai tukang jahit baju,"
"Cukup jelas dan cukup lengkap. Aku tak perduli siapa dirimu dan keluargamu. Tapi yang membuat aku memanggilmu karena kamu sudah berani memacari Yunita. Anakku seorang mahasiswi dan dia penerusku. Jika ingin menjadi pendamping anakku tidak cukup dengan latar belakangmu juga pendidikan yang kau raih. Semua itu belum bisa mendampingi putriku sebagai ahli waris.
Risman terdiam.
"Kamu mengerti?!"
"Saya mengerti, Pak," ujar Risman.
"Bagus. Sebagai lelaki kau harus tahu diri. Mundur dan jangan berharap untuk menjadi orang penting di perusahaan serta di lingkunganku!"
Risman mereka bahwa Danudirja telah berburuk sangka bahwa dirinya dianggap akan jadi parasit pada harta kekayaannya.
"Saya mencintai dengan tulus putri Bapak, walau seandainya Yunita orang biasa sekali pun."
"Sayangnya aku tak mau Yunita dan dirimu melanjutkan hubungan dan rahasiakan pertemuan kita dari Yunita,"
"Saya berjanji, Pak," angguk Risman, "Tapi saya belum bisa berjanji untuk meninggalkan Yunita,"
"Betulkah?" Danudirja menatap lekat lelaki muda di depannya. Hati kecilnya sebenarnya mengagumi keberanian Risman.
"Ya saya rela kehilangan nyawa saya demi cinta saya pada Yunita," menunduk Risman.
Maka itu Danudirja memutuskan untuk memberi ultimatum pada Risman yang dianggap tak bisa mempersembahkan sebuah derajat seperti yang diinginkan untuk pendamping putrinya.
"Tinggalkan putriku atau ibumu celaka!" Ultimatum itu rupanya membuat Risman mulai cemas.
Danudirja tersenyum. "Aku tak main main lindungilah nyawa ibumu karena keutamaan tugas anak lelaki adalah melindungi ibunya!"
Risman mulai panik. Untuk mewujudkan cinta dia tak akan pernah mengorbankan ibu kandungnya.
Saat dalam dilemah dia melangkah gontai meninggalkan rumah Danudirja. Hatinya dalam bimbang. Meninggalkan Yunita ibunya akan selamat. Jika mempertahankan Yunita maka ibunya akan jadi korban.
Pilihan yang sangat sulit. Apalagi Yunita saat ini sedang hamil anaknya.
Saat itulah sebuah motor menabraknya dari belakang. Saat Risman tersungkur, segera dua orang keluar dari mobil dan menyeret tubuhnya masuk ke dalam mobil.
Risman dibawa ke sebuah tempat yang jauh. Dan saat dia disiksa oleh dua orang tanpa belas kasihan, hingga mukanya babak belur dan tubuhnya nyaris tak bisa bergerak. Bahkan dia mengira dirinya akan tewas dalam penganiayaan itu.
Dalam keadaan begitu muncul lelaki perlente yang samar samar dikenali oleh Risman adalah petinggi di perusahaan milik Danudirja. Lelaki itu bernama Erwin dan pernah mengantar Yunita ke pesta yang diadakan perusahaan milik orang tua kekasihnya.
"Untuk lelaki yang telah merusak gadis impianku ini!" Sebuah tendangan yang cukup keras mendarat di kepalanya, membuat darah segar mengucur dari mulut dan hidungnya. Lalu Risman tak bergerak lagi.
*
Mimpi itu datang lagi.
Tentang bayi dan anak perempuan selalu mengganggu nyenyak tidurnya. Selama ini dia berusaha bertahan, tapi belakangan hati kecilnya, jiwa kemanusiaannya mulai mengusik perbuatan masa lalunya.
Dan mimpi itu terus memojokkan hati nuraninya yang sempat hilang dulu.
"Kembalikan aku pada Ibuku!" Teriakan anak kecil perempuan kerap datang dalam mimpinya Suara itu muncul dalam wujud samar seorang gadis kecil yang datang dari lorong.
"Aku cucumu!" Sebuah bayangan menudingnya.
"Kenapa kamu pisahkan aku dari Ibuku?!"
