Agen Rahasia Jadi Putri Teraniaya

Setelah keluar dari rumah keluarga Johnson, kehidupan Chelsea dan Mama Andini begitu memprihatinkan. Terbiasa hidup mewah dengan segala fasilitas dan selalu dilayani dalam segala hal membuat mereka berdua tidak bisa hidup mandiri. Apalagi Mama Andini sejak kecil selalu dimanja, jadi ketika menikah dengan Papa Darius dia tidak pernah mau memasak.

Semua pekerjaan rumah tangga sudah ada yang mengerjakannya. Memasak, mencuci pakaian, menyapu atau sekedar bebenah kamar, Mama Andini tidak melakukannya.

Sekarang semua jadi terlihat betapa malasnya wanita itu. Rumah peninggalan mendiang kekasih gelapnya nampak berantakan. Pakaian yang berhamburan, lantai berdebu, piring kotor tidak dicuci dan bungkus snack yang tidak dibuang.

Sungguh, Author pingin menangis membayangkan rumah manusia seperti kandang kambing.

Sepertinya memang sudah menjadi karakter, meskipun sudah tua tapi Mama Andini tidak bisa mendidik anaknya. Lihatlah, bahkan dengan gilanya Mama Andini membiarkan Chelsea menjadi pelacur.

"Mama, aku akan pergi ke Puncak. Karena kabarnya ada acara gathering perusahaan Wiranata." Ucap Chelsea.

"Pergilah, tapi kamu harus jaga kesehatan. Jangan minum atau makan sembarangan. Ingat penyakitmu masih dalam proses penyembuhan." Ucap Mama Andini.

Ingat kan kejadian saat Chelsea ditendang Alexa, setelah dia mengalami keguguran dan rahimnya harus diangkat. Ternyata Chelsea terindikasi terinveksi virus HIV Aids dan juga ada gejala kanker serviks stadium awal.

Bukannya taubat, tapi Chelsea semakin menjadi. Hanya karena alasan mencari sumber atm berjalan dia melakukan segala cara. Dan ajaibnya Mama Andini justru mendukung putrinya itu. Karena sebenarnya sejak bercerai dari Papa Darius, Mama Andini juga menjadi wanita panggilan demi tetap bisa hidup penuh dengan kemewahan. Tanda-tanda kiamat sudah dekat.

Sementara itu, sepulang dari Rumah Sakit menemani calon adik iparnya. Alex yang ingin sejenak merehatkan pikiran, pergi ke sebuah cafe tidak jauh dari Rumah Sakit.

Saat sedang menikmati secangkir Cappuccino mata Alex tidak sengaja menangkap bayangan Chelsea yang sedang memasuki sebuah taxi dengan pakaian minim. Tanpa menunggu, Alex membuntuti Chelsea.

Berada dalam jarak aman, Alex terus mengikuti taxi yang membawa mantan adik angkat sekaligus kekasihnya. Rasa penasaran yang tinggi membuat Alex lupa jika sebenarnya dirinya harus segera pulang ke rumah.

Saat tiba di Puncak, lebih tepatnya di depan sebuah villa mewah Chelsea turun dengan penuh percaya diri menggoda para lelaki.

"Haiii... Kalian sendirian saja di sini. Maksudku tidak punya pasangan? Bagaimana jika aku menemani? Aku bahkan bisa menghangatkan ranjang kalian?" Ucap Chelsea tidak punya malu.

"Kamu masih kecil, bagaimana bisa menjadi pelacur?" Tanya seorang pria.

"Kecil hanya tubuhku, lihat saja dadaku sangat besar." Chelsea tanpa ragu membuka pakaian yang menutupinya.

"Woowww... itu asli atau implan?"

"Maaf, tapi aku tidak mau yang imitasi. Aku maunya asli."

"Kalian tidak perlu khawatir, ini produk asli buatan Tuhan. Kalian boleh mencobanya gratis, tapi jika ketagihan maka kalian wajib bayar." Ucapan Chelsea membuat malu Author.

"Hanya wanita yang pernah hamil yang punya dada sebesar itu."

"Jadi, apa kamu pernah hamil sebelumnya gadis kecil?" Tanya seseorang.

"Pernah 5x tapi aku gugurkan semua. Tapi kalian tenang saja, setelah ini aku pastikan tidak akan hamil benih salah satu di antara kalian. Jadi kalian tidak perlu takut aku akan minta tanggung jawab." Ucap Chelsea.

"Dasar gadis liar yang nakal."

"Ayo... Tunggu apa lagi, mau satu per satu atau main bersama? Tapi bayarannya tetap per orang. Aku siap melayani kalian."

Dan tanpa malu-malu lagi, tapi justru memalukan kaum perempuan. Chelsea digiring masuk kamar dengan 5 orang pria berusia dewasa.

"Ternyata memang kamu murahan, menyesal aku selalu memanjakan dan mempercayaimu."

Alex yang sedari tadi mengintip dengan jarak dekat, tentu mendengar jelas semua pembicaraan Chelsea dengan para karyawan perusahaan keluarga Wiranata.

Tidak hanya pria berusia dewasa, ada juga yang sudah tua. Chelsea memang gila, dia tidak sadar jika dirinya akan membawa petaka bagi mereka yang tidak takut dosa apalagi untuk setia.

Alex tidak sadar jika tindak tanduknya juga tengah diamati oleh seorang gadis cantik penduduk desa.

"Hayo... A'a sedang mengintip siapa? Awas nanti matanya bintitan." Ucap seseorang berbisik tepat di telinga Alex, membuat Alex terkejut.

"Astaga... Siapa kamu, membuatku kaget."

"A'a yang siapa, kenapa mengintip. Atuh masuk saja." Ucapnya.

"Di sini teh sudah biasa, Villa ini sering dijadikan maksiat. Tapi tidak ada yang berani melarang, karena pemilik Villa adalah pemilik seluruh perkebunan teh. Yang mana kami semua mencari uang dengan bekerja menjadi pemetik teh. A'a jika berminat dengan gadis penghibur sepertinya masuk saja. Tidak perlu mengintip." Ucapnya lagi.

Merasa kesal dianggap seperti pria hidung belang, tanpa kata Alex meninggalkan gadis itu menuju mobilnya.

"Dikiranya aku penyuka selang kangan apa, meskipun aku pernah khilaf. Tapi itu juga karena pengaruh obat perang sang yang diberikan Chelsea. Dan siapa juga yang mau masuk ke gorong-gorong." Ucap Alex mengomel sambil menyetir.

Sementara itu gadis yang ditinggal Alex menatap heran dan lucu.

"A'a itu aneh, sukanya ngintip-ngintip giliran disuruh masuk malah kabur. Mana sambil ngomel. Ah... Lebih baik aku pulang, hari sudah malam. Kasihan Abah dan Umi pasti nyariin aku." Ucap gadis asli Sunda yang baru menginjak kelas 2 SMA.

Pagi hari di rumah Vania, setelah dikejutkan dengan kedatangan Glory. Vania nampak mondar mandir sambil terus menatap tajam wanita yang sudah tidak berperut besar lagi.

"Bagaimana bisa kamu ceroboh, bukankah semua cctv di rumah itu sudah aku rusak." Ucap Vania.

"Maaf Nona, saya juga tidak tahu jika saya akan diculik."

Ucap Glory menunduk, wanita itu sudah berpakaian setelah pembantu di rumah Vania meminjamkan daster buluknya.

"Sekarang di mana anakmu? Kamu dipaksa melahirkan tapi hebat juga kamu masih bisa bergerak leluasa."

"Anak saya dibawa pergi ke Jerman untuk diberikan pada orang tua saya. Dan masalah sakit, tentu saja saya merasa sakit."

"Alexa itu hanya anak kemarin sore, dia tidak akan sehebat itu untuk bisa melawanku. Kecuali ada orang lain di belakangnya. Sedangkan selama ini, hanya Alana yang selalu lebih unggul dariku. Tapi, bukankah aku sudah berhasil menyingkirkannya? Tidak mungkin dia bisa selamat dari kecelakaan malam itu, sedangkan mobilnya saja sampai hancur."

Glory bingung mendengar Vania ngomong sendiri, sekarang bagaimana nasibnya. Sedangkan tubuhnya sudah mulai merasakan lemas.

"Nona Vania, lalu bagaimana sekarang nasib saya? Kemarin Alexa juga memberikan suntikan pelumpuh syaraf yang sepertinya sudah mulai bekerja di tubuh saya." Ucap Glory mengiba.

"Itu bukan urusanku. Pengawal, buang wanita ini ke mana saja."

"Nona, kenapa Anda memperlakukan saya dengan kejam." Ucap Glory menangis.

"Kamu sudah tidak berguna, untuk apa aku pelihara wanita bodoh sepertimu. Pengawal dengar, dia sudah terkena racun pelumpuh saraf terserah kalian mau buang atau mau pergunakan lubangnya untuk memuaskan nafsu. Tapi, dia juga baru saja melahirkan secara normal." Ucap Vania.

"Jika satu lubang berdarah, masih ada dua lubang yang bisa dipakai. Lumayan gratis, lagi pula bodynya lumayan sexy." Ucap pengawal.

Glory menangis meraung meratapi nasibnya yang buruk. Hatinya penuh dendam, bukan pada Vania yang telah menjebaknya. Melainkan pada Alexa yang dianggap sebagai gadis pembawa sial. Padahal dirinya sendiri wanita sialan.

Setelah Glory dibawa pergi dari rumahnya, Vania kini berada di kamarnya. Dia terlihat sedang menelpon seseorang yang menjadi kekasih gelapnya.

"Halo sayang, aku butuh bantuanmu. Seseorang telah merusak rencanamu, jadi saat ini aku sedang kebingungan untuk mencari rencana yang baru. Bisakah kita bertemu?" Tanya Vania.

"Tentu, datanglah dengan lingerie sexy."

"Calvin Osmond, ayolah aku sedang banyak pikiran. Aku harus menyingkirkan dia sama seperti menyingkirkan Alana."

"Tapi aku tidak akan mau bekerja jika tidak menikmati tubuhmu."

"Hmmm... Baiklah, tapi kamu janji membantuku melenyapkan dia." Ucap Vania.

"Tentu saja, anggap bantuanku sebagai bayaran karena sudah memakai tubuhmu untuk memuaskan hasratku." Ucap Calvin.

Begitulah kehidupan liar Vania, dia selalu memanfaatkan bandar narkoba itu. Sementara di kantor agen, Vania juga menjalin hubungan dengan Sean Amstrong. Orang kedua yang menjadi petinggi di kelompok agen rahasia.

Dulu Sean sangat membenci Alana, pria itu punya dendam pribadi karena Alana pernah menolak cintanya. Sedangkan Vania hanya pemuas nafsunya.