NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Diamnya Rafa seolah menjadi jawaban bagi Joane tentang apa yang terjadi di antara keduanya.

Sejenak ia terdiam, memandang nanar ke depan dan menghela napas panjang.

Meskipun hanya seorang ayah sambung, namun Joane yang paling tahu seperti apa Rafa.

Ia mengenal baik putranya lebih dari siapapun. Lelaki itu meraih ponsel dan meletakkan ke pangkuannya.

"Bisa cerita awal kejadiannya?" tanya lelaki itu.

"Aku tidak tahu, Ayah! Tiba-tiba saja aku merasa ada syahwat yang tidak tertahan," jawab Rafa memijat kepala.

"Oke, Ayah percaya. Ceritakan pelan-pelan dari awal,"

"Setelah membagikan bantuan untuk warga, kami buka puasa bersama di pos. Aku buka puasa dengan air putih dan kurma. Setelah itu ke masjid untuk shalat maghrib."

"Lalu?"

"Setelah shalat maghrib aku tidak langsung kembali ke pos, tapi ngobrol dulu dengan beberapa pengurus masjid. Lalu aku keluar dan melihat teman-teman lain mulai datang ke masjid karena akan digelar doa bersama sebelum shalat isya. Aku menanyakan Mia dan kata teman-temannya dia masih di pos."

Joane mengangguk, menyimak dengan baik penjelasan Rafa.

"Oke, lalu?"

"Aku kembali ke pos dan melihat Mia membersihkan sampah bekas buka puasa. Dia memberi nasi kotak, katanya sengaja ia simpan untuk aku karena belum makan. Aku melihat jus jeruk di tangannya dan memintanya. Jus jeruk itu sudah diminum Mia setengahnya."

"Jadi dengan kata lain kamu minum sisanya Mia dari gelas yang sama?"

"Iya, Ayah," angguk Rafa. “ Setelah itu aku minta Mia ke masjid karena doa bersama akan dimulai. Mia bilang mau ke vila dulu ambil mukena. Aku duduk dan makan setelahnya."

"Jadi, setelah itu apa yang terjadi?"

"Aku makan nasi kotak dan minum jus jeruknya Mia. Beberapa menit setelah makan, aku mau kembali ke masjid, tapi tiba-tiba aku merasa ada yang aneh. Badanku tiba-tiba panas, tegang dan pusing. Aku tidak tahu ada apa denganku dan tidak tahu harus bagaimana, makanya aku langsung ke toilet umum dan duduk di sana."

Joane mengangguk, menerka setiap kejadian yang dialami putranya.

"Karena itu kamu menghubungi Ayah?"

"Aku menghubungi Brayn sebelumnya untuk bertanya bagaimana meredakan rasa itu. Tapi, Brayn tidak menjawab. Aku juga sempat hubungi Raka, tapi tidak aktif. Makanya langsung menghubungi Ayah."

"Ayah kan minta kamu untuk langsung mandi dan tidak keluar kamar lagi. Tapi kenapa kamu bisa ada di vila perempuan?"

"Setelah bicara dengan Ayah, aku memang mau kembali ke kamar. Tapi, aku tiba-tiba ingat Mia dan menebak kalau semuanya berasal dari jus jeruk itu. Kalau tadi Mia minum setengah, berarti dia juga merasakan hal yang sama seperti aku. Jadi, aku pergi mencarinya ke vila, karena takut ada yang berniat jahat padanya. Tapi, aku tidak menemukannya. Aku juga ke masjid dan kata teman-temannya dia belum datang."

"Kamu mencarinya dalam keadaan tubuhmu yang masih bereaksi seperti tadi?"

"Iya. Semakin lama, rasanya semakin tidak tertahan. Seperti ada ledakan dalam. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Ya Allah, kenapa harus seperti ini?" Rafa semakin frustrasi.

"Jadi, di mana kamu menemukan Mia?"

"Di toilet umum. Aku ke sana untuk mencari hp yang tertinggal dan mendengar suara Mia sedang menangis. Dugaanku benar, dia juga mengalami gejala yang sama seperti aku. Artinya, sumbernya dari jus jeruk itu, kan?"

"Ya, kemungkinan besarnya begitu." Joane mengangguk. "Lalu?"

"Karena Mia terus menangis, aku mengantarnya ke vila dan memintanya mandi. Minum air putih yang banyak seperti saran Ayah tadi. Tapi, dia masih merasakan hal yang sama. Aku berniat membawanya ke rumah sakit, tapi entah kenapa...." Ucapan Rafa terhenti. Tak sanggup melanjutkan.

"Oke, Ayah mengerti semuanya, itu terjadi karena kalian dalam pengaruh minuman itu. Tapi, apa kamu tidak ada kecurigaan terhadap seseorang yang mungkin memasukkan obat perangsang ke minumannya Mia?"

"Tidak ada, Ayah. Aku tidak ada kecurigaan pada siapapun." Rafa menggeleng sambil menghela napas.

"Oke, tenang! Kita akan selidiki semua ini dan mencari pelakunya."

Tanpa sepengetahuan Rafa, penjelasan itu berhasil diabadikan Joane dengan perekam suara di ponselnya.

Joane segera mengirim rekaman suara tersebut pada Brayn. Paling tidak, itu bisa mengurangi sedikit salah paham.

Brayn yang fokus mengemudi itu teralihkan sejenak saat menerima pesan rekaman suara dari Joane.

Ia memasang earphone ke telinga dan mendengar pembicaraan mereka.

Sementara Joane masih berusaha menenangkan Rafa.

Satu hal yang menciptakan tanda tanya dalam hati adalah ucapan Brayn ketika sedang menghantam Rafa dengan amarah meletup.

"Boleh Ayah tanya satu hal lagi?"

Rafa hanya mengangguk dengan tatapan kosong.

"Tadi Ayah dengar ucapan Brayn, yang mengatakan bahwa kamu mencintai Mia. Apa itu benar?"

Rafa mengusap wajahnya dengan telapak tangan.

Beberapa saat ia diam, hingga akhirnya memberanikan diri menatap sang ayah.

"Jangan takut, aku Ayahmu. Rahasiamu aman padaku. Kamu percaya, kan?"

Rafa mengangguk.

"Jadi ucapan Brayn benar?"

"Iya, Ayah. Itu benar. Rasa itu sudah ada sejak lama. Entah sejak kapan. Mia adalah satu-satunya gadis yang kuinginkan. Masalahnya... dia anak siapa, dan aku anak siapa? Aku hanya anak seorang penjahat. Musuh mereka."

Pancaran amarah sekaligus kecewa terlihat jelas dalam tatapan Joane. Ia sedikit tersinggung dengan ucapan Rafa.

"Lalu aku dianggap apa?" desis Joane geram, membuat Rafa tersadar.

Dalam hitungan detik mata Rafa mulai mengembun. Memerah.

"Anak mana yang tidak mau punya Ayah sepertimu? Kadang aku merasa iri dengan Yasmin dan Nayra. Mereka lahir darimu, Ayah! Mereka akan bangga menyebut bahwa dalam diri mereka mengalir darah seorang Joane Alviano. Sementara aku hanya anak beruntung yang tumbuh dalam perlindunganmu. Fakta bahwa aku anak seorang penjahat akan terus ada dan semua orang akan mengingat itu."

Mendengar jawaban Rafa membuat Joane segera menepikan mobil. Berhenti sejenak.

Kepalan tinjunya menghantam bahu pemuda itu, lalu memeluknya erat. Mengusap kepala dan punggungnya.

"Anakku ... walaupun kamu bukan darahku, tapi itu tidak bisa mengubah kenyataan bahwa kamu adalah anakku."

Joane melepas pelukan dan menatap wajah yang sedang menitikkan air mata.

"Apapun yang terjadi kamu adalah anakku. Anak kebanggaanku. Satu dunia boleh menghakimimu, satu dunia boleh meragukanmu, tapi aku akan tetap berdiri di hadapanmu sebagai Ayahmu. Bukan sekedar Ayah sambung, mengerti?"

"Ayah, andai hidup adalah pilihan, aku pasti akan memilih lahir dari darahmu, bukan yang lain."

"Hey, jangan menangis! Aku tidak mendidikmu untuk menjadi cengeng seperti ini!"

Namun, air mata itu mengalir semakin deras. Seiring dengan gugurnya butiran hujan dari angkasa.

"Jadilah laki-laki jantan. Mengakui kalau salah dan berani bertanggung jawab," ucap Joane menekan bahu putranya.

Rafa mengangguk, mengusap cairan bening yang mengalir dari matanya. Perjalanan pun kembali berlanjut.

"Kita akan langsung ke rumah keluarga Hadiwijaya untuk membicarakan semuanya," ujar Joane.

Rafa tampak ragu. "Om Gilang pasti marah besar dan akan membenciku."

"Tidak ada Ayah yang tidak marah kalau hal seperti ini terjadi pada putrinya. Aku pun akan menghajar laki-laki yang berani menyakiti putriku."

"Aku paham, Ayah. Tidak apa-apa kalau mereka membenciku, tidak apa-apa kalau mereka memukuliku, tidak apa-apa kalau aku dianggap anak penjahat yang mewarisi karakter Ayahnya. Bahkan kalau mereka mau memenjarakanku ... aku akan terima sebagai bentuk hukuman."

Joane menatap Rafa dengan senyuman tipis. Ia sengaja menginterogasi Rafa tidak di depan orang lain, agar Rafa bisa lebih terbuka.

Ia sangat paham bahwa Rafa adalah anak yang tidak percaya diri karena ayah kandungnya.

"Anakku, apapun hasilnya nanti, bertanggung jawablah dengan berani terhadap semua kesalahanmu. Jangan takut apapun, ada Ayah di belakangmu."

************

************

1
Endang 💖
aduh Mia kami bakalan nyesel kalok tau bahwa Rafa itu sangat tulus sama kamu.
jangan mudah terhasut mia
Endang 💖
ada yang ngadu domba Rafa dan mia
Ninik
wah ada bibit pelakor yg udah mulai ugat uget kaya ulat bulu
Endang 💖
di rayu dong Rafa biar GX ngambek lagi,dia hanya kecewa aja tu
Ninik
kalau Mia membenci Rafa Yo salah yg jahat Leon tp otak Mia dah lemot makanya dia membenci org yg salah
Endang 💖
tambah lagi thor...
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat rafa
julia anggana
Luar biasa
Endang 💖
kasian ternyata kisah hidup Rafa..
tambah lagi thor..🙏😁🫣
Yasmin Natasya
double up dong thor...
Endang 💖
ayo cepat Rafa dan Mia butuh bantuan itu
olip
bagus dan menarik
olip
lnjut
Endang 💖
waduh mia dalam bahaya, semoga Rafa cepat menolong Mia...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!