"Aku ingin Ibuku ... kau Kakekku ...!"
Mimpi mimpi yang meminta pertanggung jawabannya selalu datang memojokkannya. Sehingga Danudirja tak lagi berpikir tentang aib apalagi martabat.
Untuk membuat hatinya tenang Danudirja berusaha mendapatkan cucunya kembali.
"Semua orang yang saya kerahkan tak bisa mencari informasi perempuan yang mengadobsi bayinya Yunita, Pak," lapor Erwin yang sudah berusaha menghubungi panti dan kemungkinan menemukan perempuan yang mengadopsi cucu atasannya lima tahun lalu itu.
"Baiklah hubungi Detektif Arya Wardana,"
"Baik, Pak,"
Detektif Arya Wardana adalah spesialis yang bergerak untuk menemukan orang hilang. Sudah ratusan orang hilang ditemukannya. Baik yang masih bayi mau pun yang sudah berumur.
Saat ini dia mendapat tugas menemukan bayi hilang lima belas tahun lalu.
"Mohon rahasiakan misi ini dari putri saya, dan jika berhasil Anda boleh minta sepertiga saham milik saya," pesan Danudirja.
"Saya bukan type detektif rakus. Kerja yang utama dan pembayaran tetap yang lazim. Jika berhasil berilah saya bonus sepantasnya, jangan beri saya saham karena saya tak pandai mengelola perusahaan." seru Arya Wardana terkekeh.
"Baiklah selamat bekerja, semoga berhasil," angguk Danudirja penuh harap.
Danudirja terpekur menatap langkah Arya Wardana. Berapa pun harus membayar, walau seluruh hartanya habis sekali pun dia tak perduli asal cucunya ditemukan.
"Maafkan Eyang cucuku .." dan sepasang mata tuanya tiba tiba saja basah. Inilah pertama kalinya dia menangis sejak puluhan tahun tegar menjadi pengusaha. Menangis dua kali dalam hidupnya. Pertama saat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil secara bersamaam disaat usianya masih muda. Maka sebagai putra tunggal Danudirja kehilangan waktu berkumpul dengan teman teman kuliahnya, karena harus mengurus usaha papanya. Menangis yang kedua saat Yunita dilahirkan sekaligus kehilangan istri tercinta. Sang istri meninggal saat melahirkan Yunita.
*
Sudah berulangkali Erwin mengundang makan malam Yunita. Sudah berulangkali pula dia melamar perempuan itu. Tapi Yunita tetap tak merespon.
Yunita bagai sebuah batu karang yang kokoh tak mempan oleh belasan tahun tetesan hujan. Dia tetap tak tergoyahkan oleh rayuan lelaki itu.
"Yuni sekian lama aku menunggu dirimu kuharap hatimu mulai bisa menerimaku." Untuk yang kesekian kalinya Erwin mengutarakan isi hatinya. Namun Yunita tetap tak bergeming. Sejak Risman menghilang dan anaknya dikabarkan meninggal, saat itu pula hatinya kosong dan beku.
Dan Erwin tak putus asah akan tetap menunggu hati perempuan yang tetap diinginkan jadi istrinya.
"Maafkan aku Mas ..." Yunita menarik pandangannya dari tatapan Erwin.
Erwin melihat ada keresahan pada mata Yunita.
"Ada yang kamu pikirkan?"
Yunita menggeleng. Dia merahasiakan pertemuan dengan lelaki terkasihnya dulu. Risman masih hidup dan sudah beristri, hatinya makin sakit.
"Yunita ..." suara Erwin lirih. Ah betapa sulitnya meraih hati perempuan ini, batinnya.
"Maafkan aku, aku masih belum bisa berpikir untuk menikah, Mas Erwin,"
"Apa yang membuatmu bertahan begini, Risman sudah tak ingat dirimu lagi,"
"Ya dia sudah beristri," tapi hanya diucapkan Yunita dalam hatinya saja.
"Aku tetap menunggumu walau sampai rambut memutih," suara Erwin diplomatis.
Yunita terkejut menatap Erwin. Belasan tahun berusaha untuk meminang, sungguh sebuah penantian panjang.
Erwin mengangguk.
.
bersambung
.