Istri Culun Badboy Tengil

"Di geboy geboy mujaer, nang ning nong ... Nang ning nong ..." Juan terus bernyanyi dan berjoget ria.

"Lauknya gosong, g0bl0k! Bukannya di balik malah nyanyi!" pekik Nathan sambil membalikkan ikan yang sedang di bakar.

Di malam yang paling di sukai semua kalangan, kali ini mereka menghabiskannya dengan barbeque an merayakan anniversary geng motornya. Di halaman belakang markas Black Demon, terlihat begitu ramai. Tempat yang sedikit jauh dari rumah warga, bagian belakang yang terdapat danau dan pepohonan rindang. Membuat mereka bebas melakukan apapun. Seperti malam ini, mereka menghabiskan waktu dengan berpesta.

"Mereka enak-enakan. Kita malah kebagian bakar ikan!" protes Juan sambil menatap meja yang tak jauh darinya berada.

Terlihat sebagian anggota inti dan anggota lainnya sedang karokean sambil menikmati minuman keras. Dengan di hiasi lampu kerlap-kerlip yang semakin berkesan seperti di club.

Pletak!

"Makanya bayar uang kas!"

"Ah! Lo juga sama aja!" sahutnya sambil memutar bola mata malas.

"Liwetnya udah jadi nih! Lauknya kapan mateng?!" teriak beberapa anggota yang kebagian masak liwet.

"Bentar lagi!"

Sedangkan di antara keramaian. Elang sedang duduk santai dengan pandangan mengedar memantau semuanya.

"Bang Gio sama yang lainnya gak ke sini?" tanya Raka yang sontak membuat Elang menoleh.

"Gak bisa, katanya lagi ada urusan. Mereka pada sibuk. Cuman nitipin hadiah aja buat kita," jawabnya.

Gio adalah mantan pemimpin sebelumnya. Walaupun sudah bukan lagi anggota Black Demon. Dia bersama mantan anggota inti lainnya, sesekali masih suka berkunjung dan bahkan setiap kali ada pesta selalu ikut.

Bruk! Bruk!

Saat semuanya sedang asik, tiba-tiba di depan markas terdengar suara keributan. Membuat mereka mengerutkan keningnya bingung.

"ELANG! KELUAR LO ANJ1NG!"

Mendengar suara yang sangat familiar. Elang beranjak dari tempatnya dan berlari keluar markas. Dengan di ikuti anggota lainnya.

"Bhaskara bangs@t! Lagi-lagi lo buat keributan di wilayah gue!" teriaknya melihat halaman depan markas sudah hancur karena di obrak-abrik oleh Bhaskara dan gengnya.

"Kenapa?! Lo mau fitnah gue lagi?!" tanyanya melihat tatapan Bhaskara penuh amarah.

Bhaskara yang sangat emosian, tanpa ba-bi-bu langsung memukulinya habis-habisan. Untung saja Elang sesekali masih bisa menghindar.

"Lo, yang hasut Argos kan?! Licik lo baj1ngan!! Lo jelek-jelekin nama gue di depan mereka!!" Elang mengernyit, semakin di buat bingung dengan perkataannya.

Argos adalah geng motor paling di segani sejagat raya, bahkan kedudukannya lebih tinggi di bandingkan mereka. Siapapun yang menyenggolnya sedikitpun akan menjadi masalah.

"Gak usah fitnah, g0bl0k!"

"Bacot lo! Gue dah tau kelicikan lo!"

Bhaskara kembali memukulinya, dan akhirnya terjadi lagi pertengkaran antara kedua geng motor yang tidak pernah akur.

Malam ini yang seharusnya bersenang-senang, malah hancur karena ulah Bhaskara dan anggotanya. Elang benar-benar marah, ia tak mau tinggal diam lagi. Bhaskara sudah kelewatan terus memfitnah gengnya. Yang padahal tidak pernah membuat masalah duluan.

...***...

"Sakit ..." Elang terus merengek pada istrinya.

"Siapa suruh berantem!" ucap Kia kesel sambil sedikit menekan luka suaminya, yang sedang ia obati.

"Ah!"

Karena kejadian semalam membuat wajah tampannya babak belur. Dan akibat tidak langsung di obati, membuatnya cenat-cenut. Akhirnya ia malah merengek manja pada Kia. Entahlah dirinya sekarang sudah benar-benar nyaman dan tidak ada kata gengsi lagi. 

"Si berandal itu yang mulai!" sahutnya dengan wajah di tekuk.

"Gak ngaca!" sindir Kia sambil memutar bola matanya.

Elang tak menghiraukan, ia malah bergelayut manja di lengan istrinya. Tubuh atasnya yang polos tanpa baju, membuat perut kotak-kotak menempel pada lengan mulus Kia. Membuat gadis itu merasa risih, walaupun sesekali meliriknya.

"Awas dulu, aku mau masak."

"Gak mau, tiupin lukanya. Perih," rengeknya manja, membuat Kia bergidik ngeri.

Kia mencoba melepaskan tangan kirinya dari pelukan suaminya. Namun, Elang tetep memeluknya erat.

"Panas Ki," lirihnya yang membuat Kia mengerutkan keningnya bingung.

"Apanya yang panas?"

"Ini, tangan lo dingin. Enak," Elang dengan sengaja menarik tangan istrinya, mengelus dada dan perut kotak-kotaknya.

"Yak! Mesum!" pekik Kia sambil menarik tangannya kembali.

"Mesum sama istri sendiri gapapa kali!" sahutnya santai sambil merentangkan kedua tangannya pada atas sofa, membuat bulu ketiaknya terlihat.

"Jorok ih, cukur tuh bulu ketek!" ucap Kia sambil menatap sedikit jijik.

"Cukurin dong!" sahutnya dengan santai.

"Nyukur bulu ketek suami dapet pahala berkali lipat loh! Apalagi kalo bulu bawah!"

"Stres!" Kia beranjak dari duduknya dengan kesal.

Elang hanya terkekeh, menggoda istrinya sudah menjadi kebiasaannya mulai sekarang. Karena membuat hatinya senang, gadis itu sangat lucu.

"Anduk bekas, taro lagi di tempatnya!" teriak Kia melihat handuk suaminya di taruh dimana saja.

"Kebiasaan banget di taro dimana aja. Udah dibilangin berkali-kali juga," omelnya sambil memungut handuk basah karena habis di pakai mandi.

"Siap tuan putriii!"

Suasana menjadi hening, Kia sedang fokus memasak. Sedangkan Elang sibuk memainkan ponselnya.

Drtt! Drrtt!

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering. Elang menoleh ke atas meja di sampingnya, melihat ponsel istrinya yang bergetar. Karena mager sedang rebahan, ia pun memilih mengabaikannya.

"Hp lo tuh!"

"Bentar!" sahut Kia masih asik dengan masakannya yang akan matang.

Drtt! Drrtt!

Lagi-lagi kembali berdering. Elang yang merasa risih sekaligus penasaran, bangun dari posisinya dan meraih ponsel tersebut. Di saat ingin melihat siapa yang menelfon istrinya pagi-pagi begini. Dengan cepat Kia merebutnya dan langsung berlalu pergi menjauh menuju balkon. Melihat itu membuat Elang mengerutkan keningnya dengan penuh tanda tanya. Namun, ia mencoba biasa saja tidak peduli.

Sekitar lima menit berlalu, Kia kembali dan memilih menghidangkan makanan yang telah ia masak tadi. Saat sedang fokus, terdengar suara bel berbunyi cukup keras.

Kia kembali melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Perlahan pintu apartemen mulai terbuka. Terlihat seorang pria paruh baya berdiri di hadapannya dengan wajah memerah dan rahang mengeras seperti menahan amarah. Belum sempet Kia menyapanya, pria itu sudah nyelonong masuk ke dalam menghampiri suaminya. Hentakan kakinya terdengar begitu nyaring dan tegas, penuh arti.

Elang mengernyit menatap pria tua yang berjalan menghampirinya. Dan tanpa ba-bi-bu pria itu langsung menghantam wajahnya yang babak belur.

"Ahk!"