Tuan, Nyonya Berulah Lagi

Jonathan berdiri dari duduknya dan menghampiri Lisa, yang terlihat tidak peduli dengan kehadirannya.

"Kenapa harus pulang dengan pria itu? Aku sudah memfasilitasi sopir," tanya Jonathan dengan nada yang sedikit tinggi, tanpa menyadari bahwa dirinya merasa cemburu dan tidak suka melihat Lisa memiliki kontak dengan pria lain.

Lisa menghela napas dengan jengah, merasa sedikit kesal dengan pertanyaan Jonathan.

Dia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya dan menyimpannya di belakang telinga dengan gerakan yang santai.

"Aku menunggu cukup lama, ketika ada tawaran yang datang jadi aku menerimanya," jawabnya dengan nada yang datar, tanpa menunjukkan rasa hormat yang berlebihan kepada Jonathan.

Tanggapan Lisa membuat Jonathan merasa sedikit tersinggung, namun dia mencoba untuk tidak menunjukkannya.

"Aku hanya ingin memastikan keselamatanmu," katanya, mencoba untuk mencari alasan yang masuk akal untuk pertanyaannya. Namun, dia tidak bisa menyangkal perasaan tidak nyaman yang muncul di dalam hatinya.

"Sudah aku katakan, jangan campuri urusan pribadi!" ketus Lisa dengan tegas, menunjukkan bahwa dia tidak ingin membahas topik tersebut lebih lanjut.

Untunglah Lisa memiliki sahabat seperti Anna, yang dengan terbuka menceritakan bagaimana Jonathan sering kali memperlakukan Lisa seperti anjing penjilat.

Dulu, Lisa begitu setia mengunjungi Jonathan, namun pria itu malah memilih wanita lain, wanita masa lalu yang menjadi cinta pertamanya.

Walaupun Lisa tidak mengingat kejadian pasti tentang memorinya sebelum kecelakaan, dia sudah bertekad untuk tidak bertindak sebagai anjing penjilat lagi.

Pengalaman pahit itu membuatnya sadar akan harga dirinya dan dia berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dengan tekad baru, Lisa merasa lebih kuat dan siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang datang dalam hidupnya.

Jonathan masih belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Lisa, dan dia ingin menanyakan lebih lanjut tentang pria yang mengantarnya pulang.

Namun, tiba-tiba dering ponselnya berbunyi, memecahkan keheningan di antara mereka seperti petir yang menyambar di tengah badai. Lisa mengintip layar ponsel milik Jonathan dan tersenyum mengejek saat mendapati bahwa panggilan itu dari Meira, wanita yang masih menghantui pikirannya.

Awalnya, Jonathan ragu untuk mengangkat telepon, seolah-olah dia tidak ingin menghadapi apa yang akan dikatakan oleh Meira. Dia seperti sedang berada di persimpangan jalan, tidak tahu mana jalan yang harus dipilih.

Namun, Lisa malah mendesak agar Jonathan menjawab panggilan itu, dengan nada yang sedikit sinis dan mata yang berkilauan dengan ejekan.

"Jangan abaikan cahaya bulan putihmu," tutur Lisa, mengacu pada Meira dengan kalimat yang penuh sindiran dan kepahitan.

Jonathan merasa tersinggung dengan kalimat Lisa, namun dia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya memang masih memiliki perasaan terhadap Meira.

Dia seperti sedang terombang-ambing di antara dua dunia, dunia di mana dia harus memilih antara cinta lamanya dan kehidupan sekarang dengan Lisa.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Jonathan akhirnya mengangkat telepon dan menjawab panggilan Meira, sementara Lisa terus menatapnya dengan mata yang penuh dengan ejekan dan kepahitan.

"Halo," kata Jonathan dengan suara yang datar, mencoba menyembunyikan gejolak emosi di dalam hatinya.

Setelah menutup telepon, Jonathan langsung pergi tanpa mengatakan apapun kepada Lisa. Dia terlihat terganggu dan tidak ingin berbicara lebih lanjut.

Lisa yang telah menduga bahwa Meira menggunakan trik kuno untuk mendapatkan perhatian dari suaminya, hanya tersenyum sinis dan menggelengkan kepala.

‘Typical,’ gumam Lisa dalam hati, merasa bahwa Meira masih memiliki pengaruh besar terhadap Jonathan.

Lisa tidak terlalu peduli dengan kepergian Jonathan, karena dia tahu bahwa suaminya hanya sedang terpengaruh oleh emosi semata. Dengan santai, dia melanjutkan aktivitasnya, tidak terlalu memikirkan tentang Jonathan dan Meira.

Lisa yang fokus menggunakan masker sebelum tidur, tiba-tiba ponselnya berdenting dan mengalihkan seluruh perhatiannya.

Anna mengirimkan berita hangat mengenai Jonathan, membuat Lisa sedikit penasaran.

Dia membuka berita terbaru yang hangat dibicarakan, dan ternyata suaminya menggendong Meira yang tengah menonton kembang api.

Foto itu terlihat begitu romantis, bagaikan pasangan serasi.

Lisa merasa tidak percaya dan sedikit kesal.

"Aku terkadang heran, dia bersikap romantis dengan wanita lain, tetapi dia juga melarang aku dekat dengan pria lain. Sebenarnya apa yang dia inginkan?" gumam Lisa, merasa frustasi dengan sikap Jonathan yang tidak konsisten.

Lisa ingin sekali mengumpat Jonathan dengan menyebutkan semua hewan yang ada di kebun binatang, bahkan pria itu lebih buruk.

‘Dasar pria tidak tahu diri!’ katanya dalam hati, merasa bahwa Jonathan tidak memiliki hak untuk mengatur hidupnya.

Dengan emosi yang memuncak, Lisa melemparkan ponselnya ke atas kasur dan melanjutkan rutinitas tidurnya dengan perasaan yang tidak enak.

Kekesalan Lisa berangsur memudar saat dia melihat pesan chat yang diterimanya dari Alex. Senyum di wajahnya kembali terbit, dan hatinya merasa lebih ringan.

“Kenapa aku bisa seburuk itu, dan sangat sial punya suami seperti Jonathan,” gumam Lisa manyun setiap kali dia menyebut nama 'Jonathan'.

Namun, saat dia melihat isi pesan dari Alex, hatinya kembali berbunga-bunga. Pesan Alex yang hangat dan perhatian membuat Lisa merasa dihargai dan disayang.

‘Bahkan Alex lebih baik dari pria itu,’ gerutu Lisa dalam hati, merasa bahwa Alex memiliki sifat yang lebih baik daripada Jonathan.

Perbandingan antara kedua pria itu membuat Lisa semakin yakin bahwa dia pantas mendapatkan yang lebih baik. Dengan senyum yang semakin lebar, Lisa membalas pesan Alex, berharap bisa berbicara lebih lanjut dengannya.

Jonathan terlihat gelisah saat memperhatikan Lisa yang tengah sarapan dengan santai.

Dia berharap Lisa belum membaca berita tentang kedekatannya dengan Meira yang sedang trending di sosial media.

Dengan hati-hati, Jonathan mencoba memastikan apakah Lisa sudah membaca berita tersebut.

"Apa kamu sudah membaca berita?" tanya Jonathan, mencoba menutupi kekhawatirannya.

Dia terus memandang Lisa, menunggu responnya. Jika istrinya itu belum membaca berita, mungkin Jonathan bisa menghindari penjelasan yang tidak diinginkan.

Jonathan merasa bersalah karena sudah meninggalkan Lisa tanpa mengatakan apa pun, dan malah menemui Meira.

Situasi itu semakin rumit karena seseorang mengambil foto kedekatannya dengan Meira saat menonton pertunjukan kembang api, yang kemudian disalahartikan oleh publik.

Jonathan khawatir bahwa Lisa akan salah paham dan merasa dikhianati. Dia perlu menjelaskan situasinya kepada istrinya dengan jujur dan transparan untuk memperbaiki hubungan mereka.

"Aku sudah tahu."

Kata-kata Lisa yang singkat dan tanpa emosi membuat Jonathan merasa semakin bersalah.

Dia bisa merasakan bahwa Lisa tidak lagi memiliki perasaan cinta kepadanya, dan itu membuatnya merasa penyesalan yang mendalam.

Jonathan sadar bahwa tindakannya telah membuatnya kehilangan cinta dan kepercayaan Lisa. Namun, dia juga merasa tidak bisa mengabaikan Meira, yang masih memiliki tempat khusus di hatinya.

Situasi ini membuat Jonathan merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit.

Dia harus memilih antara mencoba memperbaiki hubungannya dengan Lisa atau mempertahankan hubungannya dengan Meira.

Lisa tersenyum sinis saat melihat transferan uang dalam jumlah besar dari Jonathan.

Dia merasa bahwa Jonathan mencoba membelinya dengan uang, seolah-olah dia bisa membeli cinta dan kepercayaan Lisa dengan cara itu.

"Dasar orang kaya, setelah ketahuan dia berusaha menyogok ku," cibirnya.

Lisa mendelik berulang kali, merasa bahwa Jonathan tidak memiliki pemahaman yang baik tentang hubungan mereka dan tidak tahu cara memperbaikinya.