Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19_Terang-Terangan
Udara di sekitarnya menjadi kian dingin. Kilatan kemarahan terlihat jelas dimatanya. Dengan ekspresi yang tak berubah, wajah tampannya seakan terpahat sempurna dengan kedinginan yang tak tertandingi. Jiwanya seakan tidak menerima kenyataan ini namun Ia berusaha untuk mengontrol emosinya dan bersikap tenang seperti biasa.
Matanya melirik sinis pada seorang pria yang sedang duduk di atas kap mobil yang berseberangan dengannya, lalu ia tersenyum meremehkan lawan. Hembusan angin malam semakin mendukung suasana yang sangat mencekam itu. Keduanya terlihat angkuh dan memiliki watak yang sama. Sama-sama keras kepala dan memiliki ego yang besar.
" Lo yang memulainya, jangan salahin gue kalo lo berujung kecewa!"
Pria itu mengabaikannya. Bahkan ia menganggap perkataan itu hanyalah angin lalu bukan gertakan ataupun ancaman " Berapa kali harus gue bilang kalo dia milik gue. Sekeras dan sekuat apapun lo berusaha mendekatinya dia bakal tetap menjadi milik gue!"
Pria itu mengangkat setengah alisnya. Senyum merehkan tercetak jelas di bibirnya. Kedua tangannya ia masukkan kedalam jaket kulitnya dengan mata yang terus memicing pada Rivalnya " Milik lo? Nggak salah? Dia bakal jadi milik gue!"
" Ck. Jangankan untuk memilikinya, untuk menyentuhnya pun nggak bakal gue biarin."
"Mimpi," Pria itu tertawa sumbang lalu menatap kasihan pada Shaka yang kini sedang menatapnya juga " Bukannya kejadian tadi siang sudah membuktikan kalo Raya itu memilih gue ketimbang lo? Gua yakin ingatan Lo masih bagus!"
Shaka mengepal kuat kedua tangannya yang berada dalam saku. Punggungnya Ia tarik dari sandaran mobilnya lalu melangkah mendekat pada Key yang sedang menatapnya pula " Dia bukan memilih lo, tapi dia mengasihani diri lo!"
" Ingat, hanya mengasihani nggak lebih dari itu!" Lanjutnya membuat Key ikut turun dari atas mobilnya.
" Sadarlah. Cepat bangun dari mimpi lo itu. Semua orang pun tahu kalo lo itu si kutu buku yang terus di bully, dan Raya hanya lah salah satu gadis yang kasihan dan simpati sama lo! Dan lo malah salah mengartikannya!"
" Tutup mulut lo brengsek!" Maki Key yang terpancing emosi " Jangan pernah samakan Raya dengan gadis lainnya. Karena dia berbeda!"
" Ya gue tau," Serga Shaka cepat " Maka dari itu bersiaplah lo bakal kecewa. Karena apa? Karena sampai kapanpun dia akan tetap menjadi milik gue!"
" Sudah gue bilang kalo dia itu milik gue!!" Teriak key meluapkan emosinya.
Hati kecil Shaka tersenyum puas melihat Key yang sudah tersulut emosi. Dan Shaka semakin gencar mempermainkan amarah dan emosional milik rivalnya itu.
" Betul, yang Lo bilang itu betul. Gue punya ingatan yang sangat baik. Raya ninggalin gue demi mengejar lo, tapi apa lo tau? Bahu gue yang pertama kali dia cari disaat dia butuh sandaran. Lo juga pasti ada disana kan? Tentunya Lo juga pasti melihatnya. Dia meluk gue, menangis dalam pelukan gue. Di sini," Shaka menunjuk dada bidangnya " dia menumpahkan air matanya demi pria yang sudah dia anggap sebagai temannya sendiri. Ingat sekedar teman!"
" Dasar bajingan. Gue nggak akan biarin Raya jadi milik lo! Lihat saja nanti, cepat atau lambat dia akan menjadi milik gue seutuhnya."
" Coba saja kalau lo bisa!" Balasnya santai.
" Apa masalah Lo sebenarnya? Lo mengusik dan mengganggu ketenangan gue. Gue yakin bukan Raya saja yang menjadi alasan lo merubah penampilan Lo itu. Katakan apa yang lo mau dari gue?!" Tanya Shaka To the point. Perubah sikap Key terhadapnya membuat Shaka bertanya tanya? Kenapa? Kenapa Key terlihat tidak senang padanya ketika ia dekat dengan Raya? Dia tahu itu hak Key jika diapun menyimpan rasa pada Raya, tapi semakin kesini Shaka baru menyadarinya Jika Rival nya itu bukan bersaing dalam merebut hati Raya saja ada hal yang lainnya yang belum Shaka ketahui.
Sudut bibir Key tertarik keatas. Jika tadi dia sedang di landa amarah dengan perkataan Shaka kini pria itu tersenyum menunjukkan sisi devilnya " kenapa? Lo takut?" Ucapnya meremehkan " kalo begitu jauhi Raya maka semuanya akan baik baik saja!"
" Maksud lo apa huh? Kalau lo berani macem-macem sama Raya gue nggak akan segan-segan membunuh lo!" Tegas Shaka dengan kilatan amarah di matanya. Jadi benar ada maksud lain yang di inginkan oleh pria itu?
" Mengancam heum? Sayangnya gue nggak takut sama lo!" Key masih menunjukkan senyum devilnya " Bersiaplah, Karena gue nggak akan pernah biarin lo hidup dengan tenang!"
Shaka tertawa sumbang, matanya menatap tepat pada hazel milik key " Nggak kebalik? Harusnya Lo yang bersiap siap karena bakal kalah dari gue!" Balas Shaka santai.
" Bahkan tuhan pun tau mana Pria yang pantas Untuk Raya. Lo atau gue!" Setelah mengatakan itu Key pergi meninggalkan Shaka dengan kedua tangan yang terkepal kuat. Mata Shaka masih mengekori gerak gerik Key sampai Pria itu hilang dari pandangan matanya.
Di tempat lain. Kini seorang gadis tengah sibuk dengan dunia lamunannya. Panggilan bahkan sampai teriakan sang kakak-kakanya di balik pintu kamarnya Ia abaikan begitu saja. Tatapannya lurus kedepan pada jendela berukuran besar yang terdapat di dalam kamarnya, menampilkan awan gelap tanpa cahaya sedikitpun karena langit malam sedang mendung. Kedua kakinya yang di tekuk ia gunakan untuk menopang kepalanya, kedua tangannya memeluk erat kedua kakinya bahkan rambut cantik nan lebatnya ia biarkan tergerai dan menutupi sebagian wajahnya.
Terdengar suara kunci pintu terbuka. Lalu setelah itu masuk kedua pria dengan raut wajah cemas dan gelisah
" Amour apa yang kamu lakukan kenapa kamu mengunci pintu kamar mu dan tidak menjawab panggilan kakak?"
" Yes Sugar. Why? Kamu tahu kami sangat menghawatirkan mu!" Timpal Randi menyambung perkataan Rey.
" Cia?" Rey melirik Randi yang juga meliriknya. Saat ini Raya atau lebih sering mereka panggil Cia sedang duduk membelakangi mereka. Gadis itu tidak merespon panggilannya.
" Ci...... kamu habis nangis?" Randi segera menghampiri Rey saat pria itu sudah duduk di samping sang adik. Tidak jauh berbeda dengan Rey, Randi pun segera menghampiri Raya dan melihat Kondisi Adiknya.
" Astaga, Amour apa yang terjadi sama kamu?" Bungkam. Raya lebih memilih bungkam dan masih mengabaikan kehadiran kedua kakaknya itu.
Rey bangkit dari duduknya, kedua tangannya bertolak pinggang mendapati keadaan adiknya seperti ini " Ka Rey?"
Randi menatap bingung pada kakaknya itu. Demi apa Adiknya menangis? Bahkan gadis itu masih mengabaikan kehadiran mereka berdua " De.... Ade. Heii kamu kenapa sayang? Apa ada yang sakit?"
Masih diam.
" De ngomong sama Ka Rey. Apa ada orang yang menyakitimu? Katakan siapa dia? Apa teman mu? Teman kampus mu?"
Masih terdiam
Rey dan Randi mengesah pelan. Lalu Rey menarik tubuh Raya kedalam pelukannya " Katakan Amour katakan. Katakan apa penyebab dirimu seperti ini?"
" Katakanlah. Jangan membuat kami cemas. Kami bingung harus berbuat Apa? Katakan ada Apa?" Dengan selembut mungkin Randi mencoba merayu sang Adik agar bercerita kenapa adiknya seperti ini. Namun kembali yang mereka dapatkan adalah keterdiaman dari sang adik.
" Ayah," Gadis itu terisak bahkan kedua tangannya mengepal kuat kaos yang di kenakan Rey sehingga membuat Randi dan Rey semakin cemas sekaligus bingung secara bersamaan.
" Ayah," Kembali Raya terisak bahkan tangisannya semakin kencang.
" Cia. Hei kamu kau kenapa sayang? Coba cerita kamu kenapa sayang?"
" Kak Cia membutuhkan Ayah, apa perlu aku meminta Ayah untuk segera pulang?"
" Ya lebih baik kamu beritahu kondisi Cia saat ini pada Ayah!"
" Tapi Kemungkinan Ayah akan pulang besok Kak, kakak kan tahu saat ini ayah berada di luar Kota!"
" Ayah...
" Cepatlah hubungi Ayah. Aku tidak tega melihat Cia menangis seperti ini. Jika sudah seperti ini hanya Ayah yang bisa menenangkannya!" Ucap Rey pada Randi. Demi apapun Rey tidak suka melihat adik kesayangannya itu menangis apa lagi mendengar isakannya dan itu membuat hatinya terluka.
" Baiklah tunggu disini biar aku menghubunginya."
Randi segera keluar untuk menghubungi Ayahnya. Dan Rey, selaku kakak tertua dengan sebisa mungkin dia berusaha untuk menenangkan Raya - adiknya.
" Ayah Hiks. Aya pengen Ayah!" Ucap Raya di sela tangisannya.
Rey mengusap lembut pucuk kepala Raya lalu mengecupnya sayang beberapa kali " Cia Ayah sedang di luar Kota. Besok ayah pulang. Udah jangan nangis lagi!"
" Bagaimana?" Tanya Rey saat Randi kembali menghampirinya
" Ayah akan pulang malam ini juga. Kemungkinan Sekitar jam dua atau jam tiga dini hari ayah tiba di rumah."
" Syukurlah kalo begitu. Lebih cepat lebih baik!" Ucapnya bisa bernafas lega
" Cia?" Tanya Randi
" Dia sudah tidur. Mungkin dia terlalu lelah karena habis menangis. Cepat bantu aku untuk membaringkannya!" Randi menurut lalu membantu mengangkat Cia yang berada di dalam pelukan Rey. Gadis itu sudah terlelap. Tapi masih ada sisa air mata yang masih membuat jalur di pipinya. Genangan air mata masih terlihat jelas di bulu matanya yang sedang tertutup. Hidungnya memerah dan lingkar mata yang sedikit sembab.
" Siapa yang berani membuat Adik ku menangis seperti ini? Tak akan ku biarkan dia hidup dengan tenang!" Desis Rey mengepal kuat kedua tangan di sisi tubuhnya.
" Aku akan menyuruh anak buah ku untuk menyelidikinya kak,"
" Bagus. Aku pun akan menyuruh bawahan ku untuk mengawasi Cia!"
Randi mengangguk. Lalu matanya kembali menatap sang adik yang sudah tertidur " Dia belum makan. Aku akan menyuntikan vitamin dan beberapa cairan yang lainnya agar kondisi tubuhnya tetap stabil!"
" Lakukan yang terbaik untuk nya. Jangan sampai dia jatuh sakit karena Aku tidak bisa melihatnya menderita!"
" Baik kak!" Setelah itu Randi pergi ke kamarnya mengambil peralatan medisnya. Rey menatap sendu pada sang adik. Lagi kedua tangannya terkepal kuat dengan kilatan mata yang menajam.
" Siapapun yang berani menyakiti Adik ku, Aku tidak akan pernah melepaskan dan mengampuninya!"