(Bukan) Anak Kandung

"Apa? Bagaimana mungkin ada gadis lain yang bernasib sama dengan Keisya?"

"Itu, benar. Saat itu, teman ku yang bercerita. Hanya saja, nasib nya tak seperti Keisya. Ia tak beruntung dan tak pernah kembali."

"Apa kau tidak tahu apa alasan nya?"

"Tidak. Teman ku tak pernah mengatakan hal itu."

"Jadi Agnez. Apa pekerjaan mu selama ini?"

"Apalagi. Aku bekerja menju-al barang ha-ram. Dan aku tertangkap. Begitu lah nasib kami orang miskin ini."

"Hmm,, apa kau mau bekerja dengan ku?"

"Aku mau. Tapi, aku tak pintar."

"Aku tak perlu pekerja yang pintar. Yang aku inginkan adalah, kau bisa setia dengan tuan mu dan rela ma-ti demi diri nya. Tenang saja, gaji mu bisa tiga kali lipat dari pekerjaan mu sebelum nya. Dan,"

"Dan apa, Tuan?"

"Jika kau berkelakuan baik. Aku akan memberikan bonus senilai gaji mu."

Mata Agnes membulat sempurna. Bagaimana tidak. Pekerjaan nya sebelum ini saja sudah memiliki gaji yang banyak. Jika di kali tiga, maka ia akan jadi kaya dalam waktu sekejap.

"Baik. Akan ku terima." Ucap Agnes dengan mantap.

"Baiklah Agnes. Mulai saat ini, kau baru masuk ke dalam kamp khusus selama enam bulan. Kau harus berlatih dan menjadi kuat untuk melindungi Tuan mu. Aku tak mau memperkerjakan orang yang lemah."

"Kamp khusus? Tapi, aku seorang wanita."

"Memang nya kenapa jika kau adalah seorang wanita? Bento, bawa Agnes dan latih dia. Oh ya, kirimkan sedikit uang muka untuk nya dan juga keluarganya."

"Baik, Tuan."

Setelah itu, Bento pun pergi membawa Agnes ke sebuah kamp khusus milik nya. Di sana lah orang-orang nya di latih untuk menjadi lebih kuat..

Arjuna, tak suka orang-orang yang lemah berada di sisi nya. Maka dari itu, ia selalu melatih orang-orang yang berada di sekitar nya untuk menjadi kuat.

"Bang Juna. Kenapa Kei juga tak di bawa ke sana? Kei juga bisa jadi ku-at."

Arjuna tersenyum saat mendengar apa yang dikatakan oleh Keisya. Ia cu-bit pipi dan juga hidung gadis itu dengan lembut.

"Kamu tak boleh lagi lelah dan sa-kit. Mulai saat ini, kamu adalah tuan putri di tempat ini."

"Tuan putri? Jangan mengarang, Abang. Kei tak secantik itu."

"Siapa bilang kamu tidak cantik?" Ucap Arjuna sambil menatap manik hitam milik Keisya. Mata bulat itu, membuat nya jatuh cinta berkali-kali.

"Abang,"

"Iya, kenapa?"

Keisya bahkan tak bisa berkata-kata saat itu. Jantung nya berdegup begitu kencang. Saat ini, di antar mereka berdua sama sekali tak ada penghalang.

Bahkan, hidung mancung milik Arjuna. Sudah menyentuh pipi mulus milik Keisya saat itu. Dan Keisya, tak bisa berbicara apapun lagi.

"Arjuna! Apa yang kau lakukan? Siapa gadis ke-cil ini?"

Seorang wanita cantik berambut panjang, tiba-tiba saja berada di sana. Keisya tak tahu siapa wanita yang saat ini, begitu marah saat melihat diri nya dan juga Arjuna.

"Ella, ada apa kau ke sini?"

"Arjuna, jawab dulu pertanyaan ku. Siapa gadis kecil ini?"

"Nama nya Keisya. Dia udah dewasa dan bukan gadis kecil lagi. Apa mata mu bu-ta?"

"Arjunnaaa, kenapa kamu setega itu sama aku. Aku kan kan tunangan mu."

Keisya sangat terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh wanita yang bernama Ella. Ia tak menyangka jika diri nya malah menjadi penghalang.

Keisya yang mendengar hal itu langsung pergi begitu saja. Ia kesal dan marah. Tapi, ia tak tahu kesal dan marah pada siapa.

"Kei, mau kemana kamu? Keisya!"

"Sudah lah Arjuna. Biarkan saja dia pergi. Kita harus membahas pernikahan kita saat ini."

"Pernikahan? Jangan pernah bermimpi!"

Arjuna meninggalkan Ella di sana seorang diri. Ia pun pergi menyusul Keisya yang saat itu masih sulit untuk berjalan dengan normal.

Ella begitu kesal karena di abaikan. Sebenarnya, ia memang selalu di abaikan. Hanya saja kali ini, Arjuna memang terlihat tidak menyukai diri nya, dan lebih memilih gadis kecil yang baru ia temui.

Ella tak bisa berbuat apa-apa. Ia terpaksa pulang karena jika berada di sana pun, ia sama saja seperti tak terlihat.

*****

Di kediaman Atmajaya.

"Aaahhhhh,, aku nggak ku-at lagi. Sudah cukup!" Ucap Karla yang sudah tak ku-at lagi.

"Baru sedikit saja kau sudah mengeluh. Kau lihat itu Keisya, dia sanggup menahan semua ini selama di penjara. Karla, jika ingin membuat suami mu percaya pada mu, kami harus melakukan ini pada mu."

"Pa, Ma. Ini sa-kit sekali. Karla tak sanggup menahan semua nya."

"Bersabar lah. Kalian, cepat tutup mulut Nona Karla."

"Baik, Tuan."

Tangan dan kaki Karla di i-kat. Mulut nya pun di sumpal. Saat ini, ia tak berkutik dan hanya mengikuti keinginan orang tua nya.

Demi bisa di percayai oleh menantu nya, mereka berdua te-ga menyik-sa putri kandung mereka sendiri.

Tak aneh, sih. Mereka sudah melakukan hal itu sejak dulu. Sengaja meninggalkan anak kandung di panti asuhan karena dulu sedang susah.

Dan mereka juga sengaja mengambil dan membawa pulang anak yang salah untuk bisa mereka perlakukan sesuka hati.

Beberapa laki-laki muncul dan membawa sesuatu di tangan mereka. Tubuh Karla di lu-kai lalu langsung di obati.

Karena suami nya saat ini mencari bukti, maka mereka pun akan membuat bukti itu supaya keluarga suami nya tak curiga.

"Sudah selesai, Tuan."

"Baik. Obati Karla dan jangan sampai lu-ka itu membuat nya menderita."

"Baik, Tuan."

Setelah mendapatkan perlakuan seperti itu, Karla sampai pingsan karena merasa kesa-kitan. Dan saat ini pun, ia masih berada di suatu rumah dan di tempat kan di sebuah rumah kosong untuk di obati.

Keluarga Karla memang bukan manusia. Mereka tega sekali melakukan hal itu demi bisa masuk ke dalam keluarga Adiwijaya. Sebuah perusahaan besar yang memiliki banyak anak perusahaan. Baik itu di dalam, maupun luar negeri.

Sudah lama keluarga Atmajaya mengincar keluarga itu. Mulai dari membuat Keisya mendekati Tama, hingga Tama benar-benar menyukai Keisya.

Namun, setelah itu malah Karla, anak kandung mereka yang mereka nikahkan dengan Tama.

Keluarga Atmajaya yang merupakan perusahaan baru, begitu beruntung karena bisa di sokong oleh perusahaan besar itu.

Bukan hanya memanfaatkan kebaikan Keisya. Keluarga Atmajaya juga membuat seolah-olah keluarga Adiwijaya memiliki hutang budi pada mereka.

Kelicikan dan kejahatan keluarga itu memang tak bisa di hitung. Sungguh keluarga yang ke-jam dan tak tahu diri